"Ih, Kakak, jangan diciumin terus."
Dijauhkannya Naval dari jangkauan Marvel Sekarang bocah kecil itu ada di pelukan Grace. Naval memanjat paha Grace, dipeluknya leher Grace dan kembali mengoceh, seperti menyuarakan ketidaksukaannya akan tindakan Marvel."Kenapa Sayang? Om Marvel nyebelin, ya?" Grace mengelus punggung Naval lembut. Balita kecil itu menduselkan wajahnya di pipi Grace yang juga tembem.Marvel mengatupkan giginya rapat, "gemes Sayang," ucap Marvel yang malah menyambar pipi Grace untuk ia ciumi, bahkan ujung-ujungnya ia gigit hingga membuat Grace memekik kecil."Ih, Kakak!" protes Grace dengan mata melototnya.Marvel terkekeh, "kan gemes," belanya dengan wajah tanpa dosanya."Ya, tapi kenapa aku yang jadi korban," sungut Grace. Naval kembali ia turunkan dan ia mandikan kembali."Kan yang gemesin kamu, baru Naval," ucap Grace kembali mencuri satu ciuman di pipi Grace hingga berbunyi.Grace melotot, sementara Marvel terkekeh, dan NaTangan Grace bergerak mengusap bibir Grace yang berminyak karena sambal, "kenapa cantik banget sih?" tanya Marvel tak habis pikir. Grace tersipu di buatnya"Kak ..." rengek Grace tak tahan, bisa-bisa kadar gulanya naik jika terus menerima kalimat manis dari Marvel.Marvel serius, Grace yang hanya memakai daster dengan rambut di cepol saja kenapa bisa secantik ini?"Serius Sayang, kamu kenapa cantiknya kelewatan?" tanya Marvel masih dengan topik yang sama.Grace makin malu dibuatnya, "nggak tau, ih ... udah, aku malu," ungkap Grace yang mampu membuat Marvel terkekeh. Di usapnya pipi Grace yang bersemu merah dengan lembut dan penuh perasaan."Kamu buat saya jatuh cinta tiap hari, jadi kamu harus tanggung jawab," ucap Marvel dengan tatapan dalam yang mampu membuat Grace tenggelam di netra cokelat tersebut."Tetap sama saya, di sisi saya, dan jangan pernah tinggalin saya," sambung Marvel serius, kedua pasang bola mata dengan warna sama itu saling menatap da
Xella menjitak kening Grace hingga menimbulkan suara, membuat Grace meringis perih."Sembarangan! Kayak nggak ada cowok lain aja. Gue itu mahal, nggak level suka sama punya orang!" Xella mengibaskan rambutnya yang di gerai dengan gaya songongnya.Grace mendecih, 'gegayaan,' batinnya berseru tapi bibirnya tetap bungkam."Lagian gue itu nggak ada bakat menggatal," ucap Xella dengan wajah benar-benar ingin Grace geplak. Apalagi saat perempuan itu memutar bola mata dengan jemari memilin rambutnya.Grace bertepuk tangan, "teruskan bakat menjulidmu, Nak," ucapnya geleng kepala dengan raut di buat-buat bangga. Xella berdecak, Grace hanya terkekeh melihat muka sebal Xella."Jadi ... siapa yang kamu suka?" tanya Grace kembali ke topik awal.Raut Xella kembali sedih, "itu, temennya Kak Marvel, dosen di kampus kita," ceritanya dengan tangan sibuk mengaduk-aduk minumannya dengan pipet.Grace sedikit berfikir, "oh! Yang ke kantin sama Kak Marvel waktu itu?" tan
Grace gemas, hingga rasanya ingin mencubit pipi Marvel hingga melar.Dengan sisa tawanya Grace kembali berujar, "yuk, turun. Katanya mau beli cotton candy?"Marvel mendengus, cepat-cepat ia turun dari mobil untuk membukakan Grace pintu."Terima kasih Rajaku," ucap Grace yang lagi-lagi menggoda Marvel."You're welcome My Queen," balas Marvel yang langsung saja meraih pinggang Grace untuk ia rangkuh.Sepasang suami istri itupun langsung saja mendatangi tempat penjual cotton candy yang memang sudah terlihat keberadaannya dari parkiran."Mau?" tawar Marvel pada Grace.Grace mengangguk, "satu aja, yang warna ungu tapi ..." Grace menunjuk salah satu cotton candy berwarna ungu dengan bungkusan bergambar Sofya."Lima Bang, sama yang ini," ucap Marvel sambil menunjuk pilihan Grace. Abang-abang penjual itu dengan semangat mengambilkan pesanan Marvel, dengan senang hati ia memberikan lima bungkus cotton candy yang telah ia jadikan satu pada Marvel.
"Masih mau makan makanan manis banyak-banyak lagi?" tanya Grace yang langsung mendapat gelengan kepala dari Marvel. Seperti anak kecil.Marvel kapok tak mendengar perkataan istrinya, tak ingin lagi-lagi mengulang. Sekarang, bukan hanya kalimat ibunya yang keramat, tapi juga istrinya."Aku bilang juga apa, Kakak sih nggak percayaan," omel Grace yang membuat Marvel cemberut."Jangan marah-marah," ucap Marvel yang sudah kembali menduselkan wajahnya pada leher Grace.Grace mengusap rambut tebal Marvel, "bagusin posisinya, kita lanjut tidur."Marvel menurut, tak sama sekali membantah, ia membaringkan dirinya di tempatnya semula, menunggu Grace berbaring agar ia bisa kembali bermanja. Grace merebahkan diri setelah membereskan sendok dan gelas yang tadi Marvel pakai. Marvel dengan cepat menyeruakkan dirinya dalam pelukan Grace. Grace yang paham pun memiringkan posisi tidurnya menghadap Marvel, dengan sabar ia membenarkan posisi Marvel yang kini tengah memeluknya er
"Bisa profesional sedikit? Ada pasien yang tengah menuggu di sini, dan Anda malah sibuk dengan urusan pribadi Anda?" tanya Marvel penuh penekanan, raut emosinya benar-benar tak bisa ditutupi.Ruangan yang semula beraura hangat kini menjadi dingin, Sayson terbatuk, ia cukup tersinggung dengan kalimat Marvel. Cepat-cepat Sayson menjalankan tugasnya, memeriksa Marvel dengan keringat dingin menyertai.'Suami Grace ini menyeramkan sekali,' batinnya.Sementara itu, Grace tengah susah payah meneguk ludahnya, tenggorokannya kering, tamatlah sudah, Marvel yang tengah cemburu lebih merepotkan ketimbang Marvel yang tengah sakit. Dan kini, Marvel yang tengah sakit ia buat cemburu, Grace sudah tidak bisa membayangkan lagi bagaimana cara membujuknya.***Marvel mengendarai mobilnya seperti seorang pembalap, Grace yang duduk di sebelahnya berkeringat dingin, bibirnya komat-kamit."Kak! Ini nyawa kita cuman satu lo!" teriaknya yang tak di hiraukan Marvel, menoleh saj
"Tadi itu bukan siapa-siapa, cuman tetangga aku dulu yang udah lama nggak ketemu, jadi jangan marah lagi, ya?" bujuk Grace yang mendapat anggukan dari Marvel.Grace terkekeh, diciumnya kepala Marvel dengan gemas, harum sampo suaminya itu begitu enak dicium."Aku mau beresin cucian piring dulu, meluknya jangan gini," pinta Grace lembut, tak ingin menyuruh Marvel menyudahi pelukannya yang akan berujung Marvel ngambek lagi.Marvel melepaskan pelukannya, wajahnya cemberut dengan rambut depan yang sudah tak rapi karena gerakan Marvel di leher Grace. Grace membalikkan tubuhnya, memunggungi Marvel dan melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Marvel kembali memeluk Grace, kali ini dengan tangan yang ikut membantu Grace membilas gelas dan peralatan masak yang sudah Grace bersihkan. Grace tersenyum hangat, dikecupnya pipi Marvel yang memang berada di sebelahnya karena pria itu meletakkan dagu di bahu Grace."Makasih suami," ucap Grace ceria.Marvel mengangguk kecil, "n
"Bisa nggak sih Mar, lo kalau punya keinginan yang manusiawi dikit?" keluh Jeol dengan tangan sibuk memijat keningnya yang berdenyut.Marvel mendengus, malas menjawab pertanyaan Jeol yang mengandung keluhan. Apa susahnya sih membujuk orang tua tersebut untuk menjual maskapai penerbangannya? Marvel benar-benar menginginkan maskapai tersebut untuk menjadi miliknya."Bujuk lagi, gue nggak mau tahu," ucap Marvel yang tak ingin di bantah.Memangnya siapa yang bisa membantah keinginan bos besar tersebut. Jeol mengacak rambutnya, "di bujuk gimana lagi Marvel? Gue harus sujud mohon-mohon gitu?" tanya Jeol tak habis pikir, sudah kelewat frustasi akan sifat dominan Marvel yang sulit untuk dibantah.Marvel mengangguk, "ide bagus," setujunya tanpa beban.Jeol megap-megap, "bagus jidat lo noh bagus!!" sungut Jeol yang sudah begitu lelah."Frustasi gue," gumamnya yang kini sudah duduk bersandar sehabis memaki Marvel."Gue nyerah Mar, nyerah!" Jeol angkat tanga
"Baik Non," Pak Jonithah mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil yang Grace tunjuk. Jarak Pak Jonithah ciptakan agar tak terlalu kentara sedang mengikuti.Setibanya di tempat yang benar-benar sepi, mobil itu berhenti, terlihat pria yang tadi memaksa-maksa Ginta keluar dari mobil dan menuju pintu belakang yang tadi Keira tempati. Samar-samar, Grace mendengar suara minta tolong Ginta, jantungnya makin berdegup kencang dengan perasaan tak nyaman."Non denger suara minta tolong?" tanya Pak Jonithah yang juga ternyata mendengar.Grace mengangguk, "itu Pak, di dalam mobil ada ceweknya, cowok itu tadi keliatan maksa-maksa si cewek buat masuk ke mobilnya."Pak Jonithah menegakkan tubuhnya begitu mendengar cerita Grace, "nggak bener ini Non," ucapnya yang mendapat anggukan setuju dari Grace."Gimana dong, Pak? Kita nolonginnya gimana?" tanya Grace tergesa."Non di mobil aja, biar saya yang nolongin. Gini-gini Bapak bisa bela diri, Non kunci pintunya dari dalam,
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg