Bab17Di perusahaan, lelaki itu terdiam, sembari memandangi laptop yang ada di hadapannya.Seseorang mengetuk pintu, dan memasuki ruang kerja Angkasa. "Bagaimana? Kamu sudah menemukan keberadaannya?" tanya Angkasa, kepada asistennya yang kini berdiri di hadapannya."Dari rekaman cctv terakhir, Nona Nara di bawa mobil sedan hitam dengan nopol KH.**** ke arah hutan lebat yang ada di pinggiran kota.""Kerahkan anak buahmu! Cari dia sampai ketemu!!" titah Angkasa, kepada asistennya itu."Baik, Pak." Asisten Angkasa yang bernama Willi itu pun undur diri, setelah mendapatkan perintah dari atasannya.Angkasa terdiam, memikirkan semua perbuatannya kepada wanita malang itu. Entah kenapa, dia merasa bersalah sekali, atas kejadian yang tidak dia sengaja tempo hari.Angkasa juga sudah meminta seseorang yang dia percaya, untuk menggali informasi tentang Nara Kamila lebih detail lagi, untuk memastikan asal- usul wanita itu, yang sebelumnya tidak ingin dia ketahui sama sekali.Wanita itu pergi sete
Bab18Wili membawa Nara ke apartemen Angkasa, dan di sana sudah ada dokter yang merupakan teman baik Angkasa menunggu mereka."Bagaimana keadaannya?" tanya Angkasa pada Nency, wanita yang berprofesi sebagai dokter keluarga Angkasa, sekaligus teman baiknya itu."Dehidrasi, dan sepertinya dia cukup syok dengan keadaan. Selebihnya tidak ada yang serius," jelas Nency."Kau yakin?""Kau meragukanku tuan Angkasa?" Nency tersenyum, melihat wajah khawatir lelaki itu."Ah tidak, terimakasih, Nency."Wanita itu pun akhirnya undur diri dari apartemen Angkasa, setelah memberikan resep obat, juga vitamin, yang harus mereka tebus ke Apotek.Wili menceritakan semua yang terjadi di lokasi. Tangan Angkasa mengepal kuat, ketika mendengar semua penjelasan dari Wili.Melihat wajah lebam Nara, Angkasa merasa kasihan. Kehidupan yang wanita malang ini jalani, nampaknya begitu berat."Cari tahu perusahaan itu lebih dalam lagi," perintah Angkasa."Baik, Pak." Usai mendapat perintah, Wili pun undur diri dari h
Bab19"Ayah, sudah ada kabar belum, mengenai keberadaan Nara saat ini?" tanya Mama Lida, ketika mereka berdua duduk di kursi makan. Mama Lida menyuguhkan kopi hitam kepada suaminya itu."Belum, tumben kamu nanyain tentang Nara," ujar sang suami penasaran.Mama Lida tersenyum tipis."Ayah jangan lupa, rumah dan beberapa aset yang kita miliki, itu masih atas nama Nara Kamila. Sewaktu- waktu, pengacara mendiang sang Ibu Nara, akan menghubungi kita dan menjelaskan tentang hak waris itu. Dan sesuai isi wasiatnya, Nara akan mendapatkan semua aset itu, ketika usianya telah mencapai 25 tahun. Dan kini usia Nara, sudah mendekati itu ...."Baskoro terdiam, mendengar penjelasan Mama Lida."Memangnya Ayah mau, warisan aset itu, jatuh ke tangan Nara? Enak dong nanti suaminya, tinggal menikmati semua itu. Sedangkan kita sebagai pengelolanya selama ini, akan dapat apa?"Mama Lida mencuci otak Baskoro. Wanita itu selalu pandai dalam berbicara, hingga membuat Baskoro begitu yakin, dengan segala ucapa
Bab20Angkasa mendekati Nara. Namun wanita itu bereaksi cepat, memundurkan dirinya."Yang terjadi itu murni ketidaksengajaan! Saya tidak berniat buruk sama sekali. Sebagai laki- laki, saya bukan seorang yang pengecut, lari dari tanggung jawab. Saya tahu, kamu dalam masalah ini adalah korban. Dari itu, terimalah ini, sebagai bentuk tanggung jawab saya," ucap Angkasa, sambil menyodorkan sebuah cek kepada Nara."Seorang yang tidak memiliki keluarga, tidak memiliki apapun dalam hidup, itu jelas sangat membantu kamu," lanjutnya, membuat hati Nara semakin terasa sakit."Setidaknya milikilah hati yang baik. Anda pikir dengan uang, keperawanan saya akan kembali? Jika keluarga saya adalah penyakit di hidup saya, maka anda adalah racun!!"Angkasa terdiam."Belasan hingga puluhan tahun saya menjaga diri dengan baik, berharap layaknya wanita lainnya, memberikan semua itu hanya kepada suaminya. Tapi karena kegilaan dan kecerobohan anda! Saya kehilangan mahkota kebanggan saya. Hanya itu yang saya p
Bab21Dengan perasaan kesal bercampur kebencian, Nara menuruti semua perintah Angkasa.Nara bertekad dalam hati, bahwa dia juga kelak akan sukses dan memiliki kekuasaan. Nara berharap, suatu saat bisa membeli kesombongan Angkasa, dan membalas dendam kepada Ibu tiri dan Ayah kandungnya sendiri.Karena bagi Nara saat ini, kelemahanannya hanya karena dia orang miskin, bukan karena dia lulusan SMA.Nara menuju dapur, membuatkan Angkasa sarapan nasi goreng spesial. Aroma masakan Nara, tercium ke hidung Angkasa, membuat perut lelaki itu semakin histeris berteriak.Nara menghampiri meja makan, dan meletakkan hidangan di atasnya, sembari menatanya dengan rapi. Sedangkan Angkasa, lelaki itu masih memainkan ponselnya, tanpa memperdulikan Nara yang menata di atas meja."Sudah siap, silahkan ...." Usai berkata, Nara berniat pergi meninggalkan ruangan makan."Mau kemana?" tanya Angkasa, tanpa melihat ke arah Nara.Nara yang semula mau melangkah, kemudian menatap Angkasa."Mau kembali ke kamar.""D
Bab22"Nara, kau akhirnya datang." Mama Lida tersenyum melihatku, ketika aku berada di muara pintu rumah kontrakkan Siska."Apa yang kalian lakukan? Lepaskan Siska!!" teriakku kesal.Mama Lida terkekeh, dan berjalan angkuh ke arahku. Tiba- tiba, tangan kanannya melayang kepipiku dengan keras.Sangat keras, hingga telingaku berdengung, menyisakan sakit dan panas dipipi.Aku tidak siap sama sekali, wanita itu tiba- tiba saja menamparku."Memangnya kamu siapa? Berani sekali memberi perintah pada anak buahku sembari berteriak." Tatapan matanya begitu tajam.Aku memegangi pipiku yang panas dan sakit, kemudian kuluruskan pandangan ke arah wanita itu."Kenapa menatapku begitu? Gara- gara wanita sialan seperti kamu, aku menghabiskan banyak uang, hanya untuk mendapatkan tanda tangan saja," ujarnya. Tangannya langsung menarik rambutku dengan keras."Awwkkkhhh ...." aku memegangi tangannya, yang terus menarik keras rambutku.Tenagaku belum pulih sepenuhnya. Rasa sakit bekas siksaan tempo hari sa
Sore itu, Angkasa pulang ke apartemennya. Lelaki itu sedikit bingung, karena apartemennya gelap sekali, seakan tidak ada tanda- tanda orang di dalamnya.Angkasa masuk, kemudian meletakkan sepatu kerjanya di tempat sepatu, dan menggantinya dengan sendal."Nara ...." Angkasa menghidupkan lampu, sambil memanggil wanita itu. Namun tidak ada sahutan sama sekali.Angkasa berjalan menuju kamar Nara, dan langsung membukanya begitu saja. Kamar itu kosong, membuat Angkasa benar- benar kesal."Berani sekali dia pergi ...." Angkasa berjalan langsung ke arah ruang kerjanya, dan memeriksa Nara melalui cctv. Nara meninggalkan apartemen Angkasa pada siang hari, dan hingga kini belum kembali. Angkasa pun menghubungi Wili, dan meminta lelaki itu melacak keberadaan Nara."Kenapa aku harus begitu perduli padanya? Dia yang menginginkan pergi dari apartemen ini, lebih baik tidak perlu kucari lagi." Angkasa membatin.************Berita kematian Siska ada ditivi. Sayangnya, berita kematian Nara tidak ada,
Bab24Angkasa terkejut, ketika Nara menggerakkan 1 jari tangannya. Lelaki itu tersenyum dan memanggil dokter.Tidak lama kemudian, Nara membuka matanya, dokter pun mulai memeriksa kondisi wanita itu."Sukurlah, Anda sudah sadar," celetuk dokter."Semua baik- baik saja, anda hanya perlu beristirahat beberapa hari lagi, untuk memulihkan tenaga." Nara terdiam sejenak."Dok, apa yang terjadi?" tanya Nara."Anda koma selama 3 bulan, dan ini sebuah keajaiban, anda sekarang sudah sadar, dan banyak- banyak beristirahatlah dulu, semoga cepat pulih," seru dokter sambil tersenyum."Aku koma 3 bulan?" Nara bingung, dia mencoba mengingat- ngingat semua kejadian yang menimpanya."Baiklah, saya permisi dulu, tolong jaga kesehatan, karena anda sedang mengandung.""Hah, mengandung?" Nara begitu terkejut, ketika mendengar ucapan dokter itu."Ya, anda mengandung." Dokter tersenyum dan kemudian mereka pun keluar.Nara terdiam, masih dalam kebingungannya.Angkasa pun masuk ke dalam ruangan, membuat Nara