Seorang Pria yang tengah berdiri diam menatap sekelilingnya ada banyak pohon yang tinggi dan besar.
Terdengar suara air disebelah kirinya tanpa harus menoleh pria itu dapat melihat dengan jelas pemandangan yang menakjubkan.
Air sungai yang jernih yang dikelilingi bebatuan dan bunga- bunga yang indah.
jika bukan karena Gerombolan Serigala yang siap memakannya, Pria itu ingin lebih lama tinggal didekat sungai menikmati keindahan alam yang manakjubkan itu.
"Sial, jika aku menemukan mu akan ku bunuh kamu L."
Teriakan nya malah membuat Para Serigala mengejarnya lebih cepat, nafasnya sudah tak menentu kakinya pun mulai sakit.
Pria itu terus berlari kedalam hutan semakin lama dia terlari Pepohonan disekeliling nya semakin besar dan tinggi.
Kelelahan terliat jelas diwajah nya, sesekali dia akan tersandung akar pohon larinya pun semakin melambat.
Tapi Para Serigala tak peduli semua itu, dengan giginya yang tajam dan larinya yang kencang mereka terus mengejarnya
Pria itu terus berlari sekencang mungkin salah satu kakinya tak sengaja tersandung akar pohon membuatnya terjatuh dan merintih kesakitan.
Tepat dibelakang nya para serigala mulai mendekat, dia mencoba berdiri tapi sia sia kakinya terlalu sakit dan lelah karena lari terus menerus.
Saat Para Serigala mendekat, tak sengaja dari surut mata nya dia melihat gua kecil di antara pohon.
Pria itu menggulingkan dirinya melewati akar pohon yang besar hingga pintu masuk gua, Para Serigala mulai mendekat.
Dengan kekuatan terakhirnya. Pria itu masuk kedalam gua dia mendorong pintu gua, salah satu serigala melompat dengan mulut terbuka memamerkan gigi tajam nya.
Dengan putus asa pria itu mendorong pintu gua, tepat didepan nya gigi tajam Serigala hanya 5 cm di wajahnya Pria itu mengerahkan seluruh kekuatan nya.
Hingga akhirnya pintu berhasil ditutup.
"Raymond kau berhasil, kamu masih hidup Raymond."
Gumam nya terdengar cukup keras di gua sepi ini, Raymond terjatuh seluruh tenaganya habis dia bahkan tidak dapat menggerakan satu jari pun.
Diluar gua hujan turun deras hari pun semakin gelap para serigala sudah tak terlihat lagi di depan pintu gua, banyak pasang mata menatap pintu gua tapi tidak ada yang berani mendekat.
Hewan akan takut pada sesuatu yang jauh lebih kuat dari nya itu semacam insting.
Keesokan harinya, Raymond yang semalam pingsan kelelahan perlahan membuka matanya, dinginnya gua membuat raymond menggigil kedinginan dia hanya memakai baju tidur bergambar spongebob warna kuning.
Kaki kanan yang semalam keseleo semakin membengkak, Raymond menyandarkan tubuhnya kedinding gua menyeret tubuhnya yang kelelahan.
Sedari tadi perutnya terus berbunyi minta diisi tapi apa daya tidak ada apapun digua hanya batu, ranting dan tanah.
Sudah cukup lama dia berjalan tapi ujung gua tak kunjung terlihat, rasa sakit dikakinya semakin parah dia terjatuh.
Nafasnya tak menentu penglihatannya pun mulai kabur, dari kejauhan dia samar samar mendengar langkah kaki yang mendekat Raymond mencoba menggat kepalanya.
Melihat bayangan hitam didepan nya lalu dia pingsan.
"Permisi Tuan Nona jangan tidur disini nanti sakit."
Raymond mendengar dengan jelas suara lembut yang dingin itu sebelum benar benar pingsan.
•••••
"Hangat, tapi juga panas."
"Tentu saja panas kau tepat di depan api."
Suara lembut itu membuatnya tersadar, Raymond terlahan duduk kaki nya sekarang tidak terlalu sakit, api unggun di depan membuatnya merasa hangat.
"Permisi, Tuan Nona."
Sadar akan sesuatu yang jauh lebih penting, Raymond menatap Wanita didepan nya. Dia Wanita yang cantik mata biru keabuannya yang unik, kulit nya pucat dengan rambut hitam bergelombang membuat Wanita itu jauh lebih cantik.
"Hello.. nama ku Liora siapa nama mu tuan nona?"
"Oh.. hello aku Raymond terima kasih sudah menolong ku."
Liora mengagukan kepalanya, dia menyicitkan matanya mengamati penampilan Raymond. dia memiliki rambut pirang tidak emas dengan mata sebiru lautan dia termasuk Pria tampan
Lebih tepatnya, dia Pria cantik wajahnya yang cantik seperti Perempuan itu terkadang membuat Liora salah mengira dia Wanita.
Tak satu pun dari mereka yang bicara suasana menjadi canggung, hanya suara ranting yang dimakan api dan benturan dari lubang disebelah kanan Raymond yang terdengar.
Merasa tidak nyaman, Raymond mencoba bicara tapi tak satu pun kata keluar dari mulutnya malah membuat suasana semakin canggung.
Benturan yang keras menarik perhatian mereka, ada sesuatu yang datang dengan sangat cepat dari lubang di samping Raymond.
Sebelum sempat menghindar, Raymond tertindih oleh sesuatu yang besar dan berat. Tubuhnya yang masih sakit akibat dikejar Para Serigala membuat Raymond merintih kesakitan
Liora menatap Buaya besar dan berat diatas tubuh Raymond dengan tatapan lapar, mata nya terbinar, buru- buru Liora merai ekor Buaya dan memindahkannya hingga siap dibedah.
Sementara itu, Raymond yang mencoba berdiri lagi-lagi tertindih sekarang bukan oleh Buaya tapi Seorang Pria "Ku pikir akan sakit ternyata tidak." "Tentu saja tidak, kau ada di atas tubuh ku menyingkirlah!" Pria itu menatap Raymond tanpa rasa bersalah, lalu berdiri diatas tubuh Raymond dengan santainya dia terjalan kearah Liora yang tengah mencoba memotong Buaya. "Sialan, mengapa sejak kesini aku selalu sial." Tapi tak satupun dari mereka berdua yang mendengarkanRaymond, Mereka terlalu fokus memotong buaya dengan batu, ranting dan pedang kayu milik Pria itu. Dengan tertitih titih Raymond mendekati mereka berdua, menatap Buaya itu dengan kasihan. Dia mengalihkan pandangannya menatap Pria yang menindihnya tadi, Pria itu berambut hitam memiliki mata hitam tajam. Dengan pakainannya yang basah menempel tubuh nya memamerkan sosok nya yang terotot tapi
Raymond dengan penuh amarah merobek surat itu sampai seperti gula pasir yang menumpuk ditanah, merasa tak puas Liora menginjak potongan kertas hingga menyatu dengan tanah. Walau pun Arion marah dengan L tetap saja dia merasa kasian pada surat tak bersalah yang di hancurkan dengan cukup mengerikan oleh kedua teman barunya. Setelah merasa cukup puas, mereka kembali kedalam gua mengganti pakaian dan melanjutkan perjalanan keluar dari hutan kematian. "Hutan Kematian, mengapa L menyebut Hutan yang damai ini Hutan Kematian?, bukankah aneh." "Kau benar, mungkin agar terdengar keren bukankah begitu rion?" "Hm..., menurutku Liora benar hutan ini aneh." "Tapi apa yang aneh?" Raymond dan Liora menatap Arion menunggu jawaban nya, dengan tangan didagunya Arion menatap mereka berdua dengan serius.
Liora sudah tidak bisa berdiri lagi dan serangan Arion mulai melemah, sekarang bukan waktunya untuk mempelajari sihir, situasi sudah semakin mendesak. Raymond memasukan mana hitam pada batang pohon yang menyerang Liora dan meledakan nya. Walau pun Raymond tidak bisa mengendalikan sepenuhnya tapi dia bisa membenturkan mana yang akan mengakibatkan ledakan, ini adalah hasil kegagalan sebelumnya. "Cih.... pohon itu tumbuh lagi, setidak nya itu tidak akan menyerang untuk sementara waktu." Liora mencengram celana Raymond dan menariknya, membuat Raymond mengalihkan perhatiannya pada Liora yang terbaring ditanah. "Batu...terang.. dicabang utama.... lapar..." Walau kata- katanya tidak terlalu jelas tapi Raymond berhasil menangkap beberapa kata penting. "Batu terang dicabang utama? Begitu kah, aku mengerti terima kasih liora istirahatlah." Setelah menjauhkan Liora dari medan perang Raymond berlari menuju Arion. "Kata Li
"Kita sudah mengalahkan nya Liora." "Monster pohon? Maksud mu Kleine Boom, kalian cukup beruntung bertemu dengan nya." "Beruntung?" "Ya, ada dua cara untuk keluar dari Hutan Kematian. Pertama mengalahkan Penguasa Hutan salah satu makhluk terkuat dibenua ini. Kedua dengan mengalahkan Boom Family." "Boom Family? Maksud mu keluarga Kleine Boom?" "Ya, kerena Hutan Kematian yang didominan oleh Pohon Tentu saja Pohon akan tau jalan keluar. Hanya saja tidak mudah untuk menemukan Boom Family mereka pandai bersembunyi dan mereka cukup kuat." Madam Sami mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, batu biru yang memancarkan cahaya terang batu yang sangat Raymond kenal. "Bukankah itu inti dari Kleine Boom yang sudah kami kalahkan? Bagaimana itu ada disini?" "Kau yang membawanya bukan pria cantik." "Aku? Tidak, jika dipikir- pikir bagaimana kita bisa berada disini?"
[Aku tau kau akan menjawab seperti itu, tapi tetap saja aku terkejut mendengar kamu menerima tugas ini]"Aku berhutang budi pada seseorang, anggap saja ini salah satu balasan ku."[......begitu, baiklah aku sangat sibuk sekarang aku tutup dulu. Tolong jaga mereka untuk ku, sampai jumpa Sami]Cahaya dibola itu mulai menghilang, Madam Sami menghela nafas lelah. Dia menyandarkan dirinya kekursi."Apa anda yakin akan mengambil tugas ini Nyonya?"Madam Sami mengalihkan pandangan nya menatap Sian yang sedari tadi ada di sampingnya."Ya, dan juga sudah berapa kali ku bilang jangan bicara formal pada ku.""Maaf tapi saya tidak bisa Nyonya.""Hah.... kau masih saja keras kepala.""Maafkan saya."Madam Sami diam tidak menjawab Sian, Dia tau mau berapa kalipun dia mengatakan bahwa Sian bisa berbicara santai dengannny
"Tidak ada yang ingin menjawab? Ku ulangi sekali lagi sedang apa kalian disini?"Sekarang Raymond yakin bahwa suara yang di dengarnya memang suara Madam Sami, diam- diam Raymond melangkah mundur. Setelah dipikir kembali suara berisik Arion dan Liora tidak lagi terdengar Merasa ada yang salah Raymond melirik kesamping dia terteguh menyadari Arion dan Liora sudah tidak ada disana.Suara langkah kaki dari belakang menarik perhatian Raymond, dia memalingkan wajah kebelakang. Di lihatnya Arion dan Liora tengah berlari cukup jauh dari posisinya sekarang.'Sialan'Raymond benar- benar ingin membunuh mereka berdua, tapi itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah melarikan diri. Nenek tua di depannya sangat mengerikan.Entah kenapa Raymond selalu merasa agak takut pada Madam Sami, rasa takut serupa yang terkadang Raymond rasakan saat bersama Paman. Belum sempat Raymond berlari cuku
Raymond menatap kagum pada rumah di depannya, dia tidak bisa berkata apa pun pada apa yang dia lihat, begitu pun dengan Liora dan Arion. Dia ingat dengan jelas Madam Sami mengatakan bahwa rumah yang akan kita tinggali adalah rumah yang paling sederhana diantara rumah yang dia miliki. Sekali lagi Raymond mulai bertanya-tanya seberapa kaya Madam Sami. Raymond berjalan menuju rumah itu disusuli Liora dan Arion, rumah 2 lantai penuh dengan hiasan indah disetiap dindingnya, ada juga patung didepan pintu masuk.“Rumah ini bahkan lebih mewah dari rumah Paman.”“Paman? Kamu punya Paman Ray?”“Tentu saja memangnya ada yang tidak punya paman didunia ini? Walaupun tidak punya paman sedarah tapi setidaknya mereka punya orang yang bisa mereka sebut paman kan?”“Tapi aku tidak memilikinya, aku hanya punya Kapten dan profesor.”“Kau yakin Liora? Aku saja memiliki Paman.”Liora terdiam mendengar pe
Waktu berlalu dengan cepat, sudah satu minggu Raymond datang kedunia ini. Dalam satu minggu ini tidak ada yang istimewah. Hari-hari nya diisi oleh pertengaran dengan Liora atau Arion. Bahkan sesekali Madam Sami dan Sion akan mampir kemari hanya untuk mengecek keadaan kami dan menagih hutang atas patung yang mereka pecahkan waktu itu. Dan sepertinya kali ini pun Madam Sami datang dengan alasan yang sama.Saat ini Raymond, Liora dan Arion tengah menghadapi keadaan kritis.“Jadi kapan kalian akan membayar uang untuk rumah dan patung yang kalian pecahkan?”Raymond memalingkan wajah saat Madam Sami memandangnya, begitu pun dengan Arion dan Liora. Tidak ada yang berani berbicara. Raymond menghela napas, memberanikan diri menatap Madam Sami.“Kami tidak memiliki uang.”Madam Sami terdiam sejenak lalu menyerap kembali tehnya sembari berkata,“Aku tau.”“Jadi kami tidak bisa membayarnya sekarang.”&ld
Waktu berlalu dengan cepat, sudah satu minggu Raymond datang kedunia ini. Dalam satu minggu ini tidak ada yang istimewah. Hari-hari nya diisi oleh pertengaran dengan Liora atau Arion. Bahkan sesekali Madam Sami dan Sion akan mampir kemari hanya untuk mengecek keadaan kami dan menagih hutang atas patung yang mereka pecahkan waktu itu. Dan sepertinya kali ini pun Madam Sami datang dengan alasan yang sama.Saat ini Raymond, Liora dan Arion tengah menghadapi keadaan kritis.“Jadi kapan kalian akan membayar uang untuk rumah dan patung yang kalian pecahkan?”Raymond memalingkan wajah saat Madam Sami memandangnya, begitu pun dengan Arion dan Liora. Tidak ada yang berani berbicara. Raymond menghela napas, memberanikan diri menatap Madam Sami.“Kami tidak memiliki uang.”Madam Sami terdiam sejenak lalu menyerap kembali tehnya sembari berkata,“Aku tau.”“Jadi kami tidak bisa membayarnya sekarang.”&ld
Raymond menatap kagum pada rumah di depannya, dia tidak bisa berkata apa pun pada apa yang dia lihat, begitu pun dengan Liora dan Arion. Dia ingat dengan jelas Madam Sami mengatakan bahwa rumah yang akan kita tinggali adalah rumah yang paling sederhana diantara rumah yang dia miliki. Sekali lagi Raymond mulai bertanya-tanya seberapa kaya Madam Sami. Raymond berjalan menuju rumah itu disusuli Liora dan Arion, rumah 2 lantai penuh dengan hiasan indah disetiap dindingnya, ada juga patung didepan pintu masuk.“Rumah ini bahkan lebih mewah dari rumah Paman.”“Paman? Kamu punya Paman Ray?”“Tentu saja memangnya ada yang tidak punya paman didunia ini? Walaupun tidak punya paman sedarah tapi setidaknya mereka punya orang yang bisa mereka sebut paman kan?”“Tapi aku tidak memilikinya, aku hanya punya Kapten dan profesor.”“Kau yakin Liora? Aku saja memiliki Paman.”Liora terdiam mendengar pe
"Tidak ada yang ingin menjawab? Ku ulangi sekali lagi sedang apa kalian disini?"Sekarang Raymond yakin bahwa suara yang di dengarnya memang suara Madam Sami, diam- diam Raymond melangkah mundur. Setelah dipikir kembali suara berisik Arion dan Liora tidak lagi terdengar Merasa ada yang salah Raymond melirik kesamping dia terteguh menyadari Arion dan Liora sudah tidak ada disana.Suara langkah kaki dari belakang menarik perhatian Raymond, dia memalingkan wajah kebelakang. Di lihatnya Arion dan Liora tengah berlari cukup jauh dari posisinya sekarang.'Sialan'Raymond benar- benar ingin membunuh mereka berdua, tapi itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah melarikan diri. Nenek tua di depannya sangat mengerikan.Entah kenapa Raymond selalu merasa agak takut pada Madam Sami, rasa takut serupa yang terkadang Raymond rasakan saat bersama Paman. Belum sempat Raymond berlari cuku
[Aku tau kau akan menjawab seperti itu, tapi tetap saja aku terkejut mendengar kamu menerima tugas ini]"Aku berhutang budi pada seseorang, anggap saja ini salah satu balasan ku."[......begitu, baiklah aku sangat sibuk sekarang aku tutup dulu. Tolong jaga mereka untuk ku, sampai jumpa Sami]Cahaya dibola itu mulai menghilang, Madam Sami menghela nafas lelah. Dia menyandarkan dirinya kekursi."Apa anda yakin akan mengambil tugas ini Nyonya?"Madam Sami mengalihkan pandangan nya menatap Sian yang sedari tadi ada di sampingnya."Ya, dan juga sudah berapa kali ku bilang jangan bicara formal pada ku.""Maaf tapi saya tidak bisa Nyonya.""Hah.... kau masih saja keras kepala.""Maafkan saya."Madam Sami diam tidak menjawab Sian, Dia tau mau berapa kalipun dia mengatakan bahwa Sian bisa berbicara santai dengannny
"Kita sudah mengalahkan nya Liora." "Monster pohon? Maksud mu Kleine Boom, kalian cukup beruntung bertemu dengan nya." "Beruntung?" "Ya, ada dua cara untuk keluar dari Hutan Kematian. Pertama mengalahkan Penguasa Hutan salah satu makhluk terkuat dibenua ini. Kedua dengan mengalahkan Boom Family." "Boom Family? Maksud mu keluarga Kleine Boom?" "Ya, kerena Hutan Kematian yang didominan oleh Pohon Tentu saja Pohon akan tau jalan keluar. Hanya saja tidak mudah untuk menemukan Boom Family mereka pandai bersembunyi dan mereka cukup kuat." Madam Sami mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, batu biru yang memancarkan cahaya terang batu yang sangat Raymond kenal. "Bukankah itu inti dari Kleine Boom yang sudah kami kalahkan? Bagaimana itu ada disini?" "Kau yang membawanya bukan pria cantik." "Aku? Tidak, jika dipikir- pikir bagaimana kita bisa berada disini?"
Liora sudah tidak bisa berdiri lagi dan serangan Arion mulai melemah, sekarang bukan waktunya untuk mempelajari sihir, situasi sudah semakin mendesak. Raymond memasukan mana hitam pada batang pohon yang menyerang Liora dan meledakan nya. Walau pun Raymond tidak bisa mengendalikan sepenuhnya tapi dia bisa membenturkan mana yang akan mengakibatkan ledakan, ini adalah hasil kegagalan sebelumnya. "Cih.... pohon itu tumbuh lagi, setidak nya itu tidak akan menyerang untuk sementara waktu." Liora mencengram celana Raymond dan menariknya, membuat Raymond mengalihkan perhatiannya pada Liora yang terbaring ditanah. "Batu...terang.. dicabang utama.... lapar..." Walau kata- katanya tidak terlalu jelas tapi Raymond berhasil menangkap beberapa kata penting. "Batu terang dicabang utama? Begitu kah, aku mengerti terima kasih liora istirahatlah." Setelah menjauhkan Liora dari medan perang Raymond berlari menuju Arion. "Kata Li
Raymond dengan penuh amarah merobek surat itu sampai seperti gula pasir yang menumpuk ditanah, merasa tak puas Liora menginjak potongan kertas hingga menyatu dengan tanah. Walau pun Arion marah dengan L tetap saja dia merasa kasian pada surat tak bersalah yang di hancurkan dengan cukup mengerikan oleh kedua teman barunya. Setelah merasa cukup puas, mereka kembali kedalam gua mengganti pakaian dan melanjutkan perjalanan keluar dari hutan kematian. "Hutan Kematian, mengapa L menyebut Hutan yang damai ini Hutan Kematian?, bukankah aneh." "Kau benar, mungkin agar terdengar keren bukankah begitu rion?" "Hm..., menurutku Liora benar hutan ini aneh." "Tapi apa yang aneh?" Raymond dan Liora menatap Arion menunggu jawaban nya, dengan tangan didagunya Arion menatap mereka berdua dengan serius.
Sementara itu, Raymond yang mencoba berdiri lagi-lagi tertindih sekarang bukan oleh Buaya tapi Seorang Pria "Ku pikir akan sakit ternyata tidak." "Tentu saja tidak, kau ada di atas tubuh ku menyingkirlah!" Pria itu menatap Raymond tanpa rasa bersalah, lalu berdiri diatas tubuh Raymond dengan santainya dia terjalan kearah Liora yang tengah mencoba memotong Buaya. "Sialan, mengapa sejak kesini aku selalu sial." Tapi tak satupun dari mereka berdua yang mendengarkanRaymond, Mereka terlalu fokus memotong buaya dengan batu, ranting dan pedang kayu milik Pria itu. Dengan tertitih titih Raymond mendekati mereka berdua, menatap Buaya itu dengan kasihan. Dia mengalihkan pandangannya menatap Pria yang menindihnya tadi, Pria itu berambut hitam memiliki mata hitam tajam. Dengan pakainannya yang basah menempel tubuh nya memamerkan sosok nya yang terotot tapi
Seorang Pria yang tengah berdiri diam menatap sekelilingnya ada banyak pohon yang tinggi dan besar. Terdengar suara air disebelah kirinya tanpa harus menoleh pria itu dapat melihat dengan jelas pemandangan yang menakjubkan. Air sungai yang jernih yang dikelilingi bebatuan dan bunga- bunga yang indah. jika bukan karena Gerombolan Serigala yang siap memakannya, Pria itu ingin lebih lama tinggal didekat sungai menikmati keindahan alam yang manakjubkan itu. "Sial, jika aku menemukan mu akan ku bunuh kamu L." Teriakan nya malah membuat Para Serigala mengejarnya lebih cepat, nafasnya sudah tak menentu kakinya pun mulai sakit. Pria itu terus berlari kedalam hutan semakin lama dia te