Tangan Grace bergerak mengusap bibir Grace yang berminyak karena sambal, "kenapa cantik banget sih?" tanya Marvel tak habis pikir. Grace tersipu di buatnya
"Kak ..." rengek Grace tak tahan, bisa-bisa kadar gulanya naik jika terus menerima kalimat manis dari Marvel.Marvel serius, Grace yang hanya memakai daster dengan rambut di cepol saja kenapa bisa secantik ini?"Serius Sayang, kamu kenapa cantiknya kelewatan?" tanya Marvel masih dengan topik yang sama.Grace makin malu dibuatnya, "nggak tau, ih ... udah, aku malu," ungkap Grace yang mampu membuat Marvel terkekeh. Di usapnya pipi Grace yang bersemu merah dengan lembut dan penuh perasaan."Kamu buat saya jatuh cinta tiap hari, jadi kamu harus tanggung jawab," ucap Marvel dengan tatapan dalam yang mampu membuat Grace tenggelam di netra cokelat tersebut."Tetap sama saya, di sisi saya, dan jangan pernah tinggalin saya," sambung Marvel serius, kedua pasang bola mata dengan warna sama itu saling menatap daXella menjitak kening Grace hingga menimbulkan suara, membuat Grace meringis perih."Sembarangan! Kayak nggak ada cowok lain aja. Gue itu mahal, nggak level suka sama punya orang!" Xella mengibaskan rambutnya yang di gerai dengan gaya songongnya.Grace mendecih, 'gegayaan,' batinnya berseru tapi bibirnya tetap bungkam."Lagian gue itu nggak ada bakat menggatal," ucap Xella dengan wajah benar-benar ingin Grace geplak. Apalagi saat perempuan itu memutar bola mata dengan jemari memilin rambutnya.Grace bertepuk tangan, "teruskan bakat menjulidmu, Nak," ucapnya geleng kepala dengan raut di buat-buat bangga. Xella berdecak, Grace hanya terkekeh melihat muka sebal Xella."Jadi ... siapa yang kamu suka?" tanya Grace kembali ke topik awal.Raut Xella kembali sedih, "itu, temennya Kak Marvel, dosen di kampus kita," ceritanya dengan tangan sibuk mengaduk-aduk minumannya dengan pipet.Grace sedikit berfikir, "oh! Yang ke kantin sama Kak Marvel waktu itu?" tan
Grace gemas, hingga rasanya ingin mencubit pipi Marvel hingga melar.Dengan sisa tawanya Grace kembali berujar, "yuk, turun. Katanya mau beli cotton candy?"Marvel mendengus, cepat-cepat ia turun dari mobil untuk membukakan Grace pintu."Terima kasih Rajaku," ucap Grace yang lagi-lagi menggoda Marvel."You're welcome My Queen," balas Marvel yang langsung saja meraih pinggang Grace untuk ia rangkuh.Sepasang suami istri itupun langsung saja mendatangi tempat penjual cotton candy yang memang sudah terlihat keberadaannya dari parkiran."Mau?" tawar Marvel pada Grace.Grace mengangguk, "satu aja, yang warna ungu tapi ..." Grace menunjuk salah satu cotton candy berwarna ungu dengan bungkusan bergambar Sofya."Lima Bang, sama yang ini," ucap Marvel sambil menunjuk pilihan Grace. Abang-abang penjual itu dengan semangat mengambilkan pesanan Marvel, dengan senang hati ia memberikan lima bungkus cotton candy yang telah ia jadikan satu pada Marvel.
"Masih mau makan makanan manis banyak-banyak lagi?" tanya Grace yang langsung mendapat gelengan kepala dari Marvel. Seperti anak kecil.Marvel kapok tak mendengar perkataan istrinya, tak ingin lagi-lagi mengulang. Sekarang, bukan hanya kalimat ibunya yang keramat, tapi juga istrinya."Aku bilang juga apa, Kakak sih nggak percayaan," omel Grace yang membuat Marvel cemberut."Jangan marah-marah," ucap Marvel yang sudah kembali menduselkan wajahnya pada leher Grace.Grace mengusap rambut tebal Marvel, "bagusin posisinya, kita lanjut tidur."Marvel menurut, tak sama sekali membantah, ia membaringkan dirinya di tempatnya semula, menunggu Grace berbaring agar ia bisa kembali bermanja. Grace merebahkan diri setelah membereskan sendok dan gelas yang tadi Marvel pakai. Marvel dengan cepat menyeruakkan dirinya dalam pelukan Grace. Grace yang paham pun memiringkan posisi tidurnya menghadap Marvel, dengan sabar ia membenarkan posisi Marvel yang kini tengah memeluknya er
"Tante, kumohon jangan, Tan. Aku belum siap!"Terdengar suara teriakan dari pintu belakang club dan juga suara kebisingan musik disco yang sangat menggelegar. Memekakkan telinga. Tetapi, banyak manusia yang menyukainya.Buktinya, perempuan berpakaian minim setengah telanjang tengah memamerkan bentuk tubuhnya dan juga wajahnya yang benar-benar menggoda iman pria yang berada di dalam clubini.Musik, tarian erotis, minuman berbau menyengat yang disukai mereka di sini, asap rokok dan masih banyak lagi.Seorang wanita berusia 35 tahun yang mengenakan dress di bawah lutut dengan atasan yang terbuka tengah menarik tubuh mungil gadis yang berumur 21 tahun.Apa? 21 tahun? Ya, gadis itu dulu bertanya padanya bagaimana cara menghasilkan uang, karena orangtuanya tak sanggup membayar biaya sekolah yang menunggak 7 bulan lamanya.Sangat mengenaskan.Tapi, tak mengurung niat wanita itu untuk terus menyeret gadis yang memberontak itu ke meja di mana pria dan wanita tengah duduk di sofa sambil bermain
Marvel menatap Grace dengan dalam. Jika dilihat dari dekat, Grace memanglah cantik. Cantik sekali. Bahkan mata pria itu tak berkedip beberapa detik yang lalu.Keindahan kulit wajah dan bola mata milik Grace seakan menghipnotis Marvel agar menatap gadis di bawahnya lebih lama."Apa saya bisa untuk mulai menyicipi kamu, Grace?"Bola mata Grace membulat, bagaimana bisa Marvel mengetahui namanya? Padahal mereka belum saja berkenalan atau bahkan berjabatan tangan.Pria ini sangat misterius, apakah dia paranormal? Pikir Grace seraya mengusap jari tangannya dengan ibu jari yang ditahan Marvel.Grace sungguh gugup sekali sekarang, ia belum pernah melakukannya dan ia bahkan tak menonton tutorial cara berciuman dengan pasangan dengan benar.'Tunggu, kenapa aku malah memikirkan diriku sendiri?' batin Grace. Sementara Marvel menunggu persetujuan dari gadisnya.Ralat, gadis itu. Gadis yang ia tindih di bawahnya. Benar-benar fantasinya selama ia berada di kamar mandi beberapa waktu lalu.Ya, Marvel
Grace yang mendapat ketukan pintu saat ia kembali memasang dressnya dengan benar, dia membuka pintu dan terlihat seorang bodyguard Marvel memberikan paperbag padanya."Ini pesanan Tuan Muda untuk Anda, Nona.""Saya Pak Yudi," katanya lagi seraya memperkenalkan diri pada Grace.Sejenak Grace berpikir bahwa pria bertubuh besar ini tadilah yang menyetir mobil. Grace menganggukkan kepala lalu menerima paperbag itu dan kembali menutup pintu kamar.Sebelum Marvel keluar dari kamar mandi, Grace dengan tergesa-gesa memakai baju kaos dan celana training yang baru saja dibeli oleh bodyguard Marvel. Tak lupa dia memasukkan dressnya ke paperbag itu dan merapikan rambutnya. Grace mengikat rambut yang panjang dan ia kembali duduk di ranjang.Hujan belum reda, apakah hujan ini akan reda hingga subuh?Ting!1 pesan masuk dari ponsel Grace.Bunda[Kamu di mana, Sayang? Jam berapa akan pulang?]Ibu Grace mengirim pesan pada anak perempuannya karena malam ini sudah menunjukkan pukul 22.12 WIB.[Sebentar
***"Tapi, itu tak gratis. Kau harus membayarnya."Mendengar penuturan Marvel, seketika senyuman yang terukir di bibirnya yang mungil pudar. Bagaimana ia harus membayarnya? Ponsel ini sangat mahal, dan ia membalikkan kotak ponsel itu. Melihat harga ponsel tersebut.21 juta rupiah.Grace gugup, ia harus bagaimana? Bagaimana cara membayar uang sebanyak itu? Apakah ia harus mengembalikan uang milik Marvel padanya?"Maaf, aku akan membalikkan ponsel ini padamu."Grace meletakkan kotak ponsel itu di atas dashboard mobil Marvel. Seketika wajah Marvel jadi muram dan ia merasa marah karena Grace menolak pemberiannya.Marvel menghela napasnya dengan kasar lalu meremas stir mobil. Melihat urat-urat di tangan kekar Marvel, ia ketakutan. Apakah nasibnya akan sama dengan stir mobil itu?Grace dengan sembunyi membuka pintu mobil itu. Tetapi tak bisa. Melihat gelagat Grace yang ingin kabur secara diam-diam diketahui Marvel.Seketika Marvel tersenyum smirk. Ia tahu jika Grace akan keluar dari mobilny
Marvel berjalan masuk menuju ruang kepala kampus yang di sana sudah menunggu lelaki paruh baya yang tengah duduk seraya tersenyum padanya."Selamat datang, Pak," sapanya seraya menjabat tangan Marvel."Baik, Pak. Saya ada perlu dengan Anda," ujar Marvel."Silahkan duduk, Pak."Marvel menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi merah tersebut lalu pria itu memperbaiki posisi kacamata yang bertengger di hidungnya."Saya gak bisa basa-basi, Pak. Tujuan saya kemari untuk mengurus pembayaran siswi kelas xxx atas nama Grace Mirza Rania," kata Marvel."Oh, iya. Sebentar, saya ambilkan dulu bukunya."Sapron sang kepala kampus Grace beranjak dari kursi kebesaran menuju rak buku. Di sana sudah tertulis nama mahasiswa kelas xxx, mahasiswa skor, mahasiswa keluar, mahasiswa pindah kampus dan lainnya.Sang bendahara yang ada di sana membuka almari kaca itu lalu mengecek satu per satu nama buku yang tertera di sana. Nama jurusan dan tahun ajaran mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di sini.Sapron k