Tapi tahu-tahu Calantas sudah memutuskannya duluan tiga hari kemudian dengan wajah babak belur dan raut tidak rekannya. Wajah Marvel langsung mengeruh, "saya nggak suka ya, kamu ingat-ingat cowok bau kencur itu!" peringat Marvel dengan tatapan tajamnya.
Grace menghela napas, "iya, nggak lagi. Tapi jawab dulu pertanyaanaku," tuntut Grace yang terdengar begitu menyebalkan di telinga Marvel."lya," jawabnya malas, kepalanya kembali ia rebahkan di dada Grace.
Grace melongo tak habis pikir, sebenarnya apa saja yang sudah Grace lakukan di belakangnya selama ini."Kak," panggil Grace lagi. Marvel hanya bergumam sebagai jawaban."Bilang apa aja yang udah Kakak lakuin yang berhubungan dengan aku tanpa sepengetahuanku selama ini," tuntut Grace kali ini terdengar benar-benar serius.Marvel kembali mengangkat kepalanya, "nggak bisa besok, ya?" nego Marvel yang sudah begitu mengantuk.Grace menggeleng. Marvel di buat menghela napas melihat gelengan tegaSetelah matanya mengelilingi segala penjuru kamar, tetap saja keberadaan jam tidak ia temukan. Grace mengusap wajahnya, dengan malas-malasan ia bangun dari tempat tidur. Di raihnya jepitan rambut yang malam tadi ia letakkan di nakas, dengan asal ia menjepit rambutnya. Kakinya mulai bergerak menuju pintu, saat pintu itu terbuka hingga menimbulkan sedikit suara. Marvel yang semalaman memang menunggu hingga tertidur di dinding samping pintu terbangun. Penglihatannya yang masih buram mampu menangkap Grace yang kini menatapnya tanpa berkedip."Grace," panggilnya serak dengan senyuman kecil di bibirnya.Grace mengerjap, "Kakak ngapain di situ?" tanyanya lirih.Marvel berusaha bangun dari dinginnya lantai, ia memandang Grace lembut dengan senyum kecilnya, "nungguin kamu."Bibir Grace melengkung ke bawah, diterjangnya Marvel dengan pelukan erat hingga membuat Marvel mundur beberapa langkah."Kenapa harus nungguin di situ?" tanya Grace dengan suara serak karena mul
Dilepaskannya pelukan tersebut dan ia langsung saja melenggang pergi menuju meja makan.Grace menggeleng kecil, ada-ada saja kelakuan suaminya itu. Marvel yang baru saja mendudukkan diri di kursinya di buat mengerutkan kening ketika mendengar suara bel. Marvel beranjak dari kursinya menuju pintu utama, siapa gerangan orang yang bertamu di pagi-pagi buta seperti ini? Minta sumbangankah? Atau menitipkan bayi? Marvel membuka pintu, wajahnya langsung berubah datar ketika melihat tamunya di pagi hari begini. Lebih buruk dari dugaannya."Selamat pagi, Saudara!" sapa Bryan ceria, ia nyelonong begitu saja setelah mengucapkan salam. Di belakangnya, Gio mengikuti dengan gaya cool-nya."Masuk Bang, udah nggak ada siapa-siapa lagi," ucapnya yang sudah seperti tuan rumah.Marvel menghela napas. Dasarnya pabrikannya sama mau di luar terlihat seperti air dan minyak sekalipun, tetap saja akan selalu ada kesamaan dari kedua saudara tersebut. Sama-sama menyebalkan, bedanya tingk
Saat sedang merapikan sprei, tiba-tiba saja ponselnya berdering, diraihnya ponsel yang semula ia letakkan di meja nakas tersebut. Nama Xella tertera di sana, kening Grace mengerut, tumben sekali pagi-pagi begini Xella mem-video call dirinya."Halo Xella, kenapa?" tanya Grace yang sudah mengambil posisi duduk di pinggiran kasur."Huwaaa! Hidup gue gini amat sih, Ce. Udahlah duit jajan dipotong, tugas kuliah bejibun, nggak ada yang suka, otak nggak guna lagi."Xella di seberang sana berteriak frustasi dengan muka sedih nelangsanya. Tanpa salam tanpa sapa langsung saja mengadukan hidupnya pada Grace."Hus! Kok ngomongnya gitu, kenapa sih? Kok sampai ngeluh sepanjang itu?" heran Grace.Xella di seberang sana terisak kecil, "duit jajan gue di potong gara-gara gue bolos kuliah," curhatnya sedih dengan bibir melengkung ke bawah."Salah kamu juga, kenapa pakai bolos?""Dosennya galak Xell, mana gue belum siap tugasnya lagi. Kayaknya gue salah jurusan deh,
Mendengar panggilan Kak yang Grace lontarkan membuat perempuan tersebut berprasangka bahwa Grace adalah adik Marvel. Apalagi, wajah Grace hampir mirip dengan Marvel. Perempuan tersebut tersenyum malu, diselipkannya rambut pada telinga belakangnya dengan gerakan yang membuat Grace ingin meludah ke sembarang arah."Emmm ... saya ... itu, pa-""Siapa Grace?" Kalimat perempuan tersebut terpotong denganbkedatangan Marvel yang tiba-tiba.Melihat perempuan di hadapannya yang langsung tersenyum cerah dengan muka bersemu merah membuat Grace ingin muntah. Ditatapnya Marvel yang sudah mengambil posisi di sampingnya, Grace tersenyum. Di lilitkannya tangannya pada lengan Marvel yang kini hanya menggunakan baju kaos pendek warna hitam."Ini loh Sayang, katanya nyari kamu," ucap Grace dengan senyum di buat-buatnya.Dahi Marvel mengerut begitu mendengar Grace memanggilnya sayang, tak ayal bibirnya juga menerbitkan senyum senang dengan jantung berdebar. Sementara perempuan d
Marvel menunduk, menatap Grace yang sedang menatapnya penuh keterkejutan."Kok di batalin? Nanti Kakak rugi gimana?" tanya Grace yang sudah duduk tegap menghadap Marvel.Marvel tersenyum kecil, tangan besarnya dengan telaten merapikan rambut Grace yang sedikit berantakan,"Kamu nggak suka, 'kan? Jadi saya batalin, dia juga tidak profesional, dan saya tidak suka bekerja dengan orang yang tidak profesional," jelas Marvel menenangkan."Tapi maksud aku bukan gitu," cicit Grace dengan wajah menyesal, jika ia tahu Marvel akan dengan gampangnya memutus kerja sama dengan perempuan bernama Sandra-Sandra itu, Grace tak akan dengan gamblang mengungkapkan isi hatinya. Bukan karena kasihan dengan Sandra, tapi ia tak mau suaminya rugi."Sekarang saya tanya, kamu ikhlas nggak kalau saya kerja sama perempuan itu, saya akan sering ketemu dia, berbincang dengan dia, dan dia akan menemui saya seperti tadi dengan pakaian seksinya. Ikhlas kamu?" tanya Marvel dengan sebelah alis
"Nggak tahu, ini baru mau ke rumah sakit. Gue titip ya, Mama sama Papi gak lama lagi pulang kok dari kondangan," cap Xella menjelaskan keberadaan Mama dan Papi tirinya yang tengah pergi kondangan.Grace mengangguk paham, "pasti aku jagain, semoga Papa kamu baik- baik aja."Gue pamit ya, semua barang-barang Naval ada di tas itu, kalau ada apa-apa telepon aja," pesan Xella, Grace mengangguk mengiyakan.Setelah mengantarkan Xella hingga pintu depan, Grace kembali menuju ruang tamu, dilihatnya Naval yang masih tertidur dengan pulasnya. Grace tersenyum, lucu sekali pikirnya, ia jadi ingin memiliki sendiri. Grace mendudukkan diri di samping Naval, "gemes banget sih" geram Grace dengan gigi rapatnya, ingin sekali mencubit pipi tembem itu namun takut membangunkan.Grace pikir merawat anak kecil itu enak-enak saja, ia pikir semuanya akan berjalan lancar dengan semestinya. Tapi rupanya pikirannya salah, menjaga anak kecil tidak semudah itu, tidak segampang yang ia bayangka
"Ih, Kakak, jangan diciumin terus."Dijauhkannya Naval dari jangkauan Marvel Sekarang bocah kecil itu ada di pelukan Grace. Naval memanjat paha Grace, dipeluknya leher Grace dan kembali mengoceh, seperti menyuarakan ketidaksukaannya akan tindakan Marvel."Kenapa Sayang? Om Marvel nyebelin, ya?" Grace mengelus punggung Naval lembut. Balita kecil itu menduselkan wajahnya di pipi Grace yang juga tembem.Marvel mengatupkan giginya rapat, "gemes Sayang," ucap Marvel yang malah menyambar pipi Grace untuk ia ciumi, bahkan ujung-ujungnya ia gigit hingga membuat Grace memekik kecil."Ih, Kakak!" protes Grace dengan mata melototnya.Marvel terkekeh, "kan gemes," belanya dengan wajah tanpa dosanya."Ya, tapi kenapa aku yang jadi korban," sungut Grace. Naval kembali ia turunkan dan ia mandikan kembali."Kan yang gemesin kamu, baru Naval," ucap Grace kembali mencuri satu ciuman di pipi Grace hingga berbunyi.Grace melotot, sementara Marvel terkekeh, dan Na
Tangan Grace bergerak mengusap bibir Grace yang berminyak karena sambal, "kenapa cantik banget sih?" tanya Marvel tak habis pikir. Grace tersipu di buatnya"Kak ..." rengek Grace tak tahan, bisa-bisa kadar gulanya naik jika terus menerima kalimat manis dari Marvel.Marvel serius, Grace yang hanya memakai daster dengan rambut di cepol saja kenapa bisa secantik ini?"Serius Sayang, kamu kenapa cantiknya kelewatan?" tanya Marvel masih dengan topik yang sama.Grace makin malu dibuatnya, "nggak tau, ih ... udah, aku malu," ungkap Grace yang mampu membuat Marvel terkekeh. Di usapnya pipi Grace yang bersemu merah dengan lembut dan penuh perasaan."Kamu buat saya jatuh cinta tiap hari, jadi kamu harus tanggung jawab," ucap Marvel dengan tatapan dalam yang mampu membuat Grace tenggelam di netra cokelat tersebut."Tetap sama saya, di sisi saya, dan jangan pernah tinggalin saya," sambung Marvel serius, kedua pasang bola mata dengan warna sama itu saling menatap da
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg