Wanda berjalan ke pembatas gedung, meliat ke bawah memandang banyak kendaraan yang berlalu lalang. Angin menerbangkan helaian rambutnya yang sudah acak-acakan memperlihatkan wajahnya yang hancur berderai air mata.
Hidupnya hancur, cinta yang selalu menjadi alasannya untuk hidup hanyalah kebohongan, bahkan mimpinya yang indah tidak akan pernah menjadi nyata.
Wanda langsung menaiki pembatas gedung. Pintu terbuka memperlihatkan seorang tampan dengan balutan jaz hitam yang berjalan dengan santai.
“Matilah!” serunya.
Wanda berbalik dia melihat suaminya, Bara.
“Penghianat sepertimu tidak pantas hidup,” ejeknya.
Wanda menangis, berbalik melihat bulan yang berada di depannya di antara bangunan tinggi. Dia menyesal karena begitu bodoh dengan menghianati Bara hanya demi seorang pengawal.
Bara adalah suami yang kejam dan acuh dia tidak akan memedulikan istrinya jika tidak ada nilai di matanya. Itu membuatnya harus bersaing dengan ke dua istrinya agar menjadi kesayangan Bara.
Tapi lama kelamaan hal itu membuat Wanda lelah. Lalu tanpa dia sadari cinta baru itu muncul karena pengawal yang selalu bersamanya, menolongnya, dan memujinya membuatnya jatuh cinta, semua itu tidak dia temukan pada suaminya.
Sampai cinta itu membuat Wanda gila dan memutuskan kabur dengan seorang pengawal memulai hidup baru bahkan tanpa restu orang tuanya dan meninggalkan kedua anak-anaknya. Wanda bahkan rela menyerahkan status, harta, dan kekuasaannya demi cinta.
Bara yang menemukan pengkhianatan Wanda langsung menghukumnya namun Wanda berhasil kabur. Menghilangnya Wanda membuat Bara sangat marah, dengan kekuasaannya dia mencarinya, dia sangat ingin menghancurkan Wanda yang membuatnya berani berkhianat dia juga sangat ingin menguliti Wanda hidup-hidup.
Wanda bodoh, dia menyelamatkan kekasih gelapnya tanpa tahu kekasihnya sudah menghianatinya dengan membawanya ke tangan Bara dan akhirnya membuat wajahnya rusak, rasa sakit itu tidak akan pernah dia lupakan.
“Aku sama sekali tidak mengerti, padahal aku sudah memberikan segalanya tapi kamu membalasnya dengan pengkhianatannya. Apa harta yang aku berikan kurang?”
Wanda mengepalkan tangannya, dia menghadap ke samping.
“Aku juga butuh cinta, itu yang tidak pernah kamu berikan padaku,” ucap Wanda.
Setiap wanita selalu menginginkan cinta meski hanya sesaat.
Wanda berdiri menutup matanya dan menjatuhkan badannya ke bawah.
Suara jeritan histeris orang begitu ketakutan saat melihat tubuh Wanda yang mendarat di atas mobil dengan darah yang mengalir.
“Naif sekali, uang lebih penting dari pada cinta.”
Bara langsung meninggalkan tempat itu.
Deg…
“Nyonya, pakaian apa yang kamu inginkan?” tanya Kinan.
Wanda langsung menatap sekeliling dengan linglung, dia melihat dirinya sendiri yang sedang berendam di dalam bak mandi.
“Tunggu bukankah aku sudah mati?” batinya.
Wanda langsung menegakkan badanya dan memegang wajahnya yang tertutup masker lalu memasukkannya ke dalam air.
“Astaga Nyonya… apa yang kamu lakukan!” seru Kinan.
Kinan dan dua pelayan lainnya langsung menarik bahu Wanda agar dia mengeluarkan kepalanya dari dalam air.
Wanda akhirnya berhasil keluar dia menarik nafas sebanyak-banyaknya.
“Ambilkan aku cermin!” seru Wanda.
Pelayan saling memandang bingung. “Ambilkan aku cermin.”
Pelayan itu langsung memberikan cermin ke pada Wanda, melihat wajahnya sendiri yang masih terlihat bagus Wanda menangis.
Dia tertawa seperti orang gila membuat pelayan di sampingnya agak takut.
“Kinan, sepertinya Nyonya kesurupan,” bisik pelayan.
“Jangan bicara sembarangan,” balas Kinan.
“Wajahku masih cantik.”
“Kalian keluarlah, aku mau sendiri.”
“Baik Nyonya.” balas pelayan.
“Tunggu tanggal berapa sekarang?” tanya Wanda.
“Tanggal 1 Februari 20XX, Nyonya.”
Wanda mengangguk dan melambaikan tangannya, setelah pelayan pergi dia langsung bersandar pada bak mandi dan meminum susu coklat yang sudah tersedia di samping bak mandi.
“Apa itu artinya aku bereinkarnasi ke tuju tahun sebelum aku meninggal?”
“Ini sempurna, aku bisa menikmati kekayaan seamiku.”
Wanda langsung menegakkan punggungnya. “Tunggu… itu artinya dia masih hidup?”
“Awas kamu Jav, pria sialan sepertimu akan ku singkirkan.”
Wanda menaruh minumannya di nampan, dia langsung memakai handuk dan pergi.
Jav membuka pintu, dia melihat Wanda yang sedang makan dengan elegan.
“Nyonya terlihat cantik hari ini,” pujinya.
Mulut Wanda berkedut, dia mencengkeram garpu dan pisaunya, memandang pria muda di sampingnya yang terlihat tampan.
“Lalu, menurutmu kemarin aku tidak cantik?” sinisnya.
Jav terdiam, dia tidak menduga respons Wanda akan berbeda.
“Tentu tidak Nyonya kamu selalu terlihat cantik di mata saya.”
Wanda meneguk minumannya. “Hentikan basa-basimu Jav, katakan di mana suamiku?”
“Saya tidak tahu Nyonya, saya hanya bertugas untuk menjaga Nyonya.”
“Kalau begitu jagalah di depan jangan di sini, kamu mengganggu selera makan saya.”
Jav menahan amarah, sementara Kinan yang berdiri di samping Wanda menahan tawanya, sangat jarang sekali melihat Jav yang sombong mendapat teguran dari Nyonya.
“Mohon maaf Nyonya tapi ini perintah Tuan,” jelasnya.
“Dan aku ini istri dari Tuanmu, otomatis aku juga memiliki hak untuk memberimu perintah.”
Wanda memandang Jav dengan kesal. “Apa perlu aku laporkan pada suamiku kalau kamu tidak melakukan tugasmu dengan baik.”
“Jangan Nyonya, aku pamit undur diri.”
Wanda mengangguk.
“Awas kamu Jav, ini hanya permulaan.”
“Nyonya, Tuan mengundang kamu ke acara pelelangan.”
Wanda mengingat acara pelelangan sebelum kematiannya, sebelumnya dia tidak hadir di acara itu karena sibuk berpacaran dengan Jav, dan itu membuatnya harus di hukum oleh Bara dengan pengambilan semua investasinya pada perusahaan yang dia miliki.
“Jam berapa?”
“Jam 13.00 WIB.”
“Bagai mana dengan anak-anak?” Kinan langsung diam, sangat jarang Wanda akan bertanya soal anak-anaknya.
“Anak-anak sedang sekolah.”
Wanda mulai merindukan anak-anaknya, dulu setelah dia meninggal dia tidak pernah dekat dengan anak-anaknya.
“Kapan mereka akan kembali?”
“Kemungkinan setelah libur semester.”
Wanda menatap Kinan. “Bukanya setelah sekolah biasanya anak-anak pulang?”
“Iya, tapi Nyonya memasukkannya ke sekolah asrama ingat?”
Wanda merutuki kebodohannya, karena melupakan keadaan anak-anaknya.
“Siapkan mobil, aku ingin melihat anak-anakku.”
Kinan melihat sekarang jam sembilan pagi. “Tapi nyonya—”
“Jangan membantahku Kinan.”
Kinan mengangguk dan berbalik pergi.
Sampai di gerbang sekolah, Wanda turun dari mobil dan membuka kacamatanya. Dia melihat bangunan luas yang dominan warna putih.Dengan seorang satpam yang mengantarkan Wanda ke ruangan Kepala Sekolah.Tok…Tok…Tok…“Masuk,” ucapnya.Satpam membuka sebuah pintu, Wanda langsung masuk dan duduk di depan kepala sekolah. Ruangan kepala sekolah tidak terlalu besar tapi terlihat rapi dan agak suram karena bergaya pedesaan.Kepala sekolah masih terlihat sehat dengan semua rambut yang memutih dan wajah yang memiliki kerutan.“Ada masalah apa Nyonya?”“Saya ingin bertemu dengan kedua anak saya.”Pak kepala sekolah melirik Wanda yang terlihat masih muda dengan pakaian merah gelap dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya.“Siapa namamu, Nyonya?”“Wanda.”Pak kepala sekolah mengambil semua telepon.“Nama anak-anak, Nyonya?”“Shen dan Shina.”“Tolong panggilkan siswa yang bernama Shen dan Shina, wali mereka ingin bertemu.”“…”Pak kepala sekolah menutup telepon.“Nyonya Wanda, saya sangat jarang
Bara adalah pria yang menguasai lingkaran dunia bisnis. Semua orang menghormatinya karena Bara adalah orang yang menyumbang sebagian hartanya untuk masyarakat, dari panti asuhan, rumah sakit, tunawisma, bahkan sampai pembangunan infrastruktur negara.Tapi Wanda tahu bahwa itu semua itu hanyalah pencitraan untuk menutupi segala kebusukannya, bahkan image sebagai suami yang romantis dan tampan hanyalah akting karena sebenarnya Bara tidak pernah memedulikan semua istri-istrinya.“Itu bukan urusanmu.” Bara menurunkan tangan Wanda, tapi Wanda malah mempererat rangkulannya.“Bersikaplah lebih ramah saat kita berada di luar Tuan.”“Aku sudah berusaha tidak membuatmu kehilangan muka di acara pelelangan.”Wanda menahan kekesalannya dia tersenyum. “Aku tahu bahwa Tuan memang masih peduli denganku.” “Kamu terlalu percaya diri,” sinisnya.Wanda tersenyum lebar tidak menanggapi ucapan suaminya.“Tersenyumlah Tuan ada wartawan di depan.”“Aku tau.”Bara tersenyum, sedangkan Wanda menyenderkan kepa
Seorang wanita menatap Bara dengan berdecak pinggang.Bara mengakat satu alisnya. “Adikmu yang salah.”“Kalau salah tidak seharusnya kalian memarahinya.” Wanita itu mendekati Bara.“Hei, adikmu sendiri yang menumpahkan es krim pada suamiku.” Gisel langsung mendorong wanita itu.“Tidak usah main kasar Tante.” Sambil mendorong Gisel.“Astaga masalah ini pasti akan semakin panjang,” Batin Wanda melihat mereka bertengkar.“Tante? Kapan aku menikah dengan Pamanmu bocah?” Gisel membalas dengan mendorong wanita itu.Dorongan Gisel berakhir dengan menarik rambut satu sama lain. Melihat ada keributan perlahan banyak orang yang berkumpul melihat adegan itu.Bara terlihat sangat marah, jika berita ini tersebar maka akan mencoreng nama baik perusahaannya.Diam-diam Bara mengirim pesan pada pengawalnya untuk datang.Wanda memerhatikan situasinya tidak berniat untuk membantu, sampai tatapannya melihat anak kecil itu yang siam sambil meremas ujung bajunya.“Seharusnya kamu sadar bahwa kamu salah.” S
Wanda di usir dari ruangan, merasa situasinya yang canggung Gisel ingin segera pergi.“Saya undur diri dulu nyonya pertama,” sahut GiselWanda yang di bawa pengawal hanya pasrah, tatapannya sangat tajam menatap sosok Jihan yang sedang bersantai di kursi.Bahkan di kehidupan keduanya dia masih harus tunduk kepada Jihan orang yang berperan besar dalam penangkapannya, karena Jihan Bara tahu akan perselingkuhannya.“Aku akan membalasmu Jihan, bahkan aku akan membuat Bara menceraikanmu.” Batin Wanda marah.Pengawal melepaskan Wanda saat di luar.“Astaga Wanda apa kamu baik-baik saja?” tanya Gisel.Wanda menahan amarahnya, dia berbalik dengan mengepalkan tangan.Gisel menyentuh Wanda dengan ujung jarinya. “Wanda?”Wanda tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya yang putih pada Gisel.Gisel yang melihatnya merasa wanda sudah gila. “Aku bisa mengantarkanmu ke rumah sakit.”“Ah, tidak usah.”Gisel yang melihat Wanda tersenyum membuatnya takut.“Apa yang sedang kamu rencanakan?”Wanda ter
Wanda meminum wiski, matanya masih terpaku pada layar film yang menunjukkan hantu itu menyeret seorang siswa ke dalam kamar mandi. Sahabatnya ketakutan dan memukul pintu mendadak terdengar seperti sebuah tulang yang retak dan wanita itu melihat seorang wanita yang berada di sudut atas tembok melompat ke bawah.Wanda langsung memakan kripiknya dengan cepat, merasa haus dia menggambil menumannya. Di layar menampilkan hantu yang membuka mulutnya mengeluarkan suara menakutkan.Sontak saja wiski yang di minum Wanda jatuh membasahi bajunya.Jantungnya semakin berdebar setelah mendengar suara seseorang memakan kripiknya. Wanda menutup matanya dan berbalik ke sisi yang berlawanan.Tapi sebuah lengan memegangnya.“Aku bukan setan,” ucapnya.Wanda langsung berbalik, melihat Bara yang menatapnya dengan tatapan mengejek.“Kenapa kamu di sini?” tanya Wanda balik.Bara langsung menatap film di depannya sambil memakan kripik milik Wanda.Sangat jarang sekali Bara mau mengunjunginya tanpa ada kemaua
Kinan mengambil ponselnya yang terasa bergetar, melihat sebuah notifikasi dari nomor yang tidak di kenal. Ternyata pesan itu dari sekolah, Kinan langsung memberikannya kepada Wanda sedang makan roti bakar dan susu coklat.“Nyonya,” panggil Kinan.Wanda melirik Kinan. “Ada apa?”Mengambil ponsel dan membaca pesan.“Siapkan mobil untuk ke sekolah sekarang.” Mengambil serbet untuk mengelap mulut.“Baik, Nyonya.” Kinan langsung mengetik sesuatu pada ponselnya dan berjalan pergi.Wanda langsung bergegas menuju sekolah, jarak sekolah dan rumahnya hanya membutuhkan waktu dua puluh menit.Ruangan guru hening tanpa ada yang berniat memulai pembicaraan, Shen yang duduk tepat di depan Guru BK hanya diam sambil memeluk erat buku-bukunya.Suara langkah kaki memecahkan keheningan, Wanda datang dengan pakaian ketat berwarna merah yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang seksi. Bu Cika yang melihatnya hanya menahan rasa irinya melihat semua barang yang di gunakan Wanda adalah barang branded yang sanga
Sampai di rumah sepuluh pelayan menyambut Wanda dan Shen yang baru saja turun dari mobil.“Selamat datang Nyonya, Tuan muda.”Shen agak canggung dengan situasi yang dia alami, dia tidak suka menjadi pusat perhatian dari orang-orang.Kinan datang dan berjalan menuju Wanda. “Nyonya, Tuan Bara mengirim pesan untuk besok makan malam bersama di kediaman utama.”“Katakan aku akan datang.”“Baik Nyonya, semua berkas yang kamu inginkan sudah aku letakan di meja kerja.”“Aku akan melihatnya nanti, suruh pelayan untuk menyiapkan makanan dan ajak Shen untuk membersihkan badanya.”“Baik Nyonya.” Kinan mendekati Shen.“Tuan muda tolong ikuti aku.”Tanpa mengatakan apa pun Shen mengikuti Kinan sekilas dia melihat Wanda yang berjalan menaiki lift.Wanda masuk ke dalam ruang kerja melihat tumbukan berkas. Wanda duduk dan membaca isi berkas yang berisi identitas pengawal barunya.Semua terlihat biasa-biasa saja dan tidak ada yang memenuhi kriterianya, Wanda langsung membuang semua berkas-berkasnya ke
Jam setengah satu mereka sampai di sekolah tepat di mana pelajaran hampir selesai. Jav membukakan pintu agar Wanda bisa keluar dan membantu Shina untuk turun dari mobil, Shen sendiri bisa keluar tanpa harus di bantu siapa pun. Di belakang mereka beberapa pengawal berbadan kekar dengan wajah menyeramkan terlihat sangat aneh karena membawa dua koper besar berwarna merah dan pink berbentuk bunga-bunga. Kinan datang dan memayungi Wanda, Shen dan Shina yang melihatnya merasa ibunya sangat-sangat berlebihan. “Sekarang ayo kita ke kamar Shina lebih dulu,” ucap Wanda. Shina mengganggu dan berjalan paling depan. Bu Oliy yang baru selesai mengajar melihat Wanda yang berada tidak jauh darinya, dia menatap Wanda dengan agak kaget, apalagi saat Wanda berjalan dengan seseorang yang memayunginya agar tidak terkena panas dan beberapa pengawal yang mengikutinya dari belakang. Sampainya di asrama milik Shina, anak-anak kecil yang melihat pengawal yang berbadan kekar langsung bersembunyi di balik p
Jam setengah satu mereka sampai di sekolah tepat di mana pelajaran hampir selesai. Jav membukakan pintu agar Wanda bisa keluar dan membantu Shina untuk turun dari mobil, Shen sendiri bisa keluar tanpa harus di bantu siapa pun. Di belakang mereka beberapa pengawal berbadan kekar dengan wajah menyeramkan terlihat sangat aneh karena membawa dua koper besar berwarna merah dan pink berbentuk bunga-bunga. Kinan datang dan memayungi Wanda, Shen dan Shina yang melihatnya merasa ibunya sangat-sangat berlebihan. “Sekarang ayo kita ke kamar Shina lebih dulu,” ucap Wanda. Shina mengganggu dan berjalan paling depan. Bu Oliy yang baru selesai mengajar melihat Wanda yang berada tidak jauh darinya, dia menatap Wanda dengan agak kaget, apalagi saat Wanda berjalan dengan seseorang yang memayunginya agar tidak terkena panas dan beberapa pengawal yang mengikutinya dari belakang. Sampainya di asrama milik Shina, anak-anak kecil yang melihat pengawal yang berbadan kekar langsung bersembunyi di balik p
Sampai di rumah sepuluh pelayan menyambut Wanda dan Shen yang baru saja turun dari mobil.“Selamat datang Nyonya, Tuan muda.”Shen agak canggung dengan situasi yang dia alami, dia tidak suka menjadi pusat perhatian dari orang-orang.Kinan datang dan berjalan menuju Wanda. “Nyonya, Tuan Bara mengirim pesan untuk besok makan malam bersama di kediaman utama.”“Katakan aku akan datang.”“Baik Nyonya, semua berkas yang kamu inginkan sudah aku letakan di meja kerja.”“Aku akan melihatnya nanti, suruh pelayan untuk menyiapkan makanan dan ajak Shen untuk membersihkan badanya.”“Baik Nyonya.” Kinan mendekati Shen.“Tuan muda tolong ikuti aku.”Tanpa mengatakan apa pun Shen mengikuti Kinan sekilas dia melihat Wanda yang berjalan menaiki lift.Wanda masuk ke dalam ruang kerja melihat tumbukan berkas. Wanda duduk dan membaca isi berkas yang berisi identitas pengawal barunya.Semua terlihat biasa-biasa saja dan tidak ada yang memenuhi kriterianya, Wanda langsung membuang semua berkas-berkasnya ke
Kinan mengambil ponselnya yang terasa bergetar, melihat sebuah notifikasi dari nomor yang tidak di kenal. Ternyata pesan itu dari sekolah, Kinan langsung memberikannya kepada Wanda sedang makan roti bakar dan susu coklat.“Nyonya,” panggil Kinan.Wanda melirik Kinan. “Ada apa?”Mengambil ponsel dan membaca pesan.“Siapkan mobil untuk ke sekolah sekarang.” Mengambil serbet untuk mengelap mulut.“Baik, Nyonya.” Kinan langsung mengetik sesuatu pada ponselnya dan berjalan pergi.Wanda langsung bergegas menuju sekolah, jarak sekolah dan rumahnya hanya membutuhkan waktu dua puluh menit.Ruangan guru hening tanpa ada yang berniat memulai pembicaraan, Shen yang duduk tepat di depan Guru BK hanya diam sambil memeluk erat buku-bukunya.Suara langkah kaki memecahkan keheningan, Wanda datang dengan pakaian ketat berwarna merah yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang seksi. Bu Cika yang melihatnya hanya menahan rasa irinya melihat semua barang yang di gunakan Wanda adalah barang branded yang sanga
Wanda meminum wiski, matanya masih terpaku pada layar film yang menunjukkan hantu itu menyeret seorang siswa ke dalam kamar mandi. Sahabatnya ketakutan dan memukul pintu mendadak terdengar seperti sebuah tulang yang retak dan wanita itu melihat seorang wanita yang berada di sudut atas tembok melompat ke bawah.Wanda langsung memakan kripiknya dengan cepat, merasa haus dia menggambil menumannya. Di layar menampilkan hantu yang membuka mulutnya mengeluarkan suara menakutkan.Sontak saja wiski yang di minum Wanda jatuh membasahi bajunya.Jantungnya semakin berdebar setelah mendengar suara seseorang memakan kripiknya. Wanda menutup matanya dan berbalik ke sisi yang berlawanan.Tapi sebuah lengan memegangnya.“Aku bukan setan,” ucapnya.Wanda langsung berbalik, melihat Bara yang menatapnya dengan tatapan mengejek.“Kenapa kamu di sini?” tanya Wanda balik.Bara langsung menatap film di depannya sambil memakan kripik milik Wanda.Sangat jarang sekali Bara mau mengunjunginya tanpa ada kemaua
Wanda di usir dari ruangan, merasa situasinya yang canggung Gisel ingin segera pergi.“Saya undur diri dulu nyonya pertama,” sahut GiselWanda yang di bawa pengawal hanya pasrah, tatapannya sangat tajam menatap sosok Jihan yang sedang bersantai di kursi.Bahkan di kehidupan keduanya dia masih harus tunduk kepada Jihan orang yang berperan besar dalam penangkapannya, karena Jihan Bara tahu akan perselingkuhannya.“Aku akan membalasmu Jihan, bahkan aku akan membuat Bara menceraikanmu.” Batin Wanda marah.Pengawal melepaskan Wanda saat di luar.“Astaga Wanda apa kamu baik-baik saja?” tanya Gisel.Wanda menahan amarahnya, dia berbalik dengan mengepalkan tangan.Gisel menyentuh Wanda dengan ujung jarinya. “Wanda?”Wanda tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya yang putih pada Gisel.Gisel yang melihatnya merasa wanda sudah gila. “Aku bisa mengantarkanmu ke rumah sakit.”“Ah, tidak usah.”Gisel yang melihat Wanda tersenyum membuatnya takut.“Apa yang sedang kamu rencanakan?”Wanda ter
Seorang wanita menatap Bara dengan berdecak pinggang.Bara mengakat satu alisnya. “Adikmu yang salah.”“Kalau salah tidak seharusnya kalian memarahinya.” Wanita itu mendekati Bara.“Hei, adikmu sendiri yang menumpahkan es krim pada suamiku.” Gisel langsung mendorong wanita itu.“Tidak usah main kasar Tante.” Sambil mendorong Gisel.“Astaga masalah ini pasti akan semakin panjang,” Batin Wanda melihat mereka bertengkar.“Tante? Kapan aku menikah dengan Pamanmu bocah?” Gisel membalas dengan mendorong wanita itu.Dorongan Gisel berakhir dengan menarik rambut satu sama lain. Melihat ada keributan perlahan banyak orang yang berkumpul melihat adegan itu.Bara terlihat sangat marah, jika berita ini tersebar maka akan mencoreng nama baik perusahaannya.Diam-diam Bara mengirim pesan pada pengawalnya untuk datang.Wanda memerhatikan situasinya tidak berniat untuk membantu, sampai tatapannya melihat anak kecil itu yang siam sambil meremas ujung bajunya.“Seharusnya kamu sadar bahwa kamu salah.” S
Bara adalah pria yang menguasai lingkaran dunia bisnis. Semua orang menghormatinya karena Bara adalah orang yang menyumbang sebagian hartanya untuk masyarakat, dari panti asuhan, rumah sakit, tunawisma, bahkan sampai pembangunan infrastruktur negara.Tapi Wanda tahu bahwa itu semua itu hanyalah pencitraan untuk menutupi segala kebusukannya, bahkan image sebagai suami yang romantis dan tampan hanyalah akting karena sebenarnya Bara tidak pernah memedulikan semua istri-istrinya.“Itu bukan urusanmu.” Bara menurunkan tangan Wanda, tapi Wanda malah mempererat rangkulannya.“Bersikaplah lebih ramah saat kita berada di luar Tuan.”“Aku sudah berusaha tidak membuatmu kehilangan muka di acara pelelangan.”Wanda menahan kekesalannya dia tersenyum. “Aku tahu bahwa Tuan memang masih peduli denganku.” “Kamu terlalu percaya diri,” sinisnya.Wanda tersenyum lebar tidak menanggapi ucapan suaminya.“Tersenyumlah Tuan ada wartawan di depan.”“Aku tau.”Bara tersenyum, sedangkan Wanda menyenderkan kepa
Sampai di gerbang sekolah, Wanda turun dari mobil dan membuka kacamatanya. Dia melihat bangunan luas yang dominan warna putih.Dengan seorang satpam yang mengantarkan Wanda ke ruangan Kepala Sekolah.Tok…Tok…Tok…“Masuk,” ucapnya.Satpam membuka sebuah pintu, Wanda langsung masuk dan duduk di depan kepala sekolah. Ruangan kepala sekolah tidak terlalu besar tapi terlihat rapi dan agak suram karena bergaya pedesaan.Kepala sekolah masih terlihat sehat dengan semua rambut yang memutih dan wajah yang memiliki kerutan.“Ada masalah apa Nyonya?”“Saya ingin bertemu dengan kedua anak saya.”Pak kepala sekolah melirik Wanda yang terlihat masih muda dengan pakaian merah gelap dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya.“Siapa namamu, Nyonya?”“Wanda.”Pak kepala sekolah mengambil semua telepon.“Nama anak-anak, Nyonya?”“Shen dan Shina.”“Tolong panggilkan siswa yang bernama Shen dan Shina, wali mereka ingin bertemu.”“…”Pak kepala sekolah menutup telepon.“Nyonya Wanda, saya sangat jarang
Wanda berjalan ke pembatas gedung, meliat ke bawah memandang banyak kendaraan yang berlalu lalang. Angin menerbangkan helaian rambutnya yang sudah acak-acakan memperlihatkan wajahnya yang hancur berderai air mata.Hidupnya hancur, cinta yang selalu menjadi alasannya untuk hidup hanyalah kebohongan, bahkan mimpinya yang indah tidak akan pernah menjadi nyata.Wanda langsung menaiki pembatas gedung. Pintu terbuka memperlihatkan seorang tampan dengan balutan jaz hitam yang berjalan dengan santai.“Matilah!” serunya.Wanda berbalik dia melihat suaminya, Bara.“Penghianat sepertimu tidak pantas hidup,” ejeknya.Wanda menangis, berbalik melihat bulan yang berada di depannya di antara bangunan tinggi. Dia menyesal karena begitu bodoh dengan menghianati Bara hanya demi seorang pengawal.Bara adalah suami yang kejam dan acuh dia tidak akan memedulikan istrinya jika tidak ada nilai di matanya. Itu membuatnya harus bersaing dengan ke dua istrinya agar menjadi kesayangan Bara.Tapi lama kelamaan