Beranda / Pernikahan / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 1 Kencan Buta

Share

ONE DAY IN MY LIFE
ONE DAY IN MY LIFE
Penulis: Idry2ni

Bab 1 Kencan Buta

Penulis: Idry2ni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-26 12:10:12

Aku, Shella Yolanda seorang wanita yang saat ini berumur 25 tahun. Di usia yang tidak tergolong muda tersebut aku terus-menerus didesak pihak keluargaku untuk mengakhiri masa-masa karier beralih menjadi seorang istri. Keluargaku yang cukup keras kepala berusaha dengan sangat keras mendatangkan pria-pria pilihan mereka ke rumah. Namun sayangnya tidak ada satu pun di antara pria-pria itu menggugah seleraku untuk melepaskan karier. Baik tinggi badan, penampilan dan sifat, tidak satu pun memenuhi kriteriaku.

Karena desakan pihak keluargaku yang semakin membara, akhirnya aku memutuskan untuk menjalani kencan buta. Benar, kencan buta lewat sebuah situs daring yang di rekomendasikan oleh seorang temanku. Walaupun peluang keberhasilan dari sistem kencan seperti ini hanya 20-30%. Aku tetap harus mengundi keberuntunganku bukan?

Restoran Ayam Miny

Aku telah berada di Restoran lebih dari 30 menit dan beberapa orang yang yang ingin aku ajak kencan telah tiba satu per satu. Selama 30 menit itu lagi dan lagi aku tidak mendapatkan seseorang yang sesuai ekspektasi ku. Tiga orang, aku telah menolak tiga orang pria.

"Ya ampun. Bagaimana ini, apa peluangku dalam kencan hanya 5% untuk mencapai keberhasilan?" Kedua tanganku menyanggah wajah. Tatapanku beralih pada seorang pria di meja keempat yang tidak jauh dari mejaku. Aku sempat memperhatikan pria itu sebelumnya. Aku merasa situasi di antara kami terbilang cukup memiliki kemiripan. Mengapa aku bisa berpikir seperti itu? Karena sejak tadi, ketika aku melakukan kencan pria itu pun berkali-kali di hampiri beberapa wanita. Dengan percaya diri aku perlahan-lahan pergi ke meja pria itu untuk mengundi keberuntungan yang kedua kalinya.

Sebuah bayang-bayang menutupi penglihatan Max yang tengah membaca buku. Seingat Max kencan hari ini hanya ada empat wanita. Tetapi mengapa tiba-tiba bertambah? Ia benar-benar terganggu. "Hanya ada empat Wanita yang berjanji kencan hari. Jadi... Siapa kau?" ucap Max sembari mendongak.

"Ah... Maaf... Aku mungkin mengganggumu. tetapi boleh aku duduk di sini?" Aku mencoba tersenyum meminta izin dari pria itu.

"Tidak," jawab Max. Buku yang terbuka sebelumnya tertutup begitu saja. "Pergilah." Max hendak pergi namun wanita itu tiba-tiba menghalangi langkahnya.

"Aku mohon sebentar saja. Aku benar-benar meminta tolong kepadamu." Jika aku membiarkan pria itu pergi, kemungkinan besar aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Walaupun aku harus menghadangnya seperti ini.

Max terpaksa kembali duduk. "Baiklah cepat katakan apa maumu?"

Mendengar itu mataku berbinar. Aku pun duduk dan mengatur napas. "Menikahlah denganku!"

"Apa?" Max tidak menyangka wanita itu akan mengatakan hal menakutkan seperti ini. Ia memajukan diri dan menurunkan tangan wanita itu yang seolah berharap ia menyetujui perkataannya dengan menjabat tangannya.

Mataku yang semula tertutup untuk meminimalisir rasa malu, akhirnya terbuka ketika tangan pria itu menurunkan tanganku bukan menjabatnya. "Kau menolak?" ucapku yang tidak menyangka akan di tolak.

"Wanita gila mana yang mengatakan hal mengerikan seperti itu? Aku harap kita tidak pernah bertemu lagi." Max pun pergi dengan cepat dari Restoran meninggalkan wanita itu.

Kedua tanganku terkepal. Wajah serta telingaku memerah menahan malu. Aku tahu jika aku cukup gila mengajak pria yang baru aku temui untuk menikah. Bahkan kami pun tidak bertukar nama? Aku menutup wajahku dan pergi dari Restoran.

Parkiran Mobil

Aku menendang dengan perlahan mobilku untuk meluapkan sedikit emosi dan rasa malu. Setelah tiga kali menendang mobilku dengan tenaga stabil, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Akan tetapi pendengaranku menangkap suara ricuh antara pria dan wanita. "Pasti itu sepasang kekasih. Ah... Andai aku tidak mengatakan hal memalukan seperti itu di depan Pria itu, apa kami bisa menjalin hubungan... Seperti kekasih... Lalu menikah. Entahlah sepertinya terdengar tidak mungkin." Aku yang sudah berniat pulang tiba-tiba terdiam di tempat.

Langkah kakiku mengikuti arah suara ricuh sepasang kekasih itu. Entah mengapa aku tiba-tiba penasaran. Tetapi ketika aku menemukan keberadaan mereka aku tidak menyangka melihat pria yang tadi aku temui di Restoran sedang bersama seorang wanita. "Jadi dia menolak ku karena dia punya seorang kekasih? Sayang sekali... "

Bab terkait

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 2 Pertengkaran Sepasang Kekasih

    Max benar-benar membenci ini. Elisa tidak bisa membiarkan ia menghirup udara ketenangan sehari pun? Meskipun sudah berulang kali Max menolak permintaan Elisa untuk memulai kembali hubungan mereka. Benar, Elisa adalah mantan kekasihnya namun itu sudah setahun berlalu. Karena beberapa alasan untuk itulah Max memutuskan hubungannya dengan Elisa. Akan tetapi Max tidak menyangka jika Elisa masih memiliki perasaan terhadapnya hingga sekarang. Selama setahun ini Max hidup dengan teror obsesi dari Elisa. Alasan itulah yang membuat Max berada di Restoran dan di hampiri beberapa wanita pilihannya, yang terpilih dari hasil kencan buta di situs daring. "Dengar Elisa.... Sampai kapan kau akan terus mengikuti seperti ini? Apa jika aku mati kau akan ikut masuk ke peti mati juga?" "Tentu saja Max kecuali kau bisa melupakanku, aku akan menjauh darimu." Alis Max menyatu. "Melupakanmu? Apa selama ini kau menganggap ku seperti itu?" "Oh ayolah, apa kau berpura-pura? Ah... Manisnya... Tidak apa-apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 3 Kesepakatan Sepihak

    Aku tahu singkat ceritanya dan siapa wanita cantik di hadapanku ini, dia adalah Elisa mantan kekasih pria bernama Max. Dari yang aku dengar dari Max, Elisa adalah mantan kekasih yang selalu mengusik kehidupannya, lebih tepatnya obsesi terhadap Max. Seperti perkataan Max sebelumnya, aku hanya perlu membantunya berpura-pura menjadi calon istri untuknya. Tentu tidak ada pilihan untuk ku menolak karena aku telah mendengar perbincangan mereka sebelumnya. "Berhentilah tidak menerima kenyataan Elisa. Kau benar-benar terlihat sangat menyedihkan." "Apa kau pikir aku akan percaya semudah itu? Mungkin saja saat ini Wanita yang kau bawa itu bukanlah calon Istrimu, mainkan seseorang yang baru kau kenal. Jangan meremehkan ku Max, aku lebih mengenalmu dari siapa pun di dunia ini," jelas Elisa. Tidak ada satu pun yang luput dari ingatan Elisa tentang beberapa kebiasaan Max. Tidak ada. Max mencoba mencari jalan keluar. Jika ia tidak bisa melepaskan ikatan yang di bentuk Elisa maka hidupnya tidak aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 4 Rumah Gael

    Perkataan Shella sangat menyakitkan untuk Vio dan membuat air matanya keluar. Vio bahkan menutup mulutnya dengan tangan. Tidak lupa kebiasaannya menutup rapat kedua kakinya, seperti di saat masa-masa terpuruk seperti sekarang. "Shella!" tegur Jia dengan lantang. "Mengapa kau mengatakan hal seperti itu? Vio datang ke rumah kita dengan niat baik tetapi kau..." "Apa? Mengapa denganku? Apakah salah jika aku mengatakan itu? Bagaimana menurut Ibu jika Pria seperti ini mendatangi Ibu dan membanggakan diri atas pencapaian yang bukan miliknya?" Ibu akan menerimanya?" "Ibu tidak seperti dirimu Shella." "Benar. Ibu tidak seperti diriku, Ibu adalah Wanita yang mengedepankan harta, tentu kita berbeda." Jia bangkit dan menatap tajam kepada Shella. "Sebenarnya ada apa dengan dirimu, Shella? Sejak kematian Ayahmu... Kau tidak pernah menghargai Ibu? Apa karena kita hanya keluarga tiri jadi kau bertingkah seperti ini?" Aku tidak takut pada wanita tua seperti Jia ataupun keluarga besar ku lainnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 5 Diskusi Bersama

    Di Kediaman Gael Malam harinya, aku menceritakan semua yang terjadi hari ini pada Gael. Dari melaksanakan kencan buta, lalu adegan memalukan dengan Max, setelah itu membantu Max dan yang terakhir tentang masalah keluargaku. Tidak sedetikpun Gael mengalihkan perhatiannya pada Shella. Ia terus mendengar cerita Shella hingga akhir. "Jadi... Keluargamu masih berusaha untuk menikahkan mu?" "Begitulah... Aku mengikuti kencan buta agar aku bisa melakukannya. Akan tetapi sepertinya itu sia-sia." Gael sedikit memutar ingatannya tentang pria bernama Max yang diceritakan oleh Shella. "Bagaimana jika kau menerima bantuan dari Max? Bukankah dia mengatakan kepadamu jika kau bisa membantunya, maka dia juga akan membantumu?" Aku terpikirkan wajah Max. Sebenernya tidak ada yang salah jika aku mengikuti perkataan Gael. Lagi pula Max adalah pria yang sempurna di antara pria-pria yang pernah aku temui. Tetapi aku merasa itu cukup sulit, karena pertama-tama aku harus membantu Max untuk lepas dari El

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 6 Kesepakatan Singkat

    Di Kediaman Gael. Karena kedatangan Max yang tiba-tiba dan penjelasan Max begitu sulit dimengerti akhirnya Gael membawa Max kedalam rumah bersama dengan Shella. Max duduk di ruang tamu bersama Shella dan seorang wanita. Max melempar sebuah paper bag mini kemeja. "Lihatlah apa yang membuatku ke sini dengan terburu-buru." Gael segera mengambil paper bag tersebut dan membukanya, di dalam paper bag tersebut ada sebuah kotak kado. Tanpa banyak mengajukan pertanyaan Gael membuka kotak kado tersebut yang berisi sebuah potret bergambar. Gael memperhatikan gambar tersebut. "Ini kau Shella, dan aku saat di Supermarket. Mengapa gambar ini diberi tanda silang?" Mendengar perkataan Gael aku langsung merampas gambar di tangannya. Setelah aku perhatikan ternyata benar, jika gambar tersebut adalah aku dan Gael ketika kami di Supermarket. Tetapi hal yang membuatku tercengang adalah gambarku di potret itu diberi tanda silang bertinta merah. Akupun menatap Max dan mengayunkan potret bergambar tersebu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 7 Pernikahan

    Tidak ada yang mampu membuka suaranya setelah apa yang telah dikatakan Shella. Baik itu pihak keluarga maupun Jia. Setelah suasana sesuai seperti harapan ku. Aku berpikir tentang harta peninggalan ayah yang akan aku terima ketika menikah nantinya. Membayangkan dengan harta peninggalan ayah aku bisa hidup dengan bahagia membuat ku merasa lebih baik. "Kau? Kau melanggar peraturan keluarga kita Shella," ucap Jia. Sejujurnya ia tidak tahu harus merespon seperti apa? Tetapi yang pasti perbuatan Shella telah menyalahi peraturan keluarga mereka dan itu tidak bisa dibiarkan. "Lalu? Apa aku telah melakukan kejahatan?" balasku. Jia berdiri dan menghampiri Shella. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu Shella? Bagaimana bisa kau begitu tidak tahu malu? Sebagai Ibumu aku akan memberikan sebuah saran, walaupun semuanya sudah terlanjur terjadi... Kau dan Pria pilihanmu ini... Kalian tidak bisa menikah!" "Apa? Kau pikir siapa dirimu berani mengaturku?" Aku berdiri dan dengan berani menatapny

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 8 Apartemen Max

    Setelah satu jam berlalu pernikahan Max dan Shella pun usai. Max membawa Shella ke Apartemen nya untuk ditinggali bersama. Awalnya Shella bersikukuh untuk pindah Apartemen dan tidak ingin tinggal satu atap tetapi Max menolak karena kemungkinan besar Elisa bisa saja berbuat yang tidak-tidak pada Shella nantinya. Mereka sudah tiba di Apartemen dan Max selaku pemilik menyambut Shella sebaik mungkin. Ketika Shella masuk ke Apartemen nya Max memberi tahu kamar tamu yang akan ditempati oleh Shella. Lalu mereka berpisah karena sibuk dengan urusan pribadi. Di Kamar Tamu Aku meletakkan seluruh barang-barang ku di dekat lemari tanpa berkeinginan membongkarnya. Justru yang lebih penting menurutku adalah istirahat. Aku menaiki ranjang dan membaringkan tubuhku di atasnya dengan nyaman. Walaupun tempat tidur ini terlihat begitu asing entah mengapa aku begitu merasa nyaman. Aku berganti posisi dengan berbaring menyamping. "Ayah... Maaf karena aku tidak menjadi Putri yang membanggakan bagi keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 9 Keingintahuan Alex

    Hari sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berganti malam dan aku masih sibuk dengan beberapa pekerjaan kantor yang belum juga selesai. Alex berada di luar ruangan kantor tepatnya di samping pintu masuk. Sebenernya ia sudah menyelesaikan pekerjaannya lebih dari satu jam yang lalu, tetapi ia lebih memilih untuk menunggu Shella di luar ruangan. Bisa dikatakan Alex tidak mempunyai rasa malu setelah ditolak oleh Shella secara mentah-mentah dan sekarang? Alex menunggu Shella untuk pulang bersama. Dibalik kata menunggu ada sesuatu yang ingin dikatakannya secara langsung pada Shella dan itulah yang membuatnya berada di situasi sekarang. "Berapa lama lagi dia akan keluar?" ucap Alex. Mataku berbinar karena akhirnya aku berhasil menyelesaikan pekerjaanku dengan baik. Tidak ingin berlama-lama, aku segera bangkit dan membawa semua paper bag yang dihadiahkan oleh teman-temanku dengan cukup susah payah. "Apa pekerjaanmu sudah selesai Shella?" tanya Laya yang masih berkutat dengan lebaran ker

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13

Bab terbaru

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

DMCA.com Protection Status