“Iya. Gue merencanainkan yang mirip-miriplah,” Dessy mulai berbicara sedikit ketus.
“EO yang sama?”
“Ya.”
“Kalau bagitu sebaiknya kita memang nyanda perlu datang.”
“Kalo elo gak mau bugil ya gak usah naik ke panggung. Susah amat?”
“Kita melihatnya nyanda sesederhana itu. Kalian, remaja di kota besar, sebetulnya telah dimasukii dengan nilai-nilai yang mengkhawatir pun. Ini bahaya. Etika kalian tergerus. Gawatnya, banyak dari kalian nyanda menyadarin karena menganggap itu hal biasa. Kalau di kampung kita nyanda boleh bagitu.”
Dessy tertawa. Sinis. Namun Adri tetap meneruskan. “Kalau kamu menganggap kita salah, silahkan. Tapi undanganmu memang nyanda bisa kita terima.”
Bagi Dessy yang seumur hidupnya hampir tak pernah mengalami penolakan, ucapan Adri tadi benar-benar terasa menyakitkan. Belasan tahun ia hidup dengan nilai seperti itu dan sejauh ini semuanya fine
Khusus mengenai hubungannya dengan Tante Sonya, ia merasa bahwa kedekatan wanita itu pada dirinya memiliki maksud terselubung. Ia sudah mendapat konfirmasi atau pembenaran dari Waluyo bahwa benar wanita bersuami itu punya maksud terselubung dan itu memiliki arti sebagai ajakan kencan. Sejak mendapat masukan dari Waluyo, ia juga jadi bersikap hati-hati. Tidak pernah lagi Adri masuk ke kamar tanpa mengunci pintu. Tidak pernah lagi ia membantu Waluyo dengan bertelanjang dada dengan alasan kepanasan. Pun Adri tidak pernah lagi menonton TV malam-malam seperti tempo hari ia lakukan. Intinya, segala hal yang berpotensi membuat Tante Sonya mendekati dirinya sudah ia kunci mati. Tidak seperti yang dikhawatirkan, Pak Syukur yang adalah suami dari wanita itu, ternyata bersikap biasa saja. Ia tidak nampak terlihat hendak menegur apalagi menyerang dirinya sekalipun mereka sesekali bertemu. Apakah ini artinya pak Syukur tidak tahu ulah isterinya? Deng
Ada apa dengan minggu ini? Adri merenung. Aksi anarkis yang ia alami kemarin adalah pengalaman kedua yang ia alami minggu ini karena di minggu lalu ada kejadian perkelahian antar seorang siswa di kelas Dessy dengan siswa sekolah lain. Dengan cepat peristiwa ini tersebar di antara dua sekolah dan mulai terjadi penyerangan antara satu sekolah dengan yang lainnya. Semua pihak merasa jadi korban dan karena itu berhak untuk membela diri atau melakukan penyerangan. Untunglah para pimpinan dari keduabelah pihak sepakat untuk mendamaikan dengan melibatkan pihak kepolisian. Dessy sempat dipanggil sebagai saksi ketika kasus ini coba didalami. Dan entah bagaimana ceritanya, belakangan tersiar kabar bahwa Dessy adalah pengompor peristiwa perkelahian. Ini jelas adalah laporan yang menyesatkan dan Dessy tidak terima. Masalahnya, info ini sudah tersebar luas kemana-mana dan Dessy yang tersinggung lantas mencari tahu siapa yang menyebarkan informasi men
Hubungan Dessy dengan Arjun hari-hari ini membaik kembali. Diawali dengan sikap Arjun yang mau merendahkan hati, hubungan mereka yang sempat vakum dan dingin kini menghangat kembali. Menjadi penanda membaiknya lagi hubungan mereka, Arjun siap mengajarkan Dessy belajar menyetir kendaraan 4x4 manual miliknya. Dessy menyambut gembira karena ini memang harapannya sejak lama. Sore itu, saat jam bubar sekolah, ia sudah standby. Mesin kendaraan milik Arjun mulai hidup. Siap bergerak meninggalkan tempat parkir sekolah. Setelah menyetel musik cadas kesukaannya dengan volume sedikit keras, Arjun menoleh ke gadis di sebelahnya. “Musiknya gue kencengin ya, Say.” Dessy yang masih berpikir-pikir mengenai hubungannya dengan Arjun yang hilang-timbul dan ada Adri di sisi lain hanya berdiam diri. Ia jadi tak menyimak ucapan Arjun. “Halo?” Gadis itu tersadar lalu menyibak rambutnya yang sedikit di bawah bahu. “Sori.” “Mikiri
Dessy tersenyum riang. Ia menurut perkataan Arjun dan pedal gas pun ditekan lebih dalam. Adri yang tengah berjalan kaki nampak kaget dengan mobil Arjun tapi dikemudikan Dessy yang tiba-tiba muncul di dekatnya. Ia sempat menghindar namun tak urung sebuah buku catatannya jatuh dan terlindas ban mobil sampai tercabik-cabik. “Ups, sori!” dari balik jendela kaca mobil yang tertutup, Dessy meminta maaf pada Adri walau tahu itu percuma karena Adri pasti tak mendengarnya. Dari kaca spion ia tahu bahwa mobil yang dikemudikan menggilas salah satu buku pelajarannya sampai rusak. Tapi pikir Dessy itu pasti takkan bermasalah. Ia pasti akan datang nanti dan meminta maaf pada pemuda itu. Ia sempat mendengar Adri seperti meneriaki sesuatu. Namun konsentrasi Dessy yang tengah sepenuhnya tertuju pada cara mengemudi dan bisingnya suara musik cadas membuatnya tidak mengetahui hal itu. Ia tidak mendengar dan tidak juga me
Kalau ada pilihan untuk menghindar, Adri jelas ingin sekali menghindar dari pertemuan dengan Dewi. Tapi ia sadar bahwa menghindar masalah justeru berpotensi membangkitkan masalah baru. Sebuah masalah – seberat apapun – harus dihadapi dengan jiwa besar. Dan itu yang dilakukan Adri ketika sore itu ia kembali menghadap Dewi untuk menetapkan bahwa ia hanya akan bergaul biasa saja dengan gadis itu. “Kejam. Kak Adri kejam.” Itu respon yang langsung Adri dapatkan setelah ia selesai menceritakan semua dengan berpanjang lebar. “Maaf. Ini memang salah aku. Saat kejadian aku tidak menyangka akan...” “Kenapa kak Adri seperti ini? Tega betul mencampakkan setelah aku mencurahkan segala isi hati.” “Ini memang benar-benar salah kakak.” “Saat ini Dewi nggak butuh permintaan maaf. Kakak ternyata raja tega. Bisa-bisanya menipu. Kakak menipu perasaan saya! Bagaimana perasaan kakak kalau punya Mama yang terlanjur bahagi
Dessy menaruh telunjuk di depan mulut. Memberi isyarat bahwa suara Monique sudah terlalu keras. “Gue gak mau discuss soal itu. Ngapain ngomong begitu? Lagian gue sama Arjun udah jalan biasa lagi koq.” Monique hanya mengangkat bahu. Sama halnya seperti Adri, ia pun memelototi nilai ulangannya. Nilai 9 yang dicapai dengan cara sepotek – separo nyontek. “Terus, elo tau gak kenapa si Adri jadi gitu sama gue.” Mendengar itu Monique tidak langsung menjawab. Ia merasa ada yang jagal dengan sikap sahabatnya. Berkali-kali pernyataan Dessy menunjukan betapa sebal dirinya pada Adri. Kendati begitu tetap ada rasa penasaran dengan sikap Adri yang jadi sedikit acuh. Monique sangat tahu bahwa walau pun Dessy sudah bersama-sama Arjun, ia bisa membaca gelagat bahwa sebetulnya ada rasa tertarik yang kuat dalam diri Dessy terhadap Adri. Ada beberapa pengalaman yang Dessy alami berkaitan dengan Adri dan hampir semua merupakan penga
Monique mengangguk. “Cuma ada 1 orang yang namanya begitu di sini. Dia pacarnya Fitri. Kelas 12 IPA.” “Kumis tipis, kulit hitam, pesek, rambut agak botak?” “Agak botak karena barusan cukur. Iya, semua info lu betul. Kemarin gue ketemu dia. Mukanya juga bengap kayak elo dan dia…..” omongan Monique terputus saat dia melihati Adri sambil menggeleng kepala. “No way! Elo nggak berantem sama dia kan?” Adri mengangguk. “Iya apa? Iya berantem, atau iya nggak berantem.” “Iya berantem.” Monique terkaget sambil menutup mulut. “Elo itu cupu tapi galak juga ya. What’s up, man?” Adri tak langsung menjawab. “C’mon, ada apa?” “Bukan berantem sih. Aku dikeroyok, tapi aku bisa balas dengan satu kali pukulan ke salah satu dari mereka.” “O shit.” Monique terpaku. “Apa ini ada kaitannya dengan Fitri….” Terdengar suara deheman dari belakang punggung. Monique menole
“Apa ngana pe maksud?” “Maksud gue? Elo berubah sikap jadi picik sama gue ya? Kenapa sih? Cuma soal gue belajar mobil sama Arjun, eh... elo jadi sentimen kaya’ gini. Kenapa nggak elo lupain aja sih? Ini kan cuma soal kecil! Kenapa dibesar-besarin segala?” “Sembarangan! Jangan karena kita ini orang kampung jadi kamu anggap bahwa kasus itu adalah peristiwa kecil.” “Emang iya. Gue bilang itu cuma peristiwa sepele.” “Jadi karena kamu banyak uang, anak orang kaya, lantas kamu anggap itu sepele?” Kemarahan Dessy memuncak. “Koq jadi nyinggung kaya-miskin segala? Elo jadi parno gitu kenapa sih? Bilang aja kalo elo cemburu ngeliat gue sama Arjun?” Kejengkelan seolah menguasai Adri hingga ke seluruh sel tubuh sedangkan Dessy terus mencecarnya. "Tahu dari mana ngana? Tahu dari mana ngana kalau kita cemburu?" "Gue? Tahu dari mana? Dari tatapan elo. Bahasa tubuh elo." "Tatapan? Bahasa tubuh? Sejak kapan ngana jadi dokter mata? Sejak kapan ngana jadi tukang ramal?" “Gue jadi dokter mata da