Vivian menatap cemas layar ponselnya, menunggu balasan pesan dari sahabatnya yang sudah lima tahun hilang kabar. Jari-jarinya bergerak gelisah, ia benar-benar ingin tau bagaimana kabar wanita itu dan ingin kembali bercengkrama dengannya.“Saya jadi penasaran, kenapa Anda begitu khawatir dengan Nyonya Karina?”Kepala Vivian peralahan terangkat dan menatap pria bersetelan jas rapi yang sedari tadi duduk di hadapannya. Mereka kembali bertemu setelah terakhir kali dia, menyelamatkan Vivian dari mantan gilanya.“Karena dia satu-satunya sahabat yang bisa Saya punya, dia adalah keluarga saya, saya tidak punya siapa-siapa lagi dan kalian mengambilnya begitu saja.” Sorot mata yang dulu terlihat sangat berani itu kini sudah meredup.Dk tidak lagi melihat wanita pemberani yang membuatnya selalu tertantang untuk melakukan hal-hal gila. Wajah wanita itu terlihat lebih sayu dan tidak ada semangat. Selama lima tahun berlalu, banyak perubahan yang terjadi dalam hidup Vivian.“Anda benar-benar akan me
Dengan ragu-ragu Vivian membuka suaranya, “Aku dan Karina adalah saudara.” Suara itu terdengar sangat halus dan pelan namun masih bisa didengar.Mata DK sontak otomatis terbuka lebar, seolah merasa sesutu menamparnya dengan keras. Ia langsung melihat Vivian yang masih berada di dalam kungkungannya yang menunjukkan raut wajah sedih.“T-T-Tapi, bukankah Nyonya Karina adalah anak tunggal?” DK masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.“Ya, di keluarga tuan Raymond Elderano dia memang anak tunggal. Tapi, di keluarga William dia adalah anak bungsu. Dia adik kembarku yang diasuh oleh keluarga Elderano sejak bayi. Waktu itu, istri tuan Elderano melahirkan. Namun, putri yang ia lahirkan meninggal karena kelaian jantung tepat dua hari setelah kelahirannya.” Vivian menarik napas panjang untuk menceritakan lebih lanjut.“Waktu itu, ayah memberikan saran yang langsung disetujui kedua orang itu, ayah memberikan putrinya untuk mereka urus. Karena jujur saja, waktu itu ekonomi keluarga
Karina menatap lamat ponselnya, kakinya sekarang menginjak di lantai ruangan sang suami, ruangan yang sebenarnya Karina tidak pernah masuki selama tinggal di tempat ini. Karina selalu menjaga privasi suaminya, tapi entah kenapa belakangan ia selalu ingin mencari sesuatu di ruangan ini.Dari : 0762-xxxx-xxxx[Jika kau ingin mengingat setiap memorimu yang hilang, cobalah untuk tidak meminum obat yang diberikan rutin oleh suamimu. Itu akan sangat membantu, jika tidak, kau bisa bertanya dengan dokter Anna. Yang jelas, kau lupa ingatan bukan karena kecelakaan, melainkan disengaja...]“Dokter Anna? Lupa ingatan yang disengaja?”“Apa yang Joshua sembunyikan dariku sebenarnya? Lalu, kenapa orang ini bersikeras ingin memulihkan ingatanku?” Karina bermonolog.Matanya melihat sekeliling ruangan yang disinari cahaya temaram, furnitur modern dan alat-alat komunikasi cangging berada di sana untuk menghiasi ruangan. Joshua suka dengan segala sesuatu yang berbau modern.Karina membuka satu persatu pi
Pagi yang damai di sebuah kafe, sinar matahari memancarkan bayangan panjang saat langit perlahan-lahan berubah menjadi jingga dan merah muda. Udara terasa segar dan tenang, membawa aroma samar dari biji kopi yang dipanggang, mengetuk indera penciuman orang yang menghirupnya.Di dalam, kafe masih sepi, kecuali dengungan pelan peralatan yang sedang dibersihkan dan dipersiapkan untuk hari yang akan datang. Aroma kopi yang baru diseduh dan suara desisan uap memenuhi ruangan. Saat matahari berangsur-angsur naik, kafe mulai terbangun, dan pagi perlahan-lahan menjadi hidup.Suara gemerincing lonceng yang terpasang di pintu kaca itu terdengar. Sebuah senyum manis terpatri indah di bibir sang pemilik.“Selamat pagi, anak-anakku,” seru Vivian ke tanaman pot yang menghiasi pinggiran teras kafenya. Ia menyiram tanaman potnya dengan rutin dan penuh dengan perhatian.Ia berjongkok di depan tanaman potnya dan mulai memyemprotkan air ke daun-daun dan tanah yang haus.Lalu sebuah tangan melingkar di p
“Ada penyusup di perusahaan kita, kira-kira siapa, ya?”Ketegangan di ruang meeting kembali hadir ketika Joshua membuka suara. Semua orang tegang, dan udara terasa nyaris seperti listrik dengan kata-kata yang tidak terucapkan dari para bawahannya. Keheningan nyaris tak tertahankan tidak ada orang yang ingin mengaku sebagai penyusup, nyawa mereka sedang dalam bahaya saat ini.“Mengakulah, jika tidak semua orang akan rugi.” Tatapan tajam Joshua menganalisa semua anak buah yang ada di dalam ruang meeting ini.“Menjual informasi pribadiku ke klan lain dan orang-orang prancis? Sialan, kau kira aku tidak tau apa yang kau lakukan?”Intensitas tatapannya sangat jelas, sehingga hampir tidak mungkin untuk berpaling. Seolah-olah dia sedang mengunci targetnya yang duduk di barisan kanan paling ujung. Tekanan tatapannya nyaris mencekik, membuat orang-orang merasa seperti hewan yang terperangkap dalam tatapan predator.“Apa kau kira setelah memiliki anak aku akan berubah menjadi manusia yang lemah
Suasana di dalam kafe hampir terasa pahit. Aroma kopi dan kue-kue yang masih tersisa memenuhi udara saat pelanggan menghabiskan hidangan terakhir mereka. Vivian dan Serena sibuk membersihkan dan mempersiapkan diri untuk mengakhiri bisnis hari ini. Aroma kopi yang baru diseduh dan suara kursi yang didorong ke lantai memenuhi kafe yang kosong, sisa-sisa aktivitas hari ini. Aroma kopi yang tersisa dan ketenangan dari kafe yang kosong adalah penutup yang sempurna untuk hari yang sibuk. Serena sudah selesai dengan siftnya dan berpamitan kepada sang bos untuk pulang. Dia menyalakan motor lalu menghilang di dalam sunyinya malam. Tinggallah Vivian dengan sisa-sisa pekerjaan ringan di hadapannya. “Kafe sudah tutup?” Vivian berbalik dan mendapati DK berdiri di ambang pintu sembari tersenyum tipis. Hari yang melelahkan, akan sangat indah jika diakhiri bersama dengan perasaan suka cita. “Hmm, kami sudah tutup, tuan.” Vivian melontarkan candaannya sambil tersenyum. “Sudah aku bilang, jangan
“Papa pulang.”Seru riang Joshua begitu memasuki kamar putrinya, Bella. Ia tersenyum tipis melihat Bella sedang duduk sembari membaca buku-buku ceritanya ditemani oleh sang ibu. Mendekati waktu tidur, Bella selalu menyempatkan diri untuk membaca buku cerita. Joshua langsung mendekati dua orang yang paling dia cintai itu.“Selamat datang kembali, Pa.”Karina berseru tak kalah riang menggantikan Bella yang masih kesulitan untuk bicara. Bella senang melihat ayahnya kembali, ia selalu ingin menghabiskan waktu dengan cinta pertamanya itu. Ia beranjak dan langsung memeluk ayahnya erat, selau lengket seperti permen karet.“Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu, sayang.” Joshua mengecup dahi istrinya lembut dan menatapnya penuh cinta.“Selalu baik, aku juga merindukanmu.”Bella memeluk Joshua erat-erat, namun perhatian Joshua sesekali masih tertuju pada Karina. “Dokter Anna bilang apa? Bagaimana kondisimu?”“Sangat baik, semuanya normal, kata dokter Anna aku hanya kelelahan saja,” jelas Karina,
“Di mana Vivian?” Serena menatap bingung DK yang bertanya di mana bosnya itu berada. bukannya sebagai seorang kekasih dia sudah pasti tahu kemana pacarnya pergi. Kenapa malah bertanya kepada karyawannya? “Bos pergi, katanya hari ini dia tidak ke kafe, ada urusan mendadak.” Serena menjawab dengan nada ketus. “Kemana?” Serena mengangkat bahunya sebagai jawaban, Vivian tidak memberitahu kemana dia akan pergi. Pagi-lagi sekali Vivian sudah pergi dan menitipkan kafenya kepada karyawannya untuk dikelola hari ini. Serena juga tidak pernah mau tau urusan apa yang bosnya itu lakukan, dia hanya seorang karyawan yang dibayar untuk bekerja, bukan untuk mencari tahu apa yang bosnya itu lakukan sehari-hari. “Ini pesananmu, paman.” Serena memberikan satu cup kopi hangat pada DK. DK memandang jengkel Serena, “Sudah saya katakan, saya bukan pamanmu!” “Terserah! Bisakah anda menyingkir?! Antriannya sudah sangat panjang.” Serena tak kalah jengkel, DK berdiri di sana sudah cukup lama dan membuat an