Setelah matanya mengelilingi segala penjuru kamar, tetap saja keberadaan jam tidak ia temukan. Grace mengusap wajahnya, dengan malas-malasan ia bangun dari tempat tidur. Di raihnya jepitan rambut yang malam tadi ia letakkan di nakas, dengan asal ia menjepit rambutnya. Kakinya mulai bergerak menuju pintu, saat pintu itu terbuka hingga menimbulkan sedikit suara. Marvel yang semalaman memang menunggu hingga tertidur di dinding samping pintu terbangun. Penglihatannya yang masih buram mampu menangkap Grace yang kini menatapnya tanpa berkedip.
"Grace," panggilnya serak dengan senyuman kecil di bibirnya.Grace mengerjap, "Kakak ngapain di situ?" tanyanya lirih.
Marvel berusaha bangun dari dinginnya lantai, ia memandang Grace lembut dengan senyum kecilnya, "nungguin kamu."Bibir Grace melengkung ke bawah, diterjangnya Marvel dengan pelukan erat hingga membuat Marvel mundur beberapa langkah."Kenapa harus nungguin di situ?" tanya Grace dengan suara serak karena mulDilepaskannya pelukan tersebut dan ia langsung saja melenggang pergi menuju meja makan.Grace menggeleng kecil, ada-ada saja kelakuan suaminya itu. Marvel yang baru saja mendudukkan diri di kursinya di buat mengerutkan kening ketika mendengar suara bel. Marvel beranjak dari kursinya menuju pintu utama, siapa gerangan orang yang bertamu di pagi-pagi buta seperti ini? Minta sumbangankah? Atau menitipkan bayi? Marvel membuka pintu, wajahnya langsung berubah datar ketika melihat tamunya di pagi hari begini. Lebih buruk dari dugaannya."Selamat pagi, Saudara!" sapa Bryan ceria, ia nyelonong begitu saja setelah mengucapkan salam. Di belakangnya, Gio mengikuti dengan gaya cool-nya."Masuk Bang, udah nggak ada siapa-siapa lagi," ucapnya yang sudah seperti tuan rumah.Marvel menghela napas. Dasarnya pabrikannya sama mau di luar terlihat seperti air dan minyak sekalipun, tetap saja akan selalu ada kesamaan dari kedua saudara tersebut. Sama-sama menyebalkan, bedanya tingk
Saat sedang merapikan sprei, tiba-tiba saja ponselnya berdering, diraihnya ponsel yang semula ia letakkan di meja nakas tersebut. Nama Xella tertera di sana, kening Grace mengerut, tumben sekali pagi-pagi begini Xella mem-video call dirinya."Halo Xella, kenapa?" tanya Grace yang sudah mengambil posisi duduk di pinggiran kasur."Huwaaa! Hidup gue gini amat sih, Ce. Udahlah duit jajan dipotong, tugas kuliah bejibun, nggak ada yang suka, otak nggak guna lagi."Xella di seberang sana berteriak frustasi dengan muka sedih nelangsanya. Tanpa salam tanpa sapa langsung saja mengadukan hidupnya pada Grace."Hus! Kok ngomongnya gitu, kenapa sih? Kok sampai ngeluh sepanjang itu?" heran Grace.Xella di seberang sana terisak kecil, "duit jajan gue di potong gara-gara gue bolos kuliah," curhatnya sedih dengan bibir melengkung ke bawah."Salah kamu juga, kenapa pakai bolos?""Dosennya galak Xell, mana gue belum siap tugasnya lagi. Kayaknya gue salah jurusan deh,
Mendengar panggilan Kak yang Grace lontarkan membuat perempuan tersebut berprasangka bahwa Grace adalah adik Marvel. Apalagi, wajah Grace hampir mirip dengan Marvel. Perempuan tersebut tersenyum malu, diselipkannya rambut pada telinga belakangnya dengan gerakan yang membuat Grace ingin meludah ke sembarang arah."Emmm ... saya ... itu, pa-""Siapa Grace?" Kalimat perempuan tersebut terpotong denganbkedatangan Marvel yang tiba-tiba.Melihat perempuan di hadapannya yang langsung tersenyum cerah dengan muka bersemu merah membuat Grace ingin muntah. Ditatapnya Marvel yang sudah mengambil posisi di sampingnya, Grace tersenyum. Di lilitkannya tangannya pada lengan Marvel yang kini hanya menggunakan baju kaos pendek warna hitam."Ini loh Sayang, katanya nyari kamu," ucap Grace dengan senyum di buat-buatnya.Dahi Marvel mengerut begitu mendengar Grace memanggilnya sayang, tak ayal bibirnya juga menerbitkan senyum senang dengan jantung berdebar. Sementara perempuan d
Marvel menunduk, menatap Grace yang sedang menatapnya penuh keterkejutan."Kok di batalin? Nanti Kakak rugi gimana?" tanya Grace yang sudah duduk tegap menghadap Marvel.Marvel tersenyum kecil, tangan besarnya dengan telaten merapikan rambut Grace yang sedikit berantakan,"Kamu nggak suka, 'kan? Jadi saya batalin, dia juga tidak profesional, dan saya tidak suka bekerja dengan orang yang tidak profesional," jelas Marvel menenangkan."Tapi maksud aku bukan gitu," cicit Grace dengan wajah menyesal, jika ia tahu Marvel akan dengan gampangnya memutus kerja sama dengan perempuan bernama Sandra-Sandra itu, Grace tak akan dengan gamblang mengungkapkan isi hatinya. Bukan karena kasihan dengan Sandra, tapi ia tak mau suaminya rugi."Sekarang saya tanya, kamu ikhlas nggak kalau saya kerja sama perempuan itu, saya akan sering ketemu dia, berbincang dengan dia, dan dia akan menemui saya seperti tadi dengan pakaian seksinya. Ikhlas kamu?" tanya Marvel dengan sebelah alis
"Nggak tahu, ini baru mau ke rumah sakit. Gue titip ya, Mama sama Papi gak lama lagi pulang kok dari kondangan," cap Xella menjelaskan keberadaan Mama dan Papi tirinya yang tengah pergi kondangan.Grace mengangguk paham, "pasti aku jagain, semoga Papa kamu baik- baik aja."Gue pamit ya, semua barang-barang Naval ada di tas itu, kalau ada apa-apa telepon aja," pesan Xella, Grace mengangguk mengiyakan.Setelah mengantarkan Xella hingga pintu depan, Grace kembali menuju ruang tamu, dilihatnya Naval yang masih tertidur dengan pulasnya. Grace tersenyum, lucu sekali pikirnya, ia jadi ingin memiliki sendiri. Grace mendudukkan diri di samping Naval, "gemes banget sih" geram Grace dengan gigi rapatnya, ingin sekali mencubit pipi tembem itu namun takut membangunkan.Grace pikir merawat anak kecil itu enak-enak saja, ia pikir semuanya akan berjalan lancar dengan semestinya. Tapi rupanya pikirannya salah, menjaga anak kecil tidak semudah itu, tidak segampang yang ia bayangka
"Ih, Kakak, jangan diciumin terus."Dijauhkannya Naval dari jangkauan Marvel Sekarang bocah kecil itu ada di pelukan Grace. Naval memanjat paha Grace, dipeluknya leher Grace dan kembali mengoceh, seperti menyuarakan ketidaksukaannya akan tindakan Marvel."Kenapa Sayang? Om Marvel nyebelin, ya?" Grace mengelus punggung Naval lembut. Balita kecil itu menduselkan wajahnya di pipi Grace yang juga tembem.Marvel mengatupkan giginya rapat, "gemes Sayang," ucap Marvel yang malah menyambar pipi Grace untuk ia ciumi, bahkan ujung-ujungnya ia gigit hingga membuat Grace memekik kecil."Ih, Kakak!" protes Grace dengan mata melototnya.Marvel terkekeh, "kan gemes," belanya dengan wajah tanpa dosanya."Ya, tapi kenapa aku yang jadi korban," sungut Grace. Naval kembali ia turunkan dan ia mandikan kembali."Kan yang gemesin kamu, baru Naval," ucap Grace kembali mencuri satu ciuman di pipi Grace hingga berbunyi.Grace melotot, sementara Marvel terkekeh, dan Na
Tangan Grace bergerak mengusap bibir Grace yang berminyak karena sambal, "kenapa cantik banget sih?" tanya Marvel tak habis pikir. Grace tersipu di buatnya"Kak ..." rengek Grace tak tahan, bisa-bisa kadar gulanya naik jika terus menerima kalimat manis dari Marvel.Marvel serius, Grace yang hanya memakai daster dengan rambut di cepol saja kenapa bisa secantik ini?"Serius Sayang, kamu kenapa cantiknya kelewatan?" tanya Marvel masih dengan topik yang sama.Grace makin malu dibuatnya, "nggak tau, ih ... udah, aku malu," ungkap Grace yang mampu membuat Marvel terkekeh. Di usapnya pipi Grace yang bersemu merah dengan lembut dan penuh perasaan."Kamu buat saya jatuh cinta tiap hari, jadi kamu harus tanggung jawab," ucap Marvel dengan tatapan dalam yang mampu membuat Grace tenggelam di netra cokelat tersebut."Tetap sama saya, di sisi saya, dan jangan pernah tinggalin saya," sambung Marvel serius, kedua pasang bola mata dengan warna sama itu saling menatap da
Xella menjitak kening Grace hingga menimbulkan suara, membuat Grace meringis perih."Sembarangan! Kayak nggak ada cowok lain aja. Gue itu mahal, nggak level suka sama punya orang!" Xella mengibaskan rambutnya yang di gerai dengan gaya songongnya.Grace mendecih, 'gegayaan,' batinnya berseru tapi bibirnya tetap bungkam."Lagian gue itu nggak ada bakat menggatal," ucap Xella dengan wajah benar-benar ingin Grace geplak. Apalagi saat perempuan itu memutar bola mata dengan jemari memilin rambutnya.Grace bertepuk tangan, "teruskan bakat menjulidmu, Nak," ucapnya geleng kepala dengan raut di buat-buat bangga. Xella berdecak, Grace hanya terkekeh melihat muka sebal Xella."Jadi ... siapa yang kamu suka?" tanya Grace kembali ke topik awal.Raut Xella kembali sedih, "itu, temennya Kak Marvel, dosen di kampus kita," ceritanya dengan tangan sibuk mengaduk-aduk minumannya dengan pipet.Grace sedikit berfikir, "oh! Yang ke kantin sama Kak Marvel waktu itu?" tan