Share

Mandiri

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Benar sekali, kami datang kemari, ingin melamar Mouren, untuk menjadi istri Abimanyu."

Bukan pria itu yang menjawab, tetapi sang ibu–yang selalu berpenampilan glamor dengan gaya angkuh itu–menjawab.

Ia menatapku dengan tatapan mengejek.

Sungguh, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apalagi.

Rasanya sakit, hancur.

Aku merasa ditipu dan dibodohi selama ini.

Kutatap kembali Abimanyu yang tak merasa bersalah sama sekali dan hanya menatap tidak peduli.

"Sayang ...."

Suara Mouren terdengar dari dalam.

Wanita blasteran itu langsung berjalan keluar dan menyapa keluarga Abimanyu.

"Hei, kamu cantik sekali malam ini," puji wanita paruh baya yang ada di dekatiku ini, ketika Mouren bersalaman dan mencium tangannya.

Semua tersenyum ramah pada Mouren, seakan-akan mereka tidak peduli dengan keberadaanku, yang masih diam terpaku di dekat mereka.

"Calon besan, mari masuk," seru Mama Lida, yang menyusul Mouren keluar.

Melihat itu, emosiku mendidih.

Luar biasa sekali sandiwara keluarga-keluarga cemara ini!

"Jelaskan padaku dahulu! Kenapa bisa begini? Apa salahku, sehingga kalian semua, tega melakukan ini," ujarku berusaha tenang.

"Kamu perlu penjelasan apa? Abimanyu tidak cocok sama wanita yang hanya lulusan SMA seperti kamu. Beda dengan Mouren, selain cantik, pinter, dia juga berpendidikan tinggi, sangat cocok untuk Abimanyu, kamu sadar diri dong!!" bentak ibu Abimanyu mendadak.

Ia bahkan tak peduli dengan kenyataan aku juga anak dari pemilik rumah yang ia datangi saat ini.

Dan, Abimanyu? Lagi-lagi, ia hanya diam.

Aku mulai sanksi apakah dia lupa cara menggunakan mulutnya?

"Nara, jangan bikin malu kami, dong!" ucap Mama Lida mendadak–masih dengan suara pelan.

Aku tertawa sumbang.

Cukup sudah.

"Malu?!” tanyaku retoris, “kalian semua pengkhianat. Aku nggak nyangka! Rupanya Mouren yang berpendidikan ini, tidak ubahnya wanita perebut kebahagiaan orang lain. Tidak puas kalian ambil kasih sayang Ayah dariku, hak aku untuk melanjutkan pendidikan, hingga uang tabunganku semua kalian rampas!!"

Tanpa sadar, nadaku meninggi di akhir kalimat.

Tentu saja, Mama Lida–seperti biasa–mengambil kesempatan lagi.

"Nara, kamu tega sekali ngomong gitu sama Mama. Padahal Mama tulus sayang sama kamu selama ini," lirihnya memelas.

"Dia memang tidak tahu adab, kami beruntung tidak jadi menikahkan Abimanyu dengannya," timpal Ibu Abimanyu.

Kini, Mouren pun menimpali, "Kak Nara, aku dan Abimanyu saling mencintai. Sedangkan dia sama kamu, hanya karena kasihan. Sudah lama kami berhubungan, aku juga sudah minta Abimanyu untuk jujur dan mutusin hubungan kalian. Tapi, Abimanyu terlalu baik, dia saat itu masih tidak tega sama kamu, Kak."

Tanganku seketika mengepal. "Apa, kasihan? Tujuh tahun hanya kasihan?" tanyaku, menuntut jawaban dari Abimanyu langsung.

Namun, lelaki itu hanya menghela napas saja.

"Bu, sebaiknya kita masuk langsung ke dalam saja, malu kalau sampai di dengar tetangga. Dan kamu Nara, pergilah sesuai kemauan kamu, kami tidak ada yang melarang," ujar Mama Lida.

"Aku ingin mendengar penjelasan dari Abimanyu langsung, mengapa dia tega sama aku selama ini?" pekikku.

Mataku bahkan memerah menahan tangis.

Siapa yang tidak sakit hati, dibodohi selama 7 tahun, dimanfaatkan keluarganya, dan akhirnya dibuang begitu saja?

"Jelaskan Abimanyu, agar dia puas dan mengerti, kalau kamu hanya mencintai Mouren, bukan wanita tidak berpendidikan ini, sungguh tidak tahu malu," cibir ibu Abimanyu.

"Hah….” ucap pria itu akhirnya, “Nara, maafkan aku yang memang tidak memiliki keberanian untuk jujur. Aku kasihan sama kamu, itu benar. Aku dan Mouren sudah menjalin hubungan cinta cukup lama. Kuharap kamu mau maafin kami dan ikhlaskan semuanya yang sudah berakhir ...."

Mereka semua lalu masuk–meninggalkanku yang terdiam membeku di depan pintu.

Tidak kudengar suara Ayah tadi, sepertinya dia tetap di dalam saat Mama Lida dan Mouren keluar menyambut keluarga Abimanyu.

“Hahaha,” tawaku sumbang menertawai nasib.

Hanya saja, itu semua harus berhenti kala mendengar langkah kaki mendekat ke arahku.

"Uncchh …. kakakku sayang, kakakku malang! Cup-cup, ya! Jangan merasa sakit hati begitu, jangan pula merasa paling berjasa selama ini. Lagian, Abimanyu sendiri yang bilang, bahwa dia tidak bersungguh-sungguh sama Kakak. Keluarganya pun begitu, hanya manfaatin kebodohan Kakak saja," ejek Mouren, mentertawakanku.

Setelahnya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.

Aku terdiam beberapa saat sebelum kembali menyeret koper—meninggalkan rumah yang dulu menjadi istanaku dalam amarah.

Sekarang, tujuanku hanya satu: menemui Siska di kosan yang ditempatinya.

******

"Apa??! Uang tabungan kamu diambil Ibu tiri kamu?" tanya Siska dengan suara meninggi.

Aku paham, dia pasti cukup syok dengan ceritaku ini.

"Dan kamu diam saja?" tanyanya lagi.

"Aku marah dan meminta uangku dikembalikan, tapi Ayah selalu membela mereka. Aku tidak memiliki kekuatan di rumah itu. Aku kalah, bahkan Ayah menampar wajahku," jelasku, sambil memperlihatkan pipiku yang terkena pukulan 5 jari Ayah sendiri.

"Apa, uangmu yang mereka ambil, tapi Ayahmu malah memukul wajahmu? Dia Ayah tiri atau gimana sih, masa anak sendiri nggak pernah dibela sama sekali," pekik Siksa.

Aku tertegun. Meski sering mengatakannya diam-diam, tapi tetap saja sakit ketika orang lain saja sadar mengenai perlakuan tak adil itu.

"Ayah begitu percaya sama Mama Lida dan Mouren. Di depan Ayah, mereka selalu bersikap lembut dan baik hati."

Aku menceritakan segalanya sambil menahan air mata.

"Tetap saja dia nggak masuk akal, masa nggak bisa bedain yang salah dan benarnya? Apakah dia tidak kasihan sama kamu, padahal kamu lah anak kandungnya?"

Aku hanya dapat menggeleng dengan putus asa.

"Sudah biasa diperlakukan Ayah begini. Semenjak Mama Lida memasuki kehidupan Ayah, aku sebagai anak seakan tidak penting lagi di matanya," jawabku.

"Kena guna-guna itu Ayahmu," ujar Siska lagi.

"Entah, aku tidak percaya hal itu juga sepenuhnya. Sekarang, aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, uang aku tidak punya," lirihku.

"Aku nginap di sini beberapa hari, ya."

Kembali aku bersuara. Namun, Siska tiba-tiba terdiam.

"Tapi, ada pacarku, Ra. Kamu kan tahu, aku satu kos sama Ayang," ucapnya pelan.

"Buat 1 malam aja, Sis, kumohon."

"Aku kasih tau pacarku dulu ya. Cuma 1 malam kan? Maaf aku nggak bisa bantu banyak," ucap Siska dengan tatapan sedih.

"Iya cuma 1 malam aja, sisanya nanti aku akan pikirkan lagi."

*****

Akhirnya, malam itu aku tidur di kost Siska sambil berpikir keras harus kemana kubawa langkah selanjutnya?

Dan keesokan harinya, aku berpamitan pada Siska untuk mencari Zaskia, sahabatku yang satunya lagi.

Untungnya, Zaskia mau menampungku di rumah kontrakannya.

Dua hari berada di sana, kuceritakan segala peliknya kehidupanku. Zaskia terlihat sangat marah dan berjanji akan membantuku untuk bangkit lagi.

"Kamu harus membalas semua perbuatan mereka. Terutama Adik tiri dan Mama tiri sialan kamu itu," ujar Zaskia yang terbawa emosi.

"Lelaki itu juga sialan sekali, mentang- mentang anak orang kaya, seenaknya menginjak- injak harga diri kamu, rasanya aku ikutan sakit hati, Ra," tambahnya.

Aku hanya bisa tersenyum. "Sudah menjadi takdirku, Zas."

Kami pun berpelukan dan menangis bersama.

Hanya saja, di hari ke-3, masalah muncul.

Aku menyadari bahwa rumah kontrakkan Zaskia cukup jauh dari tempat kerjaku.

Parahnya, aku tidak mendapatkan angkutan umum menuju ke sana, sehingga harus berlari sepanjang jalan mengejar waktu agar tidak terlambat.

Karena terlalu lelah, aku bahkan nyaris pingsan.

Mataku mulai berkunang- kunang, hingga kuputuskan untuk duduk di pinggir jalan trotoar.

Lalu, aku seketika terkejut ketika melihat seorang Nenek tengah menyebrang jalan dengan panik.

Melihat lajunya mobil yang berlawanan arah, membuatku reflek berlari ke arah Nenek itu dan menariknya ke pinggir jalan.

"Alhamdulilah," pekikku sembari memeluk Nenek tua itu tanpa sadar.

Kulihat wanita tua itu yang masih menutup mata. Anehnya, dia tidak bergerak sama sekali. Seketika, kusadari dirinya pingsan.

“Ya, ampun! Nek?!”

Related chapters

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Memaksa Ikut

    Dengan bantuan beberapa orang di sekitar, aku membawa Nenek asing itu ke Puskesmas terdekat yang cukup besar. Hal ini dikarenakan jarak rumah sakit sepertinya terlalu jauh.Pikiranku seketika menjadi kacau kala melihat jam sudah menunjukkan 8 pagi lewat 30 menit."Shitt, aku sudah terlambat 30 menit," gumamku.Kuperhatikan perawat dan dokter yang sedang keluar dari ruang UGD. Mereka mengatakan, jika Nenek itu baik-baik saja. Ia pingsan karena terlalu terkejut."Jadi, Anda bisa tenang dan menyelesaikan biaya administrasinya. Terima kasih." Deg! Seketika, aku bingung harus bagaimana. Uang saja, aku tidak punya. Lantas, bagaimana aku harus membayarnya?Entah kenapa hidupku menjadi semakin rumit saja. Kuhubungi Zaskia, untuk meminjam uangnya. Aku juga terpaksa harus izin dari tempat kerja, karena tidak bisa masuk kerja hari ini."Zas, bisakah aku pinjam uang. Maaf sebelumnya, jika aku terus membuat kamu repot, aku perlu sekali untuk membayar administrasi.""Perlu berapa?" tanya Zaskia

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Pertemuan Kedua

    Aku menarik napas panjang sebelum mengangguk.Nenek yang namanya saja belum kuketahui itu tampak berbinar. Ada sedikit rasa haru di hati melihat itu.'Ya Allah, mau tidak mau, aku terpaksa membawa Nenek asing ini ke rumah kontrakkan Zaskia,' batinku, 'semoga sahabatku itu mau mengerti kondisinya.'*******Di rumah kontrakan Zaskia, aku pun merapikan tempat tidur dan meminta Nenek asing itu untuk beristirahat.Setelahnya, aku menyiapkan makan malam dan memastikan Nenek itu menghabiskannya.Lama aku terdiam sampai aku melihat Zaskia tampak bingung melihat Nenek asing itu sedang makan."Ha--lo?" sapanya sedikit terjeda.Aku menatap Zazkia dengan senyum tak enak.Dari lirikan mata, aku menyadari sahabatku yang baru pulang kerja itu memintaku masuk ke dalam kamarnya."Kita nggak kenal dia siapa, Ra," ucap Zazkia membuka percakapan, "kok kamu bisa-bisanya membawa dia ke sini?"Perempuan itu nampak sekali tidak senang dengan keputusanku ini yang membawa Nenek itu.Perasaanku semakin tidak en

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Dipecat

    Bab8"Kamu datang kemari? Nenek pikir kalian tidak akan mau perduli lagi. Entah wanita tua ini mati atau apalah itu," ucap nenek asing tadi, pada lelaki yang mengaku cucunya.Aku dan Zaskia hanya bisa terdiam, dengan jarak yang tidak begitu jauh dari kamarku. Kami tidak berani mendekat."Nenek, tolong jangan seperti ini. Seluruh keluarga besar kita sedang kebingungan mencari keberadaan Nenek. Dan tidak seharusnya, Nenek ikut orang asing begitu saja," ujar lelaki itu."Meskipun dia orang asing, dia begitu tulus menolong wanita tua sepertiku ini. Bukannya kalian senang, jika aku tidak ada di rumah lagi? Kalian sendiri yang mengatakan, semakin tua aku semakin cerewet dan menyusahkan.""Nek, maafkan ucapan Kelvin. Nenek tahu sendiri, dia mewarisi sifat Ibu. Sebaiknya kita pulang ya, Nek. Kasihan Papa, dia sangat khawatir dengan hilangnya Nenek," bujuk lelaki itu."Nenek tetap mau di sini saja," jawab Nenek asing itu.Zaskia menoleh ke arahku."Jika tuan Angkasa marah, aku bisa kena imbasn

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Ke rumahnya

    Bab9"Nara, kamu ...." lelaki yang menjadi atasan di toko tempatku bekerja itu terkejut, karena aku membuka pintu ruangannya tiba- tiba.Ceroboh sekali aku ini, kupikir dia sedang berbicara dengan seseorang di dalam ruangannya. Ternyata, dia berbicara melalui panggilan telepon.Sebab nampak di tangannya, sedang memegang telepon yang masih terlihat kontak panggilan seseorang."Tidak sopan sekali," gerutunya."Maaf jika saya tidak sopan. Saya kemari ingin meminta kejelasan, kenapa saya tiba- tiba dipecat begitu saja, tanpa ada alasannya," ujarku dengan tegas."Terserah saya mau memecat kamu dengan alasan apapun. Lagi pula, kamu hanya pekerja lepas, tidak ada kontrak yang mengikat kamu di toko ini, jadi saya bebas mau memecat kamu kapanpun.""Setidaknya berikan saya alasannya, apa yang membuat Bapak tega, memecat saya begitu saja," jawabku lagi."Karena saya tidak ingin kamu ada di toko ini lagi, puas?" Kalau sudah begini jawabannya, akan sangat percuma aku bicara lagi. "Baiklah, terim

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Tahu diri?

    Bab10"Kenapa? Kamu keberatan dengan keputusan Nenek?" tanya Nenek Asia pada pak Angkasa.Lelaki itu terdiam, dan hanya menarik napas berat."Jika kamu keberatan, biar Nenek pindah dari rumah ini, dan tinggal bersama Nara di kontrakkannya," ujar Nenek Asia lagi."Nek, dia ini orang asing, kita belum mengenal dia sepenuhnya, apa tidak terlalu berlebihan, membawanya tinggal di rumah ini?" Lelaki itu benar, aku hanya orang asing yang baru Nenek Asia kenal, aku paham akan kekhawatiran yang di rasakan pak Angkasa."Pak Angkasa benar, Nek. Sepertinya saya tidak perlu tinggal di sini, biarkan saya tinggal bersama Zaskia saja, ya," pintaku pada Nenek dengan lembut."Tidak masalah, asalkan kamu izinkan saya, tinggal bersama kamu ...."Aku menjadi bingung seketika, secara Zaskia pasti keberatan dengan hal ini, bagaimana mungkin aku membuat keputusan yang selalu membuat Zaskia tidak nyaman."Nenek, jangan menyusahkan wanita ini. Hidupnya saja sudah susah, jangan kita tambahi lagi," tegur pak An

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Calon Istri Cucuku

    Bab11"Apakah saya seperti itu? Bukan mau saya ada di sini," jawabku apa adanya. Jujur saja, aku tidak nyaman di rumah mewah ini."Aku tahu, kamu tentu saja sedang kesenangan tinggal di rumah mewah ini kan!""Terserah Anda saja," jawabku lagi. Percuma berdebat dengannya. Karena sejak awal saja, dia jelas tidak menyukai kehadiranku. Lelaki itu hanya mendengkus. Aku pun berlalu menuju dapur, dengan perasaan yang teramat kesal.Belum juga aku menyentuh wajan, tiba- tiba seorang wanita berkemeja putih, dengan bawahan rok pendek hitam selutut menatap ke arahku."Siapa kamu?" tanyanya. Rambut wanita itu dia gelung dengan rapi, tatapannya nampak tegas ke arahku, sembari memindai penampilan diri ini."Kenapa kamu ada di dapur ini?" tanyanya lagi."Saya Nara, pengasuh Nenek," jawabku sambil menyodorkan tangan."Pengasuh Nenek?" tanyanya dengan tatapan tidak percaya. Ia kembali memindai penampilanku."Kamu yakin?" ujarnya lagi, meragukan jawabanku."Iya, baru hari ini saya datang," jawabku sa

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Bertemu Mantanq

    Bab12Pak Angkasa nampak terkejut, sama sepertiku. Sedangkan wanita yang berdiri di sampingnya, menatap sedih ke arah Nenek."Aku pamit," ujar wanita itu pada pak Angkasa.Nenek mendengkus, semakin menampakkan ketidaksukaannya pada wanita cantik itu.Pak Angkasa mengejar langkah wanita itu yang nampak berlari."Nek, kenapa harus berkata seperti tadi? Nara menjadi tidak enak pada pak Angkasa," lirihku.Nenek kembali duduk, sambil menghela napas berat."Aku tidak menyukai wanita tadi," ungkap Nenek."Nara tidak mengerti, mengapa Nenek tidak menyukai wanita cantik itu? Ia nampak sempurna di pandang mata, dan dari penampilannya, dia bukan orang dari kalangan biasa, mereka juga sangat cocok untuk menjadi pasangan kekasih.""Sudahlah, kita tidak perlu membahas apapun mengenai mereka." Nenek Asia langsung beranjak dari duduknya, dan pergi masuk ke dalam rumah, meninggalkanku dalam kebingungan."Calon istri apaan?" gumamku seorang diri."Pak Angkasa pasti akan semakin salah paham sama aku," l

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Syarat

    "Nara, ada apa?" tanya Nenek Asia padaku.Aku mengulas senyum tipis."Tidak ada apa- apa, Nek." "Nara, kamu jadi pengasuh ya," tebak Mouren."Benar," jawabku apa adanya."Haha, wanita tidak berpendidikan seperti kamu, pastilah cuma bisa bekerja rendahan seperti ini," cibir Mouren, membuat kedua bola mata Nenek Asia membola."Mouren, sudah cukup! Ayo kita pergi."Sebelum Abimanyu berhasil membuat langkah pergi, Nenek Asia bersuara."Tunggu! Siapa kalian? Berani sekali menghina cucuku," bentak Nenek Asia.Mouren terkejut, mendengar ucapan Nenek, begitu juga dengan Abimanyu."Hei, sejak kapan kak Nara ini punya Nenek? Ibu saja dia tak punya, apalagi Nenek." Mouren berkata sambil tertawa lebar."Sejak dia bertemu dengan saya! Kamu siapa? Jadi merasa berhak berkata seperti itu pada cucuku?""Saya? Saya Mouren, saudara tiri wanita tidak berpendidikan ini," sahut Mouren dengan angkuhnya."Oh, jadi kamu berpendidikan?" tanya Nenek Asia. Nampak Abimanyu menghela napas berkali- kali, terlihat

Latest chapter

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   60 TAMAT

    Bab60Tiba- tiba hati nyonya Rengganis merasa sakit, melihat nasib malang yang menimpa Nara."Kamu lupa tentang asalmu! Kamu juga bukan siapa- siapa, Bu. Harta dan kuasa yang saat ini kita miliki hanyalah titipan. Lihat keadaan kita sekarang, aku sakit- sakitan, kedua anak kita pergi meninggalkan rumah ini. Percuma kita punya rumah mewah, tapi di dalamnya tidak ada cinta. Entah nanti ketika aku mati, apakah kamu mampu hidup sendiri, atau aku mati tanpa ada siapapun disisiku," lirih tuan Tantaka saat itu.Membuat perasaan dihati nyonya Rengganis mulai terketuk."Wanita itu tidak salah apa- apa, tapi dia harus menderita parah dalam hidupnya. Dibuang keluarga, karena Ibu tiri dan adiknya yang gila harta. Aku yakin, dia pun tidak mau hidup begitu, Bu. Tidak sepantasnya kamu menambah luka dihidupnya. Jangan menyumbang derita di hidup orang lain," lanjut tuan Tantaka."Angkasa ...." tuan Tantaka berteriak, mendekati Angkasa yang ternyata sudah menarik rambut Nara seenaknya.Teriakkan tuan T

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   59

    Bab59"Mona ...."Wanita cantik itu tersenyum dan mendekati Bram."Sudah kuduga ini kamu. Kenapa, kamu kehilangan Nara?""Kenapa kamu bisa tau?""Kamu belum tahu apa- apa, Bram. Angkasa yang membawa Nara pergi, entah pergi kemana aku juga belum tau.""Maksud kamu apa? Dan kenapa Angkasa membawa Nara pergi, jelaskan yang benar, aku nggak lagi baik- baik saja, Mon. Tolong jangan bergurau.""Siapa yang bergurau, faktanya Nara memang pergi bersama Angkasa, suami sah Nara.""Suami sah? Kamu gila, aku sudah tegasin sama kamu ya, Mon. Aku nggak lagi baik- baik saja. Kita memang kenal, tapi kita tidak dekat, jadi jangan seperti ini, aku nggak suka ya."Bramantio nampak marah dan tidak suka, mendengar informasi yang dibawakan Monalisa dengan tujuan tertentu."Angkasa itu memang suaminya, dan lelaki kecil yang saat itu bersama Angkasa, itu adalah anak mereka. Kamu tidak tahu apa- apa, kamu ditipu wanita itu, entah dengan tujuan apa, mungkin saja karena uang. Yang jelas, semua yang aku katakan f

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   bab58

    Bab58Jam 9 malam, nyonya Rengganis pulang ke rumahnya, bersama dengan Monalisa.Seharian ini, setelah pergi dari kantor Angkasa, kedua wanita ini memilih untuk pergi shopping dan bersantai di restoran mewah.Plakkk ....1 tamparan keras mendarat di wajah nyonya Rengganis, ketika wanita itu pulang bersama dengan Monalisa."Ibu, ada apa ini? Kenapa Ibu pukul saya?" tanya nyonya Rengganis pada nenek Asia.Pak Tantaka hanya diam disofa single, sambil menatap ponselnya yang terus- menerus melakukan panggilan pada nomor Angkasa."Apa yang sudah kamu dan wanita licik ini lakukan pada cucuku? Sampai- sampai dia memilih pergi dari kota ini?" bentak nenek Asia, membuat nyonya Rengganis terkejut."Maksud Ibu siapa? Angkasa? Bukankah tadi dia ada di kantor."Nyonya Rengganis benar- benar merasa kesal atas semua perbuatan nenek Asia padanya, yang dengan teganya menampar wajahnya begitu saja.Panas, panas pukulan tangan nenek Asia, masih begitu terasa dipipi kirinya."Dasar menantu bodoh! Mau saja

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   57

    Bab57"Angkasa, buka! Kamu mau Ibu mati di depan ruangan kamu?" tanya suara di depan yang mulai pelan.Angkasa menarik rambutnya dengan kesal, kemudian lelaki yang kini tubuhnya nampak kurus itu pun terlihat bimbang untuk membukakan pintu.Karena dia yakin, jika Ibunya bertemu dengan Nara, maka akan semakin ribet keadaannya.Nara melirik sejenak ke arah Angkasa, memindai wajah yang masih tampan itu. Sayangnya, tubuhnya nampak semakin kurus, tidak terawat lagi.Bahkan hal baru yang Nara mulai ketahui, kini Angkasa mulai mengisap rokok. Terlihat dari asbaknya yang ada di atas meja, dan roko serta korek api yang juga ada di sana.Padahal yang Nara tahu, dulu lelaki di depannya ini, tidak menyukai rokok sama sekali. Setelah sekian tahun terpisah, banyak perubahan Angkasa, yang mengarah ke negatif di mata Nara."Angkasa," lirih suara di depan, yang disusul suara panik lainnya."Angkasa, ibu sesak napas," pekik suara dari luar, yang mereka kenali suara Monalisa."Shiiit." Angkasa sangat kes

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   56 Mengancamnya

    Bab56"Angkasa ...." Akhirnya Monalisa berteriak. Sayangnya, Angkasa tidak menghiraukannya sama sekali. Ketika memasuki ruangan, Angkasa melepaskan pergelangan tangan Nara. Nara terdiam sejenak, sembari menarik napas dalam- dalam, mencoba menghilangkan perasaan takut dan gugupnya.Telapak tangan Nara basah, ada perasaan was- was menggerogoti hatinya."Ada apa kemari? Pasti sangat begitu penting, sampai kamu datang kesini, setelah berhari- hari menghilang," ujar Angkasa membuka obrolan.Nara duduk disofa, mencoba menjawab dengan tenang, demi Baskara, anak yang telah mengobati rindu dihatinya, setelah sekian tahun menanggung perasaan sakit hati, karena merindukan anak semata wayang."Demi Baskara," lirih Nara."Aku memberanikan diri datang kemari. Demi dia, demi anakku," lanjut Nara, membuat Angkasa yang tadinya berdiri membelakangi Nara, sambil menatap ke arah dinding kaca, kini berbalik badan, melemparkan pandangan pada Nara yang duduk dengan tatapan datar.Sangat jauh dengan Nara ya

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Bab55, Mengejeknya

    Bab55Nara berdiri, dan perlahan mundur."Ngapain kamu? Jangan mendekat," bentak Nara, dengan tatapan penuh ketidaksukaan."Nara, aku rindu, rindu sama kamu," lirih lelaki itu, yang tidak lagi lanjut melangkah."Rindu apa? Bulshit. Kamu jahat, kamu perusak kebahagiaanku," ucap Nara dengan suara bergetar."Karena kamu aku menderita, aku terbuang dari keluarga dan aku harus melewati berbagai macam kedukaan," lanjut Nara.Tatapan penuh kekecewaan bercampur luka, terpancar jelas diwajah cantik Nara.Nara yang dulu sederhana, kini menjadi Nara yang cantik, modis dan putih bersih terawat.Membuat kekaguman dimata lelaki yang kini berhadapan dengannya."Aku cinta sama kamu, Nara. Aku nggak bahagia, menyaksikan kamu berumah tangga dengan Angkasa. Kembalilah denganku, Nara. Aku janji, aku akan bahagiakan kamu," ucap lelaki itu."Jangan bicara tentang cinta, pengkhianat, penipu. Demi Allah, Abimanyu, aku benci kamu, aku jijik dan seumur hidup aku akan membenci kamu," tegas Nara."Seharusnya ki

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   54

    Bab54Merasa mendapat tuduhan yang tidak mengenakkan, nenek Asia pun membantahnya."Nenek tidak mungkin melakukan hal itu, Angkasa," jawab nenek Asia dengan suara bergetar."Tapi fakta yang berkata seperti itu. Diam- diam, nenek berhubungan dengan Nara. Padahal Nenek tahu, aku nyaris gila karena dia tinggalkan. Dan Baskara ikut menanggung lukanya. Padahal, dia tidak tahu apa~apa, yang dia tahu Nara pergi dari kehidupannya." Angkasa berkata dengan suara serak, membuat tangis Baskara menjadi pecah."Nenek, Baskara mohon," lirih anak lelaki itu. Membuat dilema nenek Asia."Baiklah, Nenek minta maaf pada kalian, jika Nenek memilih diam dan menyembunyikan keberadaan Nara. Semua Nenek lakukan, atas permintaan Nara, yang tidak ingin terhubung lagi dengan kamu, Angkasa.""Dan Nenek mau menurutinya, membiarkan cucu Nenek sendiri menderita? Dan cicit Nenek menjadi anak broken home, anak malang yang terlahir dari keluarga yang berantakkan?"Nenek Asia meneteskan air mata, merasa tertekan dengan

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   53

    Bab53Dengan semangat yang tersisa hanya setengah, Nara pun membukakan pintu ruang kerjanya."Ada apa, Wi?" tanya Nara, kepada pegawainya yang bernama Dwi."Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda, Bu. Apakah Ibu mau menemuinya? Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan. Jika Ibu menolak, dia akan meminta orang merusak restoran kita."Nara mengeryit."Siapa? Kamu sudah tanyakan namanya?""Pak Angkasa Tantaka, Bu."Mendadak tubuh Nara menjadi gemetar hebat, mendengar nama lelaki itu. Lelaki yang dia rindukan, dia benci dan sekaligus lelaki yang selalu dia hindari selama bertahun- tahun, hingga segumpal kekuatan menariknya kembali dengan berani.Sebelum Nara menjawab, tiba- tiba suara lembut terdengar."Mamah ...." suara kecil anak lelaki itu membuat Nara dan Dwi menoleh ke empu suara.Seorang anak lelaki tampan itu tersenyum, dengan mata yang berkaca- kaca, menatap ke arah Nara.Bola mata kecoklatan itu memancarkan percikkan kerinduan yang mendalam."Mamah, Baskara sudah besa

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   52

    Bab52Nara terdiam membeku, ketika melihat Bramantio dengan semangatnya berjalan menuju Angkasa.Meskipun dia tahu mengenai status keluarga antara Bram dan Angkasa, tetapi dia tidak mengharapkan adanya pertemuan semacam ini."Lama tidak berjumpa, bagaimana kabar kamu?" tanya Bramantio apa adanya. Angkasa tersenyum sinis, seakan mengejek pertanyaan Bram."Kabarku baik, kamu datang ke Indonesia tanpa memberi kabar kepadaku, kupikir kamu sudah lupa, bahwa kamu mempunyai sepupu.""Kata Nenek kamu selalu sibuk dan nyaris tidak pernah ada di rumahmu. Padahal dari awal aku datang ke Indonesia, aku ingin sekali bertemu kamu, terutama jagoan kecil, Baskara."Angkasa mengernyit, dengan tatapan pertanyaan."Aku tahu dari Nenek, katanya kamu sudah menikah dan memiliki seorang anak laki- laki yang tampan. Kapan- kapan, aku ingin bertamu ke rumah kamu, makan malam gitu." Angkasa terkekeh."Tak usah, aku tidak ingin membuat kamu bahagia."Bramantio mengernyit, mendengar jawaban sarkas Angkasa."Aku

DMCA.com Protection Status