Suasana di jalan masih lengang. Matahari mulai bergulir ke titik kulminasi dan hanya ada satu dua kendaraan melaju di hari pertama pada tahun yang baru dimasuki. Sisa keriuhan pergantian tahun semalam masih banyak tersisa. Sisa pecahan kembang api, serpihan terompet kertas, aneka sobekan kertas, dan banyak lagi masih nampak berserakan. Seolah tak berkurang sekalipun di sekitar situ ada tiga orang penyapu jalan yang berjibatku membuang sampah. Dua pasang kaki melangkah seiring. Menapaki trotoar yang mulai hangat bersimbah matahari pagi. “Apa yang kita lakukan malam tadi?” tanya Dessy sembari menoleh ke samping dimana Adri melangkah bersamanya. Adri tersenyum. Tetap melangkah dengan kedua tangan disisip jauh ke dalam dua saku celana. “OK, I have to admit: I love you. Puas?” Kali ini Dessy yang tersenyum, namun dengan lebih lebar. “Aku gak nyangka. Damned, Adri..... you kissed me.” “My first time ever.” “Really? Itu pengalaman pertama?” Adri mengangguk. “I tell you the truth. Aku
Adri hilang lagi beberapa detik. Kantuk untuk kesekian kali membuat kepalanya terangguk-angguk. O betapa dia merindukan benda berupa ranjang dan bantal empuk saat itu. Sebetulnya ia sempat merasa bahwa Dewi seperti akan mengakhiri ucapan. Seolah seperti menonton film dengan tanda-tanda sebentar lagi akan ‘The End’ tapi ternyata tidak. Cerita masih berlanjut. Dan entah sampai kapan. “Para politikus kotor itu nggak becus kerja ........... Harga sembako lagi naik loh. Cabe merah keriting aja kata Mama naik 90%. Kan gila tuh! ....................Perang dunia ketiga kalo jadi meletus kayak apa ya kak. Ih serem. Pasti ngeri kalo ada rudal jatuh di jamban .............. Usia kandungan tiga bulan itu harus hati-hati. Jangan sembarangan makan ............... beli CD-nya online aja, lebih murah soalnya ........... hape android bekas lagi diskon tuh .............. Bang Rojali sama bininya itu anaknya banyak lho, ada sepuluh .....” Dalam kesadaran y
“Begitulah.” “Hhhh. Aku harap aku tidak merepotkanmu. Tapi aku memang perlu menyampaikan hal penting padamu.” Merasa bahwa apa yang disampaikan adalah hal yang penting, Adri memutuskan untuk bangun. Ia duduk di tepi ranjang dan menguap dengan rambut acak-acakan. “Ada apa? Sepertinya serius.” “Memang serius. Ini berkaitan dengan Tante Sonya.” Adri bangkit dari ranjang dan mengambil segelas air putih yang tersisa setengah. “Kenapa dia?” “Tante Sonya itu naksir kamu. Kamu udah tau itu. Masalahnya, aku takut dia bakal ngaduin ke suaminya bahwa dia digodain kamu.” Air minum yang baru saja memasuki rongga mulut spontan tersembur. Sebagian tersembur melalui lubang hidung. Adri tersedak. Tak menyangka karena apa yang ia dengar. “Aku nggak pernah godain dia.” Adri gemas. “Aku masih punya cukup logika untuk tidak melakukan perbuatan bodoh semacam itu.” “Cool,” Wa
“Bikin kaget saja,” ucapnya saat melihat Farel yang kini duduk di kursi di depannya. Mereka berdua memang suka duduk di sana menanti dua angkot berbeda untuk jurusan yang memang sama-sama berbeda. Biasanya Farel membawa mobil sendiri tapi tidak untuk kali ini. Adri sendiri sudah lama tidak naik bis karena kini sudah ada angkot trayek baru yang membuatnya tidak perlu berjalan kaki terlalu jauh dari rumah ke sekolah. Didahului dengan obrolan singkat, Farel kemudian mulai berbicara serius. Ia merasa perlu menyampaikan karena Adri sebelumnya telah curhat mengenai hubungannya dengan Dewi yang menurutnya berjalan di luar dari yang ia bisa bayangkan. “Kamu tuh mustinya peka, bro. Ada cewek yang gelagatnya suka sama kamu masa’ sih kamu nggak ngeh? Masa’ kamu nggak sadar?” “Aku memang nggak tahu.” “Entah kamu terlalu lugu atau gimana, tapi kondisi sekarang kan udah beda. Dewi udah terlanjur nyatain cinta dan dia nganggap kamu juga terima hatinya dia, walaupu kamu sendiri ngerasa belum siap
Melepas harapan pada Dessy dan menjadikannya kembali sebagai teman biasa adalah keputusan yang Mamanya berikan. Ini berat. Tapi itu bukan semata sebuah saran melainkan keputusan dan perintah yang Adri tidak bisa abaikan. * Tidak ada cara lain untuk menyelesaikan kesalahpahaman selain mendatangi tempat Dewi tinggal. Gadis itu pernah menyebut tempat ia tinggal dan Adri akhirnya tiba di sana saat sore hari yang sejuk. Gadis itu tinggal di sebuah rumah yang walau berbentuk sederhana namun berukuran lumayan besar. Memiliki pagar yang tinggi, rumah itu jadi terkesan sedikit tertutup dan tidak bisa dilihat dari luar. Jalan di depan rumah itu cenderung sepi karena berada di area yang agak menjorok ke dalam sehingga hanya warga atau pihak yang berkepentingan saja yang lalu-lalang atau berada di sana. Ketika tiba di depan rumah yang ia pikir adalah rumah gadis itu, ia melihat kotak pos yang posisi kaca
“Iya. Gue merencanainkan yang mirip-miriplah,” Dessy mulai berbicara sedikit ketus. “EO yang sama?” “Ya.” “Kalau bagitu sebaiknya kita memang nyanda perlu datang.” “Kalo elo gak mau bugil ya gak usah naik ke panggung. Susah amat?” “Kita melihatnya nyanda sesederhana itu. Kalian, remaja di kota besar, sebetulnya telah dimasukii dengan nilai-nilai yang mengkhawatir pun. Ini bahaya. Etika kalian tergerus. Gawatnya, banyak dari kalian nyanda menyadarin karena menganggap itu hal biasa. Kalau di kampung kita nyanda boleh bagitu.” Dessy tertawa. Sinis. Namun Adri tetap meneruskan. “Kalau kamu menganggap kita salah, silahkan. Tapi undanganmu memang nyanda bisa kita terima.” Bagi Dessy yang seumur hidupnya hampir tak pernah mengalami penolakan, ucapan Adri tadi benar-benar terasa menyakitkan. Belasan tahun ia hidup dengan nilai seperti itu dan sejauh ini semuanya fine
Khusus mengenai hubungannya dengan Tante Sonya, ia merasa bahwa kedekatan wanita itu pada dirinya memiliki maksud terselubung. Ia sudah mendapat konfirmasi atau pembenaran dari Waluyo bahwa benar wanita bersuami itu punya maksud terselubung dan itu memiliki arti sebagai ajakan kencan. Sejak mendapat masukan dari Waluyo, ia juga jadi bersikap hati-hati. Tidak pernah lagi Adri masuk ke kamar tanpa mengunci pintu. Tidak pernah lagi ia membantu Waluyo dengan bertelanjang dada dengan alasan kepanasan. Pun Adri tidak pernah lagi menonton TV malam-malam seperti tempo hari ia lakukan. Intinya, segala hal yang berpotensi membuat Tante Sonya mendekati dirinya sudah ia kunci mati. Tidak seperti yang dikhawatirkan, Pak Syukur yang adalah suami dari wanita itu, ternyata bersikap biasa saja. Ia tidak nampak terlihat hendak menegur apalagi menyerang dirinya sekalipun mereka sesekali bertemu. Apakah ini artinya pak Syukur tidak tahu ulah isterinya? Deng
Ada apa dengan minggu ini? Adri merenung. Aksi anarkis yang ia alami kemarin adalah pengalaman kedua yang ia alami minggu ini karena di minggu lalu ada kejadian perkelahian antar seorang siswa di kelas Dessy dengan siswa sekolah lain. Dengan cepat peristiwa ini tersebar di antara dua sekolah dan mulai terjadi penyerangan antara satu sekolah dengan yang lainnya. Semua pihak merasa jadi korban dan karena itu berhak untuk membela diri atau melakukan penyerangan. Untunglah para pimpinan dari keduabelah pihak sepakat untuk mendamaikan dengan melibatkan pihak kepolisian. Dessy sempat dipanggil sebagai saksi ketika kasus ini coba didalami. Dan entah bagaimana ceritanya, belakangan tersiar kabar bahwa Dessy adalah pengompor peristiwa perkelahian. Ini jelas adalah laporan yang menyesatkan dan Dessy tidak terima. Masalahnya, info ini sudah tersebar luas kemana-mana dan Dessy yang tersinggung lantas mencari tahu siapa yang menyebarkan informasi men