"Apa? Tapi, kita tidak bisa asal melakukan penyelidikan pada seseorang tanpa bukti yang kuat," balas Margareth segera, mendongak menatap gadis di sampingnya yang berdiri."Aku bisa bersaksi, Bibi. Hari itu saat kami di sekolah, dia mengolok-olok Yerin hingga Yerin menangis di atap sekolah. Setelah itu tidak lama telpon diterima Yerin tentang kondisi Paman Abrady, lalu, malamnya bukankah waktu hilangnya Yerin?" urai Fiona panjang lebar sedikit berlebihan pada kata Yerinsa menangis, telunjuk kemudian mengarah pada Anastasya."Itu kamu! Jangan-jangan selama ini kamulah-""Tidak! Itu tidak benar! Fiona, apapun yang kamu katakan, dan apapun yang kalian pikirkan, itu salah!" potong Anastasya sambil bangkit berdiri menyangkal tudingan tiba-tiba itu.Padahal, untuk bicara dengan ibu Yerinsa saja membutuhkan waktu bagi Anastasya menyakinkan tekad, tapi disudutkan seperti ini membuatnya tidak terima."Heh, kamu ingin melakukan apa ke sini jika bukan untuk menutupi bukti kejahatanmu?" Fiona tert
***Hangat ...Setelah sebelumnya merasakan suhu dingin yang sanggup membekukan darah di sekujur tubuh, sekarang Yerinsa merasakan sesuatu kehangatan menyelimuti dari atas kepala hingga ujung kaki.Mengerang perlahan sebelum membuka mata dengan kerjapan lambat, mendapati langit-langit kamar yang sudah tidak terlalu asing lagi. Yerinsa memaki dalam hati menyadari kembali lagi ke kediaman mewah ini, pasti seseorang berhasil menemukannya saat pingsan tadi.Menyibak selimut, Yerinsa memaksa diri bangkit, denyutan langsung menyerang kepala menimbulkan erangan menahan sakit. Sambil mencengkeram rambut, gadis dengan sweater rajut warna coklat itu meniti di dinding berjalan ke arah pintu kamar.Yerinsa sadar kemungkinan sudah pergi terlalu lama dari rumah, tidak bisa terus mengalah pada rencana-rencana licik Luga.Membuka pintu, lorong sepi sekali lagi menyambut Yerinsa seperti sebelumnya, berjalan sambil memegang kepala yang sakit bukan hal mudah, keringat dingin mengalir dari dahi ke arah p
***Menyeret Yerinsa ikut serta bergeser, membuat wajah gadis itu tertekuk. "Akan lebih baik kalau aku dibiarkan mati kelaparan," katanya enteng.Gerakan Luga ingin mencapai tombol interkom terhenti, menatap tajam gadis itu yang tidak berani menatap langsung matanya."Selain tidak boleh keluar ataupun pergi dari sini, kamu juga tidak bisa mati meninggalkanku," ujar Luga rendah.Yerinsa diam hingga Luga berhasil menekan tombol interkom di dinding. "Bawakan sup hangat dan coklat panas," katanya memerintah."Baik, Tuan." Sahutan terdengar sedetik kemudian, lalu alat dimatikan."Kenapa tidak lepaskan aku saja," gumam Yerinsa mencebik."Tidak." Luga berujar datar."Maksudku lepas pelukanmu," ralat Yerinsa kembali mendengkus, merasa tidak nyaman tubuh begitu menempel pada Luga."Dan membiarkanmu mencoba kabur lagi? Tidak akan." tanya Luga sengit.Yerinsa memilih diam dengan wajah teramat datar, melirik tajam laki-laki itu yang sekali lagi hanya menarik sudut bibir tidak terpengaruh ketidaks
***Rasa lapar di perut sudah tidak bisa ditahan lagi, Yerinsa mengerang dan akhirnya membuka mata dengan enggan. Mengerjab berkali-kali untuk melihat jam dinding di sekat antara set sofa dan kasur, jam bulat itu menunjukkan pukul sebelas siang.Yerinsa mendengkus sambil bangkit duduk, mengusap wajah dan menyugar rambut kusut ke belakang. Menguap sambil mengucek mata, sejenak melamun di posisi masih mengantuk.Karena kejadian malam tadi, dia jadi sulit tidur hingga ke tahap insomnia. Obrolan dengan Luga tadi malam berputar, tentang keadaan keluarganya yang di ambang kehancuran sejak sang kepala keluarga terbaring di rumah sakit.Setidaknya tidak mati.Selain itu, Luga juga tadi malam berkata akan pergi pagi ini, berarti sekarang hanya ada Yerinsa di mansion, bersama para pelayan tentunya.Bagaimana jika setelah sarapan Yerinsa mencoba melihat keluar, lagi?Senyum Yerinsa terbit saat memikirkan itu, menyibak selimut tergesa-gesa untuk turun dari kasur. Baru selangkah akan ke kamar mand
***Yerinsa mendengarkan tanpa respon, selama di sini memang sudah diperhatikan penuh oleh para pelayan. Tapi secara acak yang masuk ke kamarnya, kadang pelayan tua sulit diajak berkomunikasi, kadang pelayan muda begitu pemalu diajak bicara.Chang Mei dan Ruan Ruan adalah yang paling bisa diandalkan karena mengerti dan cukup fasih berbahasa Inggris. Lagipula, selama ini sangat sedikit interaksi Yerinsa dengan para pelayan, lebih sering tidur, bangun hanya untuk makan dan ke kamar mandi, itupun terkadang sambil setengah tidur berjalan."Tuan Muda juga menyuruh kami untuk mengembalikan berat badan Anda selama dia tidak ada," tambah Chang Mei hati-hati, selesai menyisir rapi rambut Yerinsa, tidak juga mendapat balasan."Nona, air mandi sudah siap." Ruan Ruan keluar dari kamar mandi, mendekati Yerinsa dan Chang Mei lagi.Dua pelayan itu membantu Yerinsa bangkit berdiri, menuntun memasuki kamar mandi tanpa berkata apapun. Ruangan tidak benar-benar sunyi karena ada gemerincing rantai beradu
***Tatapan dingin dari sepasang mata amber menggetarkan Anastasya yang sejak awal sudah gemetar ketakutan, ditambah suhu dingin di musim dingin membuat seluruh tulang dan sendi bergemeletuk.Tidak ...Yang lebih mengerikan dari dua hal itu malam ini bukan itu, melainkan kubangan cairan merah di kaki Anastasya yang bersimpuh selemah agar-agar, kedua lengan ditahan dua orang pria agar tidak bisa bergerak memberontak.Mata hitam gadis itu bergetar hebat melihat sosok ayah dan ibunya teronggok tidak bernyawa di lantai, dengan darah terus mengalir keluar dari lubang yang tercipta di perut dan jantung akibat tembakan timah panas.Tidak hanya dua orang itu, tapi juga sejumlah orang yang bekerja di kediaman Claymond, tewas tanpa menyisakan satu nyawa pun, selain Anastasya sendiri sebagai target terakhir."Apa ... apa yang sebenarnya Anda inginkan?!" Anastasya tersedak oleh tangisan yang sudah pecah sejak melihat orangtuanya melawan anak buah pria penjarah ini.Anastasya bahkan tidak bisa unt
***Satu minggu setelah pengakuan Anastasya itu, Margareth memang langsung mengatakan keterangan pada penyidik tentang yang Anastasya lihat. Tapi, penyidik butuh bukti, bukan hanya kesaksian mulut, jadi kata-kata Anastasya tidak bisa dipercayai sepenuhnya.Yang mengejutkan, satu minggu selanjutnya usai pengakuan Anastasya ke kantor polisi, lebih tepatnya hari ini, keluarga Claymond ditemukan tewas di kediaman mereka tanpa menyisakan satu orangpun.Kecuali, pelayan yang tidak bekerja bermalam di rumah itu, hanya beberapa orang, itupun tidak bisa membantu penyelidikan polisi karena minim informasi.Untuk saat ini pihak kepolisian akan mengusut tuntas kasus ini, dan sejumlah petugas masih menyisir tempat kejadian untuk mencari bukti.Berita kematian bahkan disiarkan dalam berita, meski dugaan sementara adalah pembunuhan berencana, tapi belum ada tersangka yang disebut.Kenapa ini terjadi tiba-tiba?Di saat Anastasya cukup dibutuhkan."Ibu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Gabriella re
***Satu bulan ...Waktu benar-benar berlalu satu bulan Yerinsa lewati di mansion mewah itu, lebih tepatnya beraktifitas hanya di dalam kamar tidur, dan semua keperluan dilayani sangat baik oleh Chang Mei dan Ruan Ruan.Namun, justru itulah yang membuat Yerinsa frustasi, sudah terbiasa hidup bebas selama ini, melakukan yang diinginkan, jadi sangat tidak terima dikurung dengan pergerakan terbatas seperti ini.Hari demi hari dilalui dalam kamar, makan, tidur, mandi, buang air, dan melamun secara membosankan. Setumpuk salju tebal sudah tercipta di luar, seharian Yerinsa hanya menonton bulir-bulir putih itu berjatuhan dari langit."Bukankah ini musim salju pertamaku di dunia ini?" monolog Yerinsa sambil menyentuh kaca jendela yang berembun.Begitu diingat-ingat kembali, Yerinsa datang ke dunia ini saat akhir musim panas, mendekati musim semi, mungkin baru sekitar enam bulan lebih dia hidup sebagai Yerinsa hingga saat ini.Selama di sini, diam-diam Yerinsa masih terus mencoba melepaskan b