"Masih mau makan makanan manis banyak-banyak lagi?" tanya Grace yang langsung mendapat gelengan kepala dari Marvel. Seperti anak kecil.
Marvel kapok tak mendengar perkataan istrinya, tak ingin lagi-lagi mengulang. Sekarang, bukan hanya kalimat ibunya yang keramat, tapi juga istrinya."Aku bilang juga apa, Kakak sih nggak percayaan," omel Grace yang membuat Marvel cemberut."Jangan marah-marah," ucap Marvel yang sudah kembali menduselkan wajahnya pada leher Grace.Grace mengusap rambut tebal Marvel, "bagusin posisinya, kita lanjut tidur."Marvel menurut, tak sama sekali membantah, ia membaringkan dirinya di tempatnya semula, menunggu Grace berbaring agar ia bisa kembali bermanja. Grace merebahkan diri setelah membereskan sendok dan gelas yang tadi Marvel pakai. Marvel dengan cepat menyeruakkan dirinya dalam pelukan Grace. Grace yang paham pun memiringkan posisi tidurnya menghadap Marvel, dengan sabar ia membenarkan posisi Marvel yang kini tengah memeluknya er"Bisa profesional sedikit? Ada pasien yang tengah menuggu di sini, dan Anda malah sibuk dengan urusan pribadi Anda?" tanya Marvel penuh penekanan, raut emosinya benar-benar tak bisa ditutupi.Ruangan yang semula beraura hangat kini menjadi dingin, Sayson terbatuk, ia cukup tersinggung dengan kalimat Marvel. Cepat-cepat Sayson menjalankan tugasnya, memeriksa Marvel dengan keringat dingin menyertai.'Suami Grace ini menyeramkan sekali,' batinnya.Sementara itu, Grace tengah susah payah meneguk ludahnya, tenggorokannya kering, tamatlah sudah, Marvel yang tengah cemburu lebih merepotkan ketimbang Marvel yang tengah sakit. Dan kini, Marvel yang tengah sakit ia buat cemburu, Grace sudah tidak bisa membayangkan lagi bagaimana cara membujuknya.***Marvel mengendarai mobilnya seperti seorang pembalap, Grace yang duduk di sebelahnya berkeringat dingin, bibirnya komat-kamit."Kak! Ini nyawa kita cuman satu lo!" teriaknya yang tak di hiraukan Marvel, menoleh saj
"Tadi itu bukan siapa-siapa, cuman tetangga aku dulu yang udah lama nggak ketemu, jadi jangan marah lagi, ya?" bujuk Grace yang mendapat anggukan dari Marvel.Grace terkekeh, diciumnya kepala Marvel dengan gemas, harum sampo suaminya itu begitu enak dicium."Aku mau beresin cucian piring dulu, meluknya jangan gini," pinta Grace lembut, tak ingin menyuruh Marvel menyudahi pelukannya yang akan berujung Marvel ngambek lagi.Marvel melepaskan pelukannya, wajahnya cemberut dengan rambut depan yang sudah tak rapi karena gerakan Marvel di leher Grace. Grace membalikkan tubuhnya, memunggungi Marvel dan melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Marvel kembali memeluk Grace, kali ini dengan tangan yang ikut membantu Grace membilas gelas dan peralatan masak yang sudah Grace bersihkan. Grace tersenyum hangat, dikecupnya pipi Marvel yang memang berada di sebelahnya karena pria itu meletakkan dagu di bahu Grace."Makasih suami," ucap Grace ceria.Marvel mengangguk kecil, "n
"Bisa nggak sih Mar, lo kalau punya keinginan yang manusiawi dikit?" keluh Jeol dengan tangan sibuk memijat keningnya yang berdenyut.Marvel mendengus, malas menjawab pertanyaan Jeol yang mengandung keluhan. Apa susahnya sih membujuk orang tua tersebut untuk menjual maskapai penerbangannya? Marvel benar-benar menginginkan maskapai tersebut untuk menjadi miliknya."Bujuk lagi, gue nggak mau tahu," ucap Marvel yang tak ingin di bantah.Memangnya siapa yang bisa membantah keinginan bos besar tersebut. Jeol mengacak rambutnya, "di bujuk gimana lagi Marvel? Gue harus sujud mohon-mohon gitu?" tanya Jeol tak habis pikir, sudah kelewat frustasi akan sifat dominan Marvel yang sulit untuk dibantah.Marvel mengangguk, "ide bagus," setujunya tanpa beban.Jeol megap-megap, "bagus jidat lo noh bagus!!" sungut Jeol yang sudah begitu lelah."Frustasi gue," gumamnya yang kini sudah duduk bersandar sehabis memaki Marvel."Gue nyerah Mar, nyerah!" Jeol angkat tanga
"Baik Non," Pak Jonithah mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil yang Grace tunjuk. Jarak Pak Jonithah ciptakan agar tak terlalu kentara sedang mengikuti.Setibanya di tempat yang benar-benar sepi, mobil itu berhenti, terlihat pria yang tadi memaksa-maksa Ginta keluar dari mobil dan menuju pintu belakang yang tadi Keira tempati. Samar-samar, Grace mendengar suara minta tolong Ginta, jantungnya makin berdegup kencang dengan perasaan tak nyaman."Non denger suara minta tolong?" tanya Pak Jonithah yang juga ternyata mendengar.Grace mengangguk, "itu Pak, di dalam mobil ada ceweknya, cowok itu tadi keliatan maksa-maksa si cewek buat masuk ke mobilnya."Pak Jonithah menegakkan tubuhnya begitu mendengar cerita Grace, "nggak bener ini Non," ucapnya yang mendapat anggukan setuju dari Grace."Gimana dong, Pak? Kita nolonginnya gimana?" tanya Grace tergesa."Non di mobil aja, biar saya yang nolongin. Gini-gini Bapak bisa bela diri, Non kunci pintunya dari dalam,
"Nggak tahu, aku pengen soalnya." Marvel berucap dengan raut wajah polos.Grace terkekeh melihatnya, "Kakak itu salah makan palingan. Sekarang masih mual?" tanya Grace lembut, tangannya menatarambut depan Marvel yang tak lagi rapi."Nggak pas deket sama kamu, tadi padahal nahan banget biar nggak muntah.""Ya udah, nanti aku ambilin obat. Sekarang, mandi sana," titah Grace lembut."Mandiin," bujuk Grace dengan wajah melasnya."No-no, aku udah mandi, nanti basah lagi." Grace menggeleng, ia berdiri, melepas paksa pelukan Marvel dan berjalan ke arah lemari.Marvel merengut, dengan lemas ia berdiri tegak, dengan langkah loyo ia menuju kamar mandinya. Mendengar suara pintu di tutup, Grace terkikik sendiri. la membuka lemari bagian bawah, dengan sebelah tangan ia mencari pakaian dalam Marvel karena tangannya yang sebelah lagi memegang pakaian yang akan Marvel pakai.Huek! Huek!Grace menoleh kaget kearah kamar mandi, Marvel muntah? Dengan berla
Marvel mengusap tengkuknya mendengar kefrustasian Grace, "jadi, boleh nggak?" Marvel bertanya penuh harap.Grace menghela napas berulang kali, "nggak! Lagian buat apa penthouse? Aku nggak suka Kakak beli apa-apa yang nggak digunain dan ujung-ujungnya dianggurin," final Grace, Marvel tertunduk kecewa."Kan bisa kita sewain Yang," bujuk Marvel tetep kekeuh.Grace menggeleng, "eng-gak," tekannya penuh peringatan.Marvel benar-benar ingin memiliki penthouse tersebut, benar-benar ingin. Dan dalam diamnya kini, Marvel tengah melafalkan kata maaf berulang kali untuk istrinya. Untuk kali ini saja, Marvel berbohong pada Grace. Sedari di kantor dia memang sudah menyusun rencana, jika nanti Grace melarang, maka Marvel akan diam-diam membelinya."Udah, sekarang minum jamunya." Grace mengambilkan jamu yang sedari tadi di diamkan, ia memberikannya pada Marvel.Marvel menerimanya, meminum jamu tersebut dengan cepat hingga tandas. la bahkan menahan napas agar tak
Grace hanya bisa geleng kepala, serius deh, suaminya itu tampilannya sudah keren lagaknya bos-bos besar mafia. Tapi sekalinya didekati, bau parfumnya feminim sekali."Terserah Kakak lah, awas tangannya." Grace menepis pelan tangan Marvel dari resleting celana bahan hitam tersebut. la jongkok, mulaibberusaha menaikkan resleting celana yang memang sulit untuk dinaikkan."Ganti aja deh Kak, celananya." Grace mendongak, mulai kesal karenabresletingnya nyangkut."Nggak mau Sayang, ayo dong, pasti bisa!" Marvel menyemangati, Grace mendengkus mendengarnya.Dengan geram dan penuh tenaga Grace kembali menarik resletingbcelana Marvel. Dan tahu ujungnya apa? Resleting celana itu rusak, terlepas bebas dari tempatnya."Yang ..." Marvel memandang Grace dengan wajah kagetnya.Grace mendengkus, "dahlah, emang waktunya diasingkan ini celana," gerutu Grace yang kembali berdiri tegak."Tapi-tapi-""Sttt." Kalimat Marvel, Grace berhenti dengan cara meletakkan t
"Gio!" panggil Marvel setelah di bukakan pagar oleh satpam rumah Gio.Gio mendongak, game di ponselnya ia pause begitu mendengar Marvel memanggilnya."Kenapa Bang?" Gio berjalan menghampiri Marvel."Buah belimbing itu kamu jual nggak?" tanya Marvel bermaksud membeli buahan yang tertanam di pekarangan rumah.Jeol menggeleng, "nggak, tapi kalau Abang mau ambil aja, nggak usah pakai beli-beli."Marvel mengangguk, Gio bertanya, "Abang mau? Kalau mau aku suruh Pak Burhan buat ngambilin.""Hum, saya mau. Nggak usah banyak-banyak," ucap Marvel dengan anggukan kepalanya."Pak Burhan!" Gio memanggil, satpam rumah Gio yang bernama Pak Burhan itu menghampiri."Kenapa Den?""Tolong ambilin buah belimbing buat Bang Marvel," pinta Gio yang langsung diangguki Burhan."Mangganya yang muda Pak," ucap Marvel.la ingat tadi Jeol membelikannya buah mangga yang sudah matang."Siap!" Pak Burhan memberikan hormat, langsung menjalankan perintah da