Marvel mengusap tengkuknya mendengar kefrustasian Grace, "jadi, boleh nggak?" Marvel bertanya penuh harap.
Grace menghela napas berulang kali, "nggak! Lagian buat apa penthouse? Aku nggak suka Kakak beli apa-apa yang nggak digunain dan ujung-ujungnya dianggurin," final Grace, Marvel tertunduk kecewa."Kan bisa kita sewain Yang," bujuk Marvel tetep kekeuh.Grace menggeleng, "eng-gak," tekannya penuh peringatan.Marvel benar-benar ingin memiliki penthouse tersebut, benar-benar ingin. Dan dalam diamnya kini, Marvel tengah melafalkan kata maaf berulang kali untuk istrinya. Untuk kali ini saja, Marvel berbohong pada Grace. Sedari di kantor dia memang sudah menyusun rencana, jika nanti Grace melarang, maka Marvel akan diam-diam membelinya."Udah, sekarang minum jamunya." Grace mengambilkan jamu yang sedari tadi di diamkan, ia memberikannya pada Marvel.Marvel menerimanya, meminum jamu tersebut dengan cepat hingga tandas. la bahkan menahan napas agar takGrace hanya bisa geleng kepala, serius deh, suaminya itu tampilannya sudah keren lagaknya bos-bos besar mafia. Tapi sekalinya didekati, bau parfumnya feminim sekali."Terserah Kakak lah, awas tangannya." Grace menepis pelan tangan Marvel dari resleting celana bahan hitam tersebut. la jongkok, mulaibberusaha menaikkan resleting celana yang memang sulit untuk dinaikkan."Ganti aja deh Kak, celananya." Grace mendongak, mulai kesal karenabresletingnya nyangkut."Nggak mau Sayang, ayo dong, pasti bisa!" Marvel menyemangati, Grace mendengkus mendengarnya.Dengan geram dan penuh tenaga Grace kembali menarik resletingbcelana Marvel. Dan tahu ujungnya apa? Resleting celana itu rusak, terlepas bebas dari tempatnya."Yang ..." Marvel memandang Grace dengan wajah kagetnya.Grace mendengkus, "dahlah, emang waktunya diasingkan ini celana," gerutu Grace yang kembali berdiri tegak."Tapi-tapi-""Sttt." Kalimat Marvel, Grace berhenti dengan cara meletakkan t
"Gio!" panggil Marvel setelah di bukakan pagar oleh satpam rumah Gio.Gio mendongak, game di ponselnya ia pause begitu mendengar Marvel memanggilnya."Kenapa Bang?" Gio berjalan menghampiri Marvel."Buah belimbing itu kamu jual nggak?" tanya Marvel bermaksud membeli buahan yang tertanam di pekarangan rumah.Jeol menggeleng, "nggak, tapi kalau Abang mau ambil aja, nggak usah pakai beli-beli."Marvel mengangguk, Gio bertanya, "Abang mau? Kalau mau aku suruh Pak Burhan buat ngambilin.""Hum, saya mau. Nggak usah banyak-banyak," ucap Marvel dengan anggukan kepalanya."Pak Burhan!" Gio memanggil, satpam rumah Gio yang bernama Pak Burhan itu menghampiri."Kenapa Den?""Tolong ambilin buah belimbing buat Bang Marvel," pinta Gio yang langsung diangguki Burhan."Mangganya yang muda Pak," ucap Marvel.la ingat tadi Jeol membelikannya buah mangga yang sudah matang."Siap!" Pak Burhan memberikan hormat, langsung menjalankan perintah da
Marvel telentang, matanya yang masih sayu menatap Grace lekat, "kan aku yang kerja, Sayang," ucap Marvel beralih merapat pada Grace dan memeluk pinggangnya.Grace cemberut, ya, ya, ya, Marvel itu tiap malam ya kerja, kerja yang membuatnya ikut lelah. Grace melepaskan pelukan Marvel secara paksa, ia berdiri, menatap balik Marvel yang memandanginya tak rela."Kalau sampai aku keluar kamar mandi dan Kakak belum juga bangun dari kasur, awas aja deket-deket aku," ancam Grace sebelum melenggang pergi menuju kamar mandi untuk menyiapkan air mandi Marvel.Marvel langsung melotot, dengan gerakan kaget ia mendudukkan diri, "serem banget ancamannya," lirih Marvel masih setengah mengantuk.Baru saja menurunkan kaki, netra Marvel teralih fokuskan oleh ponsel Grace yang berdering di atas nakas. Mengambil ponsel tersebut, Marvel membaca nama pengirim pesan yang tertera.Eragon?Alis Marvel mengerut, ia tak mengenali nama ini. Di bukanya chat yang menggantung di laya
"Ini kenapa, Sayang?" tanya Marvel tanpa menjauhkan posisinya, ibu jarinya menyentuh goresan kecil berwarna merah tersebut dengan pelan."Hah? Apa?" Grace bingung, ia ikut meraba tempat di mana Marvel memegangnya lalu berkaca dengan kamera di ponselnya.Grace mengernyit, ia baru menyadari jika di bawah matanya terdapat goresan seperti ini"Nggak tahu," jawab Grace masih sibuk memperhatikan goresan kecil tersebut."Masa nggak tahu?" heran Marvel.Grace teringat, "oh! Ini kayaknya kena gantungan tas Nana deh, soalnya aku tadi sempet rebahin kepala pakai tas Nana buat alasnya. Terus, karena kaget dosen masuk, aku cepet-cepet bangun, sempet ngerasa perih tapi lupa buat ngecek," jawab Grace yang membuat Marvel berdecak."Lain kali jangan ceroboh, bisa 'kan? Suka banget sih bikin khawatir. Mana di dekat mata lagi, untung nggak kena matanya," omel Marvel sambil mengelusi luka kecil Grace yang tak seberapa. Di tiupnya goresan kecil tersebut lalu di labuhkanny
Grace paling suka bersantai di taman samping kolam renang yang baru-baru ini di buat, dilengkapi dengan ayunan gantung dan lampu-lampu indah, suasana malam benar-benar terasa jauh lebih indah. Di tambah lagi berbagai macam cemilan sambil membaca buku, apalagi suasana hening yang mendamaikan, rasanya benar-benar sempurna. Dan lebih sempurna lagi saat ia mendapati Marvel datang menghampirinya. "Aku cari di mana-mana ternyata di sini," ucap Marvel dengan langkah besar menghampiri istrinya. Grace menutup bukunya dengan ibu jari yang menyelinap di antara lembaran buku yang ia baca. "Baru pulang?" tanya Grace dengan pandangan menatap suaminya yang masih mengenakan kantornya. Marvel mencium kening Grace sebentar sebelum menjawab pertanyaan istrinya, "iya, tadi mampir dulu ke rumah Pak Fomba." Dahi Graxe mengerut, "ngapain?" tanyanya bingung, ia tambah bingung lagi saat Bara mengangkatnya dari ayunan dan menurunkannya. Marvel mengambil alih posisi membaringkan
"Kakak lagi ngidam atau apa, sih?" tanya Grace frustasi, kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya tanpa pikir panjang.Hening, setelah mengeluarkan kalimat tersebut Grace tiba-tiba saja terdiam begitu pula Marvel. Keduanya membisu, saling menyelami pikiran masing-masing dengan saling bertatapan. Keduanya sama-sama mulai mengingat keanehan-keanehan yang terjadi beberapa Minggu terakhir. Sama-sama mencari kepingan ingatan di mana Marvel yang suka tiba-tiba mual, tiba-tiba meminta ini itu, lalu Nara yang sering kelelahan berlebihan, mengantuk berlebihan dan sebagainya."Kak ..." panggil Grace pelan, setelah tadi hampir tiga menit sama-sama terdiam.Marvel memandang Grace dengan tatapan yang sulit di jabarkan, menanti kalimat berikutnya dari istrinya."Aku udah telat tiga mingguan," ucap Grace pelan, lirih dan penuh ketegangan.Tanpa tunggu semenit dua menit, setelah mendengar kalimat Grace, Marvel langsung saja turun dari ranjang. Meninggalkan Grace yang te
Ada ketakutan yang ia rasakan begitu dirinya bertanya hal tersebut pada istrinya. Pelan-pelan Grace menghentikan sesenggukannya, setelah sedikit mereda, Grace kemudian menggeleng."U-udah siap, tap-tapi ..." Grace berhenti bicara hanya untuk menormalkan napasnya."Tapi apa, hum?" Marvel dengan sabar menunggu, perasaannya lega begitu mendengar istrinya membantah pertanyaannya."Tap-tapi, aku belum berkesempatan lagi buat dititipkan di ..." Grace kembali menangis begitu menyelesaikan kalimatnya.Marvel tertawa, air matanya ikut jatuh dan ia cepat-cepat menghapusnya. Kenapa istrinya begitu menggemaskan sih, di saat-saat seperti ini. Marvel sempat dilanda ketakutan tadi itu, dan ternyata tangis yang membuat Marvel ketar-ketir sendiri hanya karena hal itu."Kakak langsung ke kantor?" tanya Grace di sela langkahnya.Marvel tak langsung menjawab, ia melihat jam yang melingkar di tangannya terlebih dahulu. Sudah pukul sebelas, Marvel rasa membawa Grace mencar
Marvel terkekeh, kali ini ia memiringkan kepala agar bisa mencium pipi Grace yang semakin bulat. Belum apa-apa saja pipi Grace sudah makin gede, bagaimana jika nanti ia hamil besar, Marvel makin tak sabar ingin menggigiti pipi istrinya yang akan semakin melar."Ya udah, tidur.""Mau dinyanyiin tapi ..." Grace kembali bergumam."Tumben?" heran Marvel dengan alis mengerut."Mau aja." Mendengar jawaban Grace yang setengah mengantuk itu, Marvel hanya bisa tersenyum kecil."Kiss dulu, baru di nyanyiin." Marvel mengeluarkan syarat, Grace yang memang sudah mengantuk berat hanya bisa membuka matanya kecil.Sedikit menjauhkan kepalanya dari dada suaminya, Grace mendongak dengan mata setengah terbuka yang begitu di paksa. Grace memegang rahang Marvel, memberikan satu kecupan manis di bibir suaminya lalu kembali memejamkan mata. Marvel yang terlanjur gemas, balik menangkup kedua pipi istrinya, dilabuhkannya kecupan berkali-kali baru terakhir mencium kedua mata Gra