Kamar tertutup rapat dalam gelap gulita, hanya sedikit cahaya bulan yang merayap masuk melalui celah-celah tirai yang terbuka. Udara terasa tegang dan dingin, menciptakan suasana yang penuh kecemasan dan ketidak-pastian.Karina terbaring di tempat tidur dengan wajah tegang dan mata terpejam. Kamar gelap dan sunyi, hanya terang rembulan yang menerangi ruangan dengan cahaya pucat. Napasnya terengah-engah, dan keningnya berkerut karena ketegangan.Saat matanya terbuka, napasnya terengah tidak karuan, seperti ada yang mencekik lehernya. Semua gambaran di dalam kepala terlihat jelas. Karina segera bangkit dari posisinya, menyorot setiap sudur ruangan. Lalu pandangannya bergulir ke sisi kiri di mana Joshua terlelap di dalam tidurnya.“Mimpi itu lagi,” bisik Karina di tengah napasnya yang tidak beraturan. Peluh membanjiri tubuhnya. Karina belum bisa mengatur napasnya dengan baik.Pergerakan Joshua menginterupsi konsentrasi Karina, ia menoleh ke arah Suaminya itu dengan mata penuh rasa takut.
Vivian menatap cemas layar ponselnya, menunggu balasan pesan dari sahabatnya yang sudah lima tahun hilang kabar. Jari-jarinya bergerak gelisah, ia benar-benar ingin tau bagaimana kabar wanita itu dan ingin kembali bercengkrama dengannya.“Saya jadi penasaran, kenapa Anda begitu khawatir dengan Nyonya Karina?”Kepala Vivian peralahan terangkat dan menatap pria bersetelan jas rapi yang sedari tadi duduk di hadapannya. Mereka kembali bertemu setelah terakhir kali dia, menyelamatkan Vivian dari mantan gilanya.“Karena dia satu-satunya sahabat yang bisa Saya punya, dia adalah keluarga saya, saya tidak punya siapa-siapa lagi dan kalian mengambilnya begitu saja.” Sorot mata yang dulu terlihat sangat berani itu kini sudah meredup.Dk tidak lagi melihat wanita pemberani yang membuatnya selalu tertantang untuk melakukan hal-hal gila. Wajah wanita itu terlihat lebih sayu dan tidak ada semangat. Selama lima tahun berlalu, banyak perubahan yang terjadi dalam hidup Vivian.“Anda benar-benar akan me
Dengan ragu-ragu Vivian membuka suaranya, “Aku dan Karina adalah saudara.” Suara itu terdengar sangat halus dan pelan namun masih bisa didengar.Mata DK sontak otomatis terbuka lebar, seolah merasa sesutu menamparnya dengan keras. Ia langsung melihat Vivian yang masih berada di dalam kungkungannya yang menunjukkan raut wajah sedih.“T-T-Tapi, bukankah Nyonya Karina adalah anak tunggal?” DK masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.“Ya, di keluarga tuan Raymond Elderano dia memang anak tunggal. Tapi, di keluarga William dia adalah anak bungsu. Dia adik kembarku yang diasuh oleh keluarga Elderano sejak bayi. Waktu itu, istri tuan Elderano melahirkan. Namun, putri yang ia lahirkan meninggal karena kelaian jantung tepat dua hari setelah kelahirannya.” Vivian menarik napas panjang untuk menceritakan lebih lanjut.“Waktu itu, ayah memberikan saran yang langsung disetujui kedua orang itu, ayah memberikan putrinya untuk mereka urus. Karena jujur saja, waktu itu ekonomi keluarga
Karina menatap lamat ponselnya, kakinya sekarang menginjak di lantai ruangan sang suami, ruangan yang sebenarnya Karina tidak pernah masuki selama tinggal di tempat ini. Karina selalu menjaga privasi suaminya, tapi entah kenapa belakangan ia selalu ingin mencari sesuatu di ruangan ini.Dari : 0762-xxxx-xxxx[Jika kau ingin mengingat setiap memorimu yang hilang, cobalah untuk tidak meminum obat yang diberikan rutin oleh suamimu. Itu akan sangat membantu, jika tidak, kau bisa bertanya dengan dokter Anna. Yang jelas, kau lupa ingatan bukan karena kecelakaan, melainkan disengaja...]“Dokter Anna? Lupa ingatan yang disengaja?”“Apa yang Joshua sembunyikan dariku sebenarnya? Lalu, kenapa orang ini bersikeras ingin memulihkan ingatanku?” Karina bermonolog.Matanya melihat sekeliling ruangan yang disinari cahaya temaram, furnitur modern dan alat-alat komunikasi cangging berada di sana untuk menghiasi ruangan. Joshua suka dengan segala sesuatu yang berbau modern.Karina membuka satu persatu pi
Pagi yang damai di sebuah kafe, sinar matahari memancarkan bayangan panjang saat langit perlahan-lahan berubah menjadi jingga dan merah muda. Udara terasa segar dan tenang, membawa aroma samar dari biji kopi yang dipanggang, mengetuk indera penciuman orang yang menghirupnya.Di dalam, kafe masih sepi, kecuali dengungan pelan peralatan yang sedang dibersihkan dan dipersiapkan untuk hari yang akan datang. Aroma kopi yang baru diseduh dan suara desisan uap memenuhi ruangan. Saat matahari berangsur-angsur naik, kafe mulai terbangun, dan pagi perlahan-lahan menjadi hidup.Suara gemerincing lonceng yang terpasang di pintu kaca itu terdengar. Sebuah senyum manis terpatri indah di bibir sang pemilik.“Selamat pagi, anak-anakku,” seru Vivian ke tanaman pot yang menghiasi pinggiran teras kafenya. Ia menyiram tanaman potnya dengan rutin dan penuh dengan perhatian.Ia berjongkok di depan tanaman potnya dan mulai memyemprotkan air ke daun-daun dan tanah yang haus.Lalu sebuah tangan melingkar di p
“Ada penyusup di perusahaan kita, kira-kira siapa, ya?”Ketegangan di ruang meeting kembali hadir ketika Joshua membuka suara. Semua orang tegang, dan udara terasa nyaris seperti listrik dengan kata-kata yang tidak terucapkan dari para bawahannya. Keheningan nyaris tak tertahankan tidak ada orang yang ingin mengaku sebagai penyusup, nyawa mereka sedang dalam bahaya saat ini.“Mengakulah, jika tidak semua orang akan rugi.” Tatapan tajam Joshua menganalisa semua anak buah yang ada di dalam ruang meeting ini.“Menjual informasi pribadiku ke klan lain dan orang-orang prancis? Sialan, kau kira aku tidak tau apa yang kau lakukan?”Intensitas tatapannya sangat jelas, sehingga hampir tidak mungkin untuk berpaling. Seolah-olah dia sedang mengunci targetnya yang duduk di barisan kanan paling ujung. Tekanan tatapannya nyaris mencekik, membuat orang-orang merasa seperti hewan yang terperangkap dalam tatapan predator.“Apa kau kira setelah memiliki anak aku akan berubah menjadi manusia yang lemah
Suasana di dalam kafe hampir terasa pahit. Aroma kopi dan kue-kue yang masih tersisa memenuhi udara saat pelanggan menghabiskan hidangan terakhir mereka. Vivian dan Serena sibuk membersihkan dan mempersiapkan diri untuk mengakhiri bisnis hari ini. Aroma kopi yang baru diseduh dan suara kursi yang didorong ke lantai memenuhi kafe yang kosong, sisa-sisa aktivitas hari ini. Aroma kopi yang tersisa dan ketenangan dari kafe yang kosong adalah penutup yang sempurna untuk hari yang sibuk. Serena sudah selesai dengan siftnya dan berpamitan kepada sang bos untuk pulang. Dia menyalakan motor lalu menghilang di dalam sunyinya malam. Tinggallah Vivian dengan sisa-sisa pekerjaan ringan di hadapannya. “Kafe sudah tutup?” Vivian berbalik dan mendapati DK berdiri di ambang pintu sembari tersenyum tipis. Hari yang melelahkan, akan sangat indah jika diakhiri bersama dengan perasaan suka cita. “Hmm, kami sudah tutup, tuan.” Vivian melontarkan candaannya sambil tersenyum. “Sudah aku bilang, jangan
“Papa pulang.”Seru riang Joshua begitu memasuki kamar putrinya, Bella. Ia tersenyum tipis melihat Bella sedang duduk sembari membaca buku-buku ceritanya ditemani oleh sang ibu. Mendekati waktu tidur, Bella selalu menyempatkan diri untuk membaca buku cerita. Joshua langsung mendekati dua orang yang paling dia cintai itu.“Selamat datang kembali, Pa.”Karina berseru tak kalah riang menggantikan Bella yang masih kesulitan untuk bicara. Bella senang melihat ayahnya kembali, ia selalu ingin menghabiskan waktu dengan cinta pertamanya itu. Ia beranjak dan langsung memeluk ayahnya erat, selau lengket seperti permen karet.“Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu, sayang.” Joshua mengecup dahi istrinya lembut dan menatapnya penuh cinta.“Selalu baik, aku juga merindukanmu.”Bella memeluk Joshua erat-erat, namun perhatian Joshua sesekali masih tertuju pada Karina. “Dokter Anna bilang apa? Bagaimana kondisimu?”“Sangat baik, semuanya normal, kata dokter Anna aku hanya kelelahan saja,” jelas Karina,
Aula terlihat sangat mewah dan meriah. Aula didekorasi dengan bunga warna-warni dan lampu yang berkelap-kelip, menambah suasana ceria, suara musik yang diputar di latar belakang menambah kesal keceriaan yang tidak ada habisnya. Kedua mempelai berdiri di altar, dikelilingi oleh teman dan keluarga, menciptakan rasa romansa dan keakraban yang dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka telah mengucapkan janji setia seumur hidup, menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Beberapa orang tampak terharu, mereka sangat menikmati acara tersebut dengan penuh suka cita. Bella tidak ada hentinya menggenggam tangan DK, dia tidak ingin berpisah dari pengganti ayahnya itu. Dia selalu berada di sampingnya, ikut merayakan kegembiraan dalam pernikahan yang suci. Karina merasa sangat bangga, karena dia bisa menghantarkan saudaranya ke pernikahan sebelum waktunya di dunia habis. Ia sangat antusias dan gembira saat melihat para tamu yang hadir sangat ramai untuk mengucapkan selamat ke dua mempelai.
Pemandangan di atas bukit terlihat tenang dan indah. Bukit ini ditutupi dengan rumput yang lembut, dan udaranya kental dengan aroma bunga dan dedaunan. Suasananya sangat tenang dan damai, wanita itu berdiri dengan mata terpejam, berdoa untuk dua makam di depannya. Dia mengenakan gaun yang tergerai, dan kepala yang ditutup oleh topi kupluk berwarna senada dengan gaunnya. Perlahan dia membuka matanya dan memandang dua makam itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Walau pun terlihat pucat, dia tetap menunjukkan ekspresi terbaiknya. “Ma, Pa, akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, aku bisa datang ke makam kalian lagi.” Karina tersenyum tipis. Ia sangat senang bisa berkunjung ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya. Ia merindukan dua sosok yang paling dia cintai itu. Walau pun Karina sudah mengetahui kebenarannya, dia sama sekali tidak memiliki rasa benci, yang ada, dia semakin mencintai keda orang tuanya itu. “Karin sudah tau apa yang terjadi dulu. Kemarin
Satu tahun kemudian... Langit pagi yang cerah hampir terlalu terang untuk dilihat, karena matahari baru saja mulai mengintip di balik cakrawala. Langit berwarna biru cemerlang, nyaris tidak ada awan yang terlihat. Udara terasa sejuk dan segar, dan aroma embun pagi yang segar tercium di udara. Di kejauhan, sebuah pesawat terbang terlihat terbang melintasi langit pagi yang jernih. Pesawat terbang tampak nyaris berkilauan di bawah sinar matahari pagi, sayapnya nyaris tidak terlihat dengan latar belakang langit biru. Suara mesin pesawat terdengar di kejauhan, tampaknya pesawat terbang semakin tinggi, menghilang di langit pagi yang jernih. Suasananya sangat tenang dan jernih, saat matahari pagi menyinari segala sesuatu yang ada di bawahnya. Jelaslah bahwa ini akan menjadi hari yang indah dan jernih, tanpa ada awan yang menghalangi langit biru yang sempurna. “Bagaimana rasanya kembali setelah satu tahun?” Karina menoleh ke arah Vivian yang sedang menyetir di kursi kemudi setelah menerim
“Kembalikan putriku atau kau akan ku bunuh di sini!” Suara Karina meninggi, penuh emosi, dan kemarahan yang menyelimutinya. Ia bukan lagi terlihat seperti wanita lemah yang memiliki penyakit kronis yang memohon untuk mati. Dia adalah seorang ibu yang menuntut putrinya kembali. “Karina, dia juga putriku!” Joshua menatap Karina tajam, kedua orang itu saling menodongkan pistol satu sama lain. Tatapan yang dulu penuh cinta kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Karina sungguh membenci Joshua sekarang dengan apa yang sudah dia lakukan terhadapnya dan putrinya. “Aku sudah katakan padamu, kau boleh menghabisi ku, tapi jangan sentuh Bella! Kenapa kau sangat keras kepala, sial?!” Karina berteriak. “Karena aku ingin melihatmu menderita,” ucap Joshua dengan senyum menyeringai yang terlukis di bibirnya. “Belum cukup membuatku menderita, huh? Selama bertahun-tahun kau sudah melakukannya, apa itu belum cukup?” “Belum, karena kau milikku, aku akan melakukan apapun untuk memuaskan hasrat
Anak kecil itu terus menangis di dalam mobil, suaranya sangat kecil dan lemah dibandingkan dengan suara mesin yang keras. Dia mengulurkan tangannya ke arah jendela, berusaha keras untuk melarikan diri dan bertemu kembali dengan ibunya.Walau kondisi Bella berbeda dari anak lain, dia tetap punya perasaan dan intuisi yang kuat terhadap sang ibu yang sudah merawatnya penuh kasih sayang dan cinta. Bella ingin kembali ke Ibunya, dia tidak ingin ikut dengan ayahnya yang di matanya sangat berbeda dari yang ia lihat dulu. Tangan kecilnya yang mungil tidak dapat melakukan apa pun selain menggedor-gedor jendela, saat dia menangis sambil memanggil-manggil ibunya membuat perasaan menjadi sangat sakit dan hancur. "Mama!" "Aku ingin Mama!" suara menyayat hati itu memenuhi mobil. Rasa sakit karena perpisahan terlihat jelas, dia terus menangis bahkan sampai tantrum. Dia berteriak kencang, membuat orang-orang yang ada di dalam mobil termasuk Joshua merasa cukup pusing. “Bella, ini papa, kamu sama
“Bella, pergi dengan paman dan Aunty, ya. Mama akan menyusul nanti.” Karina tersenyum, melangkah mendekati Bella lalu mengusap rambutnya sangat lembut. Tatapan mata Karina menyiratkan rasa menyesal yang begitu dalam. Ia tersenyum namun terasa sangat pedih.“Vivian...” Karina memberi isyarat pada Vivian untuk segera pergi.“Karina, aku tidak bisa,”“Cepat!” Dari luar terdengar suara gaduh dari mobil-mobil yang tiba untuk menyergap masuk ke lokasi mereka. Vivian langsung didorong keluar oleh Karina, dia menutup pintu sangat rapat, tidak memberi izin Vivian untuk masuk. “Karina, buka!” Karina menghiraukan suara teriakan Vivian dari luar. Ia menatap Joshua tajam, dia tidak melawan sama sekali. Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain. “Kau menginginkanku, kan?” tanya Karena pada Joshua dengan suara yang berubah serak. Joshua melihat Karina tidak habis pikir. Dia tertawa, seolah-olah sedang mencemooh wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Kau sungguh dermawan, Karina. Me
“Pegangan, ini mungkin sedikit berguncang.”Mobil tiba-tiba berbelok tajam, melaju dengan cepat di jalan raya, mengambil rute pulang yang berbeda. Klakson kendaraan lain bergema. Mobil yang mereka tumpangi terpisah dari mobil para pengawal lainnya.Suara klakson terus memekakkan telinga dan mesin yang berputar memenuhi udara, energi mereka yang kacau menambah ketegangan pemandangan. Mobil mereka memasuki jalanan kecil di tengah pepohonan pinus yang tinggi. Di belakang terlihat ramai yang mengikuti. Mereka terjebak, tidak ada mobil pengawal mereka yang terlihat. Bella menutup telinganya rapat-rapat. Ia takut dan panik, belum pernah dia mengalami hal semengerikan ini. Ia berteriak sambil memeluk ibunya erat. “Gangguan panik Bella kambuh, bagaimana ini?” Karina sungguh ketakutan, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya. Mobil-mobil lain berkerumun di sekeliling mereka, melaju dengan kecepatan tinggi dan menambah suasana yang kacau. Jumlah mobil yang awalnya sedikit tiba-tiba ber
“Kau melihatnya?” Vivian menatap Karina sedikit terkejut. Ia lalu diam untuk berpikir sejenak. Anak buah Kalista tidak mungkin berada di sini tanpa maksud. Seperti yang DK katakan, mereka berdua sudah bekerja sama, mungkin untuk menghancurkan Karina.“Hmm... aku tidak sengaja melihatnya. Waktu itu dia juga melihat ke arah kita cukup lama. Karena aku merasa tidak nyaman, makanya aku mengalihkan perhatianku darinya,” jelas Karina, dia masih mencoba menjahit pecahan-pecahan ingatannya yang belum terlalu sempurna. “Sudah jelas ini perbuatan Joshua, dia sudah mengetahui semuanya. Lebih baik kita bersiap. Aku akan perintahkan para pengawal ku untuk memperketat penjagaan.” Vivian mulai khawatir, sungguh di luar ekspektasinya. “Aku akan kembali mengawas,” celetuk DK. “Tidak, kamu terlalu berbahaya berada di luar. Joshua pasti juga sedang mencari mu. Jangan lakukan apa-apa sampai keadaan membaik. Aku tidak ingin di antara kita ada yang terluka.”“Vivian, kamu terlalu kelelahan, bukannya le
“Kau tau di mana dia?” Dahi Joshua otomatis mengerut, masih tidak percaya kalau Kalista mengetahui di mana Karina berada dan bagaimana dia tau kalau Karina pergi meninggalkan Joshua?“Tunggu, bagaimana kau tau dia pergi?” Joshua menahan tangan Kalista agar dia berhenti mendekat.“Tentu aku tau. Itu karena aku bertemu dengannya di pesawat saat aku pergi ke Amerika minggu lalu. Awalnya aku berpikir, kenapa Karina berada di pesawat itu bersama dengan wanita yang tidak aku kenal, namun mereka terlihat sangat dekat. Ah, aku juga melihat putrimu, di sangat cantik, wajahnya sangat mirip dengan ibunya.”Kalista tersenyum menang, dia sungguh tau kalau Joshua sedang berada dalam posisi yang lemah, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang dan sedang menunggu kehancuran selanjutnya mendatanginya. “Jika kau menuruti semua perintahku, aku akan memberikan semuanya untukmu. Aku bisa mempertemukan mu dengannya, lalu aku juga bisa membereskan kekacauan ini. Aku tau, black moon sangat berarti untukmu,