Share

Aku Segera Datang

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-12-12 19:33:07

“Aku dengar dari Tante Valerie, Kak Romeo akhir-akhir ini susah tidur,” ujar Diva sambil mengangkat kantong kertas yang dibawanya. “Jadi, aku bawakan teh lavender dan teh chamomile. Ini akan membantu Kak Romeo lebih rileks.”

Romeo pun memilih diam, tak ingin memancing pertengkaran. Ia melihat Diva melangkah mendekat, lalu menuangkan teh itu ke dalam cangkir di atas meja kerjanya.

“Cobalah. Aku yakin ini lebih baik daripada Kak Romeo meminum obat tidur.”

Saat menyerahkan cangkir itu, perhatian Diva tertuju pada amplop emas yang mencolok di meja. Matanya berbinar saat membaca nama ‘Tuan Cahyadi Lesmana’ yang tertera di undangan itu.

“Ini undangan ulang tahun Tuan Cahyadi? Acara bergengsi yang selalu dihadiri para pengusaha besar?” tanyanya sembari membuka undangan tersebut.

Romeo mengangguk singkat sembari menyesap teh hangat dari cangkirnya, berharap Diva tidak memperpanjang pembicaraan. Namun, harapan tersebut pupus. Diva langsung merengek dengan nada manja, meminta agar Romeo meng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tamu Istimewa

    Setelah melewati pemeriksaan keamanan, Suri duduk di kursi ruang tunggu. Beberapa menit kemudian, panggilan untuk penumpang di penerbangannya terdengar. Ia bangkit, menarik kopernya, dan mulai berjalan menuju pintu keberangkatan.Saat pesawat telah mengudara, Suri memandangi langit dari jendela. Awan putih menghampar seperti kapas, memisahkannya dari segala beban yang ia tinggalkan di bawah sana. Masa kelam pernikahannya dengan Romeo kembali terlintas di benaknya. Begitu banyak air mata dan rasa sakit yang harus ia telan selama bertahun-tahun.Ia tidak pernah mengerti mengapa Romeo begitu keras kepala mempertahankannya, meskipun jelas pria itu tidak pernah mencintainya. Bahkan saat proses perceraian berjalan, Romeo masih mencoba menguasai dirinya. “Aku harus melupakannya,” bisik Suri pada dirinya sendiri. Ia memejamkan mata, menggenggam erat janji tersebut. Kali ini, ia akan fokus pada dirinya sendiri—kariernya sebagai arsitek, dan hobi lamanya melukis yang telah lama ia tinggalkan.

    Last Updated : 2024-12-13
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Romeo akan Datang

    Setelah menyelesaikan makan siang di kafe, Raysa menatap Suri dengan penuh perhatian. “Sekarang kamu tinggal di mana? Apa kamu akan kembali ke rumah papamu?”“Rumah Papa sudah dijual oleh Tante Yasmin,” jawab Suri sedih. “Aku berencana menyewa rumah di pinggiran kota. Aku butuh tempat yang aman dan jauh dari jangkauan Romeo,” ujar Suri sembari mengenakan syal di lehernya.Raysa mengangguk mengerti. “Sebelum kamu mendapatkan rumah yang aman, tinggallah di apartemenku, Suri. Kita bisa mengobrol, bercanda, dan bernostalgia seperti dulu.”Mendengar tawaran yang tulus dari Raysa, Suri mengangguk setuju. “Terima kasih. Aku akan pikirkan itu. Sementara, aku akan menginap di hotel.”“Ck, tidak perlu. Malam ini dan malam berikutnya, kamu tidur di apartemenku. Aku jamin kamu akan betah,” ucap Raysa setengah memaksa. Tanpa menunggu jawaban dari Suri, Raysa langsung menarik tangan sahabatnya itu. Mereka pun meninggalkan kafe dan meluncur menuju apartemen Raysa. Begitu sampai, Raysa menunjukkan

    Last Updated : 2024-12-13
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mimpi atau Kenyataan

    Setelah puas mengumpati kakaknya dan Suri, Aira menarik napas panjang lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia meraih ponselnya, menekan tombol panggil untuk menghubungi salah satu temannya, Miska. Dalam hitungan detik, suara Miska terdengar di ujung sana. “Halo, Aira. Kamu sudah dalam perjalanan ke sini, kan? Pesta sebentar lagi dimulai!” Aira menggigit bibirnya, menahan rasa kecewa yang makin mendalam. “Aku tidak bisa datang, Mis. Mama melarangku keluar.” Sejenak, Miska terdiam, mungkin bingung bagaimana merespons. “Oh… ya sudah, tidak apa-apa,” jawabnya. Namun, nada suara gadis itu terdengar canggung, seolah ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. “Kamu kenapa, Mis? Apa terjadi sesuatu di sana?” tanya Aira curiga. Miska menghela napas sejenak sebelum memberikan jawaban. “Aku bingung harus bagaimana mengatakannya padamu. Baru saja aku melihat Ivan ada di klub ini.”Aira langsung duduk tegak, rasa penasaran dan was-was menguasai dirinya. “Lalu? Memangnya kenapa kalau dia di s

    Last Updated : 2024-12-14
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Gaun Spesial

    Aroma semerbak telur dadar dan roti panggang memenuhi dapur kecil di apartemen. Suri dengan cekatan mengoleskan mentega di atas roti sambil sesekali melirik panci di atas kompor. Di meja, secangkir teh melati yang hangat sudah menunggu. Raysa, yang masih berada di kamar, bersiap untuk hari pertamanya bekerja di kantor Pradipta Grup. “Pagi, Suri,” sapa Raysa saat keluar dari kamar dengan blazer hitam yang membuatnya tampak profesional. Rambutnya diikat rapi, dan ada senyum antusias di wajahnya. “Pagi, Raysa. Sarapannya sudah siap,” jawab Suri sambil memindahkan telur dadar ke piring. Raysa duduk dan mulai menyantap makanannya. “Kamu memang andalan kalau urusan dapur. Oh ya, aku tadi sudah menghubungi pemilik ‘Belle Boutique’, namanya Nyonya Silvia. Dia teman mamaku. Aku memberitahunya kalau sahabatku akan ke butik untuk mencari gaun pesta.”“Terima kasih, Raysa,” ucap Suri sembari mencubit pelan pipi sahabatnya itu. “Tapi, aku akan melihat rumah dulu. Baru saja Paman Josua membe

    Last Updated : 2024-12-14
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pria Tampan

    Dengan cepat, Suri membayar gaun yang ia pilih di kasir sambil menunduk. Kemudian, ia mengenakan kacamata hitam yang ia bawa di tas untuk menyamarkan penampilan. Ia mencoba menghindari perhatian mereka dan segera menuju ke arah pintu keluar.Ketika melewati pintu, Suri masih mendengar Diva berbicara akrab dengan Nyonya Valerie. “Aku akan memilih gaun yang berwarna biru, Tante. Biru adalah warna kesukaan Kak Romeo.”Suri melangkah terburu-buru, menghindari sudut pandang Diva dan ibu mertuanya. Langkahnya terasa ringan di kaki, tetapi tidak di hati. Pedih, itulah yang ia rasakan. Pedih karena nama Romeo ternyata masih punya tempat di hatinya, meski ia tahu itu hanya akan menyakitinya lebih dalam.Setelah berhasil keluar dari butik, Suri memanggil taksi yang kebetulan lewat. Tanpa membuang waktu, Suri masuk ke taksi dan menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia memandangi paperbag yang kini ada di pangkuannya.Gaun yang ia

    Last Updated : 2024-12-15
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rival Utama

    Ketika Suri sudah duduk di meja kafe, pandangan mata dari orang-orang di sekitarnya masih mengikuti. Sungguh, situasi ini membuatnya seperti ikan di dalam akuarium. Untuk mengusir rasa tak nyaman, Suri menggenggam ponsel sambil menundukkan kepala. Ia berusaha fokus pada layar, tetapi tatapan para pengunjung tetap tertuju padanya. Mungkin mereka merasa heran sekaligus penasaran, karena ia berhasil mendapatkan meja yang nyaman di tengah antrean yang begitu panjang.Beberapa kali, Suri menoleh ke arah pintu, berharap Raysa segera datang untuk menyelamatkannya. Hingga tak lama berselang, sosok Raysa muncul, matanya menyapu ruangan dengan sedikit kebingungan. Melihat kedatangan Raysa, Suri melambaikan tangan ke arah sahabatnya itu. Raysa segera menghampiri, langkahnya dipercepat. “Suri, kamu hebat sekali bisa mendapatkan meja di sini,” puji Raysa begitu ia duduk. Wajahnya tampak cerah, senang bercampur heran. “Apa kamu kenal dengan pegawai atau supervisor kafe ini?”Suri tersenyum tipis

    Last Updated : 2024-12-15
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menggapai Cahaya

    Mata Suri berbinar penuh semangat. Dengan tekad baru, ia mengarahkan sopir taksi untuk membawanya ke sebuah toko peralatan melukis yang dulu sering ia kunjungi. Tempat itu telah lama menjadi pelabuhan kreativitasnya sebelum ia terjebak dalam sangkar emas. Toko kecil di sudut jalan itu masih seperti yang ia ingat. Papan nama kayu dengan tulisan "Rumah Warna" terlihat usang tetapi tetap hangat, seolah menyambut siapa pun yang datang dengan harapan. Ketika bel di pintu berbunyi, seorang pria paruh baya keluar dari balik meja kasir. "Suri!" serunya dengan nada tak percaya. "Benarkah ini kamu?" Suri tertawa kecil, sedikit tersipu. "Benar, Pak Harun. Saya kembali." Pak Harun, pemilik toko itu, tersenyum lebar. "Sudah lama sekali! Saya pikir kamu sudah berhenti melukis." "Memang sempat berhenti," Suri mengakui, sambil menyusuri rak-rak penuh kuas, cat minyak, cat air, dan berbagai perlengkapan lainnya. "Tapi, sekarang saya merasa ingin mulai lagi." Pak Harun mengangguk paham. "Me

    Last Updated : 2024-12-16
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Gadis Pemimpi

    Selesai makan, Suri dan Raysa bekerja sama membereskan meja makan dan mencuci piring. Kemudian, mereka ke kamar untuk memilih aksesoris yang akan dipakai ke pesta. Raysa mengeluarkan sebuah kotak besar yang penuh dengan berbagai model kalung, anting, dan gelang. “Kita lihat mana yang cocok dengan gaunmu,” ujar Raysa sambil mengangkat sebuah kalung mutiara, . Suri tak bisa menahan tawa melihat aksi Raysa yang sibuk memamerkan koleksinya.“Kamu mengeluarkan semua ini hanya untuk aku?” tanya Suri sambil tertawa kecil.“Iya, Suri. Aku adalah orang pertama yang mendukungmu untuk membalas perbuatan Romeo. Kamu harus tampil sempurna di pesta itu,” balas Raysa sambil mengedarkan pandangannya ke tumpukan aksesoris di dalam kotak.Namun, seiring waktu, raut wajah Raysa berubah menjadi bingung. “Hmm... tunggu sebentar. Mana yang warnanya ungu?” gumamnya sambil memilah-milah aksesoris.Setelah beberapa saat mencari, Raysa berdecak kesal. “Tidak ada. Aku harus mencari lagi,” ujar Raysa sambil m

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Terjebak Berdua

    Meskipun hatinya masih diselimuti keraguan, Jeandra terpaksa mengikuti langkah panjang Kenan menyusuri jalan setapak. Pria itu tampak tak sabar, seakan medan pegunungan dan ancaman hujan bukanlah apa-apa dibandingkan ambisinya.Jeandra hanya bisa menarik napas, sambil terus menyusun akal sehat agar tetap waras di tengah situasi ini. Namun, baru saja ia membuka pintu mobil, dorongan alami yang tak bisa ditunda muncul begitu saja.“Maaf, Pak, apakah ada toilet di sini?” tanyanya lirih, menahan malu.Kenan menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyalakan mesin. Ia memandang ke sekitar yang hanya dipenuhi oleh pepohonan lebat, jalan setapak berbatu, dan langit yang mulai kelabu. “Tidak ada. Kita harus cari rumah warga atau warung terdekat,” jawabnya singkat, seraya memundurkan mobil.Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah warung kopi di pinggir jalan. Kenan menunjuk warung itu dengan dagunya. “Ke sana saja. Saya tunggu di mobil.”Jeandra mengangguk dan bergegas turun. Sementa

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Lokasi Berbahaya

    Di dalam sebuah mobil hitam yang melaju ke pegunungan Angkasa, suasana hening terasa menggantung di antara Jeandra dan Kenan. Tak ada percakapan, tak ada tawa ringan, bahkan tak sepotong sapaan pun terucap. Yang terdengar hanyalah denting lembut musik yang mengalun di telinga Jeandra lewat earphone.Wanita muda itu bersandar di kursi penumpang, membiarkan matanya menatap jenuh ke luar jendela. Jalan menuju pegunungan ternyata tidak semulus yang ia bayangkan. Banyak belokan tajam meliuk-liuk seperti tubuh ular raksasa, membuat Jeandra harus menahan napas setiap kali mobil berbelok dengan kecepatan konstan. Perut Jeandra terasa sedikit mual. Entah kenapa Kenan memilih lokasi terpencil ini untuk membangun sebuah vila mewah.Jeandra pun melirik kesal ke kaca spion, dan mendapati Kenan tengah menatapnya juga—entah sejak kapan pria itu memperhatikan. Alhasil, mata mereka bersitatap sepersekian detik. Buru-buru, Jeandra memalingkan wajah, berpura-pura mengecek notifikasi di ponselnya. Padah

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mempelai Pengganti

    Tepat pukul dua belas siang, jarum jam di dinding kantor Verdant Group berdentang lembut, mengiringi langkah Jevandro yang meninggalkan ruang kerjanya. Di luar ruangan, Mateo langsung beranjak dari kursi saat melihat sosok atasan yang ia hormati berjalan mendekat."Aku akan keluar sebentar," ucap Jevandro sambil menyelipkan kunci mobil ke saku jasnya. "Mungkin baru kembali sekitar pukul dua siang."Mateo mengangguk cepat, “Baik, Tuan. Hati-hati di jalan.”Tanpa menambahkan sepatah kata pun, Jevandro masuk ke lift pribadi. Ia turun menuju basement, tempat mobil hitamnya terparkir.Dengan gerakan cepat, lelaki itu membuka pintu dan masuk ke kabin mobil. Jevandro mengusap wajahnya sejenak, sebelum menyalakan mesin dengan satu putaran halus pada kunci.Kendaraan beroda empat itu melaju kencang menuju rumah keluarga Liora, tempat yang dahulu kerap ia kunjungi dengan sukacita. Namun, kini selalu menyisakan luka setiap kali ia mendekatinya.Bayangan Liora, senyumnya, suara lembutnya, dan sor

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Alasan Tersembunyi

    Setelah beberapa saat berdiam diri di ruang tamu yang senyap, Serin menarik napas panjang. Gadis itu berusaha menenangkan detak jantungnya yang belum juga surut, sejak menginjakkan kaki di apartemen. Hatinya dipenuhi perasaan ganjil—bukan takut, bukan pula nyaman, tetapi semacam canggung yang perlahan menjelma menjadi kehati-hatian.Dengan ragu-ragu, Serin melangkah menuju kamar tamu yang tadi ditunjukkan oleh Jevandro. Koper besar yang digenggamnya ia dorong pelan, menyusuri lantai apartemen yang mengilap. Langkahnya terasa berat, seolah tengah berjalan memasuki wilayah suci yang bukan miliknya.Ketika pintu kamar terbuka, mata Serin membulat. Kamar tamu itu lebih indah dari yang ia bayangkan. Tempat tidurnya besar, terlapisi seprai katun putih bersih dan bantal-bantal empuk yang tersusun rapi. Lemari baju berdiri di sisi ranjang, berdampingan dengan meja kerja yang dilengkapi lampu mungil.Serin berjalan ke dalam, lalu meletakkan kopernya di dekat tempat tidur. Tangannya menyentuh p

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sangkar Emas

    Matahari belum tinggi, ketika Serin kembali ke kos usai mengantar Tristan ke sekolah. Langkahnya terasa lebih berat dari biasanya, bukan karena lelah, melainkan karena sebuah keputusan besar yang tidak bisa ditawar.Sesampainya di kamar kos yang mungil, Serin membuka lemari dan mulai membereskan barang-barangnya ke dalam koper besar. Bi Janti, perempuan paruh baya yang setia membantu Serin, ikut berkemas dengan gerakan tangannya yang lincah. Sesekali, ia melipat pakaian dan seragam sekolah milik Tristan dengan hati-hati.“Non Serin benar-benar mau pindah?” tanya Bi Janti pelan, suaranya sarat dengan rasa tak ingin kehilangan.Serin mengangguk lemah, lalu berhenti melipat jaket untuk sesaat. Matanya menatap ke luar jendela yang dipenuhi bayangan pepohonan rindang.“Iya, Bi. Ini perintah atasan di kantor. Saya tidak bisa membantah, apalagi setelah kejadian dengan Kak Zico kemarin,” jawabnya lirih.Bi Janti diam sejenak, lalu memberanikan diri berkata, “Apa saya boleh ikut, Non? Saya kha

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjalanan Panjang Bersama Musuh

    Pagi itu, belum genap pukul enam Jeandra sudah membuka mata. Entah karena was-was akan perjalanan panjang ke lokasi proyek yang cukup terpencil, atau karena diam-diam ada sejumput rasa khawatir yang melanda. Pikiran Jeandra seakan sudah melangkah lebih dulu, membayangkan hari yang mungkin saja mengubah arah dari misi penyamarannya.Dengan gerakan ringan, Jeandra bangkit dari tempat tidur untuk mempersiapkan diri. Selesai mandi, ia melangkah ke depan cermin. Meraih sebuah blazer warna krem lembut, lalu memadukannya dengan celana panjang cokelat tua yang mempertegas siluet ramping tubuhnya. Rambut panjang yang semula tergerai, kini ia tarik ke belakang dan dikuncir ekor kuda. Wajah Jeandra hanya dirias tipis, sekadar memberi kesan segar dan profesional. Dan terakhir, ia menyempurnakan penyamarannya dengan sepasang kacamata berbingkai tebal.Setelah mengambil tas tenteng hitam yang sudah ia siapkan semalam, Jeandra menyambar ponselnya dan menekan nomor yang sudah sangat ia hafal di luar

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tak Mau Ambil Risiko

    Sementara itu, di sebuah apartemen lain yang tak kalah mewah, Jeandra baru saja keluar dari kamar mandi dengan balutan piyama sutra berwarna pastel. Rambut panjangnya yang masih basah tergerai di bahu.Duduk di depan meja rias, Jeandra menggenggam hair dryer. Ia tertawa kecil, tawa riang yang mengambang di udara malam yang tenang. Tawa itu bukan karena lelucon atau hiburan, melainkan karena kepuasan batin yang ia rasakan. Bagaimana tidak. Bayangan ekspresi wajah Kenan sore tadi kembali berkelebat di benaknya—terpahat jelas dan begitu menyenangkan untuk dikenang.Jeandra menunduk sedikit, mempercepat aliran angin panas ke ujung rambutnya. Namun, pikirannya justru hanyut ke dalam sebuah kilas balik.Tatkala mentari menyemburatkan cahaya keemasan di jendela kaca Pradipta Group, Jeandra berdiri di depan pintu ruang CEO. Ia mengetuk perlahan, hingga suara datar dari dalam terdengar."Masuk!" Tanpa disertai anggukan kepala atau lirikan mata, Kenan tetap fokus menatap layar laptop, mengama

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menjaga Kenangannya

    Melihat Serin masih keberatan untuk menerima keputusannya, Jevandro lantas menatap gadis itu dalam-dalam. “Jangan berpikir aku menginginkan sesuatu darimu. Aku hanya melindungi apa yang ditinggalkan Liora.”Serin terdiam sesaat setelah mendengar ucapan Jevandro. Hatinya yang sejak tadi diliputi kebimbangan, kini terasa semakin sesak. Tadi ia sempat membayangkan—dengan sedikit harapan yang naif—bahwa mungkin Jevandro menolongnya karena rasa kasihan atau bahkan rasa peduli sebagai sesama manusia. Namun, kenyataan yang ia dengar dari bibir pria itu membuyarkan semua asumsinya. Jevandro menolongnya hanya demi mata Liora.Tentu saja, pikir Serin getir dalam hati. Jevandro mencintai Liora … begitu dalam, begitu abadi, hingga apapun yang menyentuh kenangan sang kekasih, akan ia jaga seolah bagian dari jiwanya sendiri. Sementara dia hanya perantara, tempat mata itu kini bersemayam. Oleh sebab itu, Jevandro bersedia turun tangan melindunginya.Namun tetap saja, usulan untuk pindah ke apartem

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bukan Untukmu, tapi Untuk Liora

    Begitu mendengar tuduhan kasar yang keluar dari mulut Zico, Serin sontak menggeleng, nyaris berteriak dalam kepanikan yang bercampur luka.“Aku bukan wanita simpanan siapapun, Kak Zico! Aku sekarang bekerja. Aku mencari nafkah sendiri, dan hidup dengan cara yang jujur.”Suara Serin gemetar, tetapi sorot matanya menyala dengan keberanian—sebuah keberanian yang ia pelajari dari malam-malam penuh air mata.Namun, Zico hanya mendengus pelan, seperti meremehkan keteguhan yang ditunjukkan Serin. Ia melangkah maju ke arah adik tirinya itu. Tangan kekarnya menjulur cepat, mencengkeram lengan Serin dengan kasar. Serin tersentak, matanya melebar panik.“Kamu kira mamaku akan percaya begitu saja pada kebohonganmu?" desis Zico tajam. “Aku akan memberitahu Mama tentang kamu yang tinggal di kos murahan. Tentang kamu yang bersama pria ini. Kamu akan menerima hukuman yang pantas, karena telah mencoreng nama baik keluarga!”Serin menggeleng kuat-kuat, tetapi genggaman Zico semakin erat dan menarikny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status