Tertatih langkah Rose mengimbangi beban boneka besar yang didekap erat. Bentuk dan ukuran berlebihan nyaris membuat tubuh Rose tenggelam saat membawa teddy bear masuk menuju kamar utama mansion. Beberapa kali selama perjalanan Rose menghantam benda di depan, apa saja, dengan pandangan yang sepenuhnya terlindungi. Dia mengeluh masih harus berusaha tidak terkalahkan oleh kekesalan sendiri. Sebenarnya Rose berharap Esmeralda tidak sepintar itu menuruti perintah tuannya, jadi Theo tidak bisa menjadikan siberian husky sebagai suatu perantara. Sayang harapan Rose tidak begitu. Esmeralda terlalu ... kurang lebih seperti Theo!“Akhirnya.” Rose menjatuhkan teddy bear di atas marmer putih gading, engap – engap sembari menyentuh kedua sisi pinggul. Seharusnya tidak ada yang salah, hingga Rose menyadari keberadaan satu orang. Theo ... terlentang di atas ranjang dengan sebelah lengan menekuk berbentuk sudut siku melapisi permukaan bantal.Netra itu memejam teratur disertai permukaan dada bergerak
Sudah cukup penyiksaan yang dia terapkan sendiri. Daging sudah begitu siap, Theo tidak akan bisa mengenyahkan bayangan indah akan labium merah yang mekarnya menggoyahkan hasrat. Dia menelisik jauh hangat tubuh yang coba Rose tutupi. Semakin bertambah panas dan menggebu gairah ingin melempar Rose ke atas ranjang.Senyum Theo sinis. Tak terhitung berapa lama dia memuja wajah yang menatapnya ragu. Usapan pelan merambat dari kulit pipi menuju permukaan lembut terkatup rapat itu. Dia menekan bibir Rose, mengingat kembali bagaimana harus menahan diri tiap kali Rose melontarkan protes dan menunjukkan sikap jengkel.“I want you so badly.”Bisikan Theo mengumpulkan seluruh elektrik hingga mengundang ketegangan yang tak mampu Rose tahan. Dia kebingungan ketika pelan – pelan keberadaan jemari Theo berpindah ... lambat laun mengalir ke bawah. Melalui celah kaki, tindakan Theo lolos meraih sabuk yang tergeletak, merosot bersama jubahnya.Tidak ingin menebak lebih jauh. Napas Rose tercekat pasrah sa
“Sial!”Ponsel itu hancur berkeping – keping. Sean meluapkan segalanya. Segala yang dia terima. Lenguhan Rose, suara lembut yang menyerukan nama Theo mengikis habis kesabaran yang dia miliki. Seandainya mudah bagi Sean melupakan Rose. Dia tidak akan berharap cinta yang telah hilang kembali membara di hati wanita yang sampai detik ini berharga di matanya.Sean mengenal Rose dengan betul ....Kesalahan yang dia perbuat. Tidak akan mengubah keputusan Rose. Hubungan terjalin yang telah gugur. Tidak akan pernah mekar, sekalipun Sean menjadi yang paling kasihan.“Sial!”Dia kembali mengumpat, terus terang hampir menghancurkan seisi kamar. Sejak kedatangan Verasco di rumah sakit tempo waktu lalu. Pada akhirnya Sean setuju dan melibatkan diri sebagai bagian dari Witson. Menerima andil penuh di perusahaan berbeda atas namanya sendiri. Semua sudah diatur. Tidak ada yang salah terhadap pilihan Sean, bahwa dia berhak atas kemewahan yang selama ini terpupuk oleh kebencian. Verasco cukup berani be
“You’ve been so long, Mrs. Witson.”Untuk keberkian kali Rose harus mendengar protes yang sama keluar dari bibir pria menjulang di ambang pintu. Satu pembedanya hanya panggilan terakhir yang sengaja diucap penuh penekanan.Tiap – tiap julukan Theo kepada Rose semua lengkap disebut hingga yang terakhir, Mrs. Witson, dan Rose rasa itu final sebuah peringatan. Dia bergegas masih kesulitan mengait rantai gelang pemberian Xelle setelah harus membukanya, demi sarung tangan berbahan jaring - jaring sepanjang lengan yang kontras dengan warna kulit.“Tolong bantu pasangkan.” Rose mengulur lengan tepat di hadapan Theo. “Kau dari tadi melihatku kesusahan, tapi tidak punya inisiatif menawarkan diri,” ucap Rose menyerahkan rantai berbandul permata di atas permukaan tapak tangan yang menyambut tanpa suara.“Kau yang senang menyusahkan dirimu sendiri.”Sesal sudah memancing pria itu bicara. Akan ada baiknya Theo diam tidak mengatakan apa pun. Padahal seharusnya itu yang Rose dapat saat suaminya hanya
“Lima juta euro.”Yang terucap dari bibir panas suaminya menjadi penawaran terakhir di puncak kegiatan amal. Rose termegap tak percaya. Theo seberani itu mempertaruhkan jumlah uang tersebut demi sebuah kalung berkilauan yang bertaut di manekin leher.Rose tahu Italia dan Kanada memiliki mata uang yang tak sama. Akan tetapi euro dan dollar memiliki selisih yang cukup tipis. Paling tidak dia dapat mengkonversikan harga kalung rebutan berdasarkan per satuan dollar.“Untuk seukuran kalung, apa itu tidak terlalu mahal, Theo?” Rose setengah berbisik menatap sekelilingnya. Para jutawan berkumpul dalam satu acara, semua berkelas menawar harga dari patokan awal hinga tertinggi, dan yang tak satu pun berani kalahkan dengan harga lain. Rose masih menunggu jawaban Theo. Suaminya terlalu sibuk mengulik benda pipih di tangan.“Tunggu aku di sini. Aku akan mengurus pembayaran lebih dulu.”Ketika Theo menjulang. Satu – satunya yang dapat Rose lakukan hanya memandangi bahu besar itu semakin jauh meni
“Happy birthday, Mommy!”Jemari kecil Oracle memutar confetti, meroketkan potongan kertas – kertas kecil saling berterbangan dan perlahan jatuh menyapa puncak kepala wanita yang baru selangkah masuk menginjakkan kaki di atas marmer putih gading. Sempat dikejutkan bunyi memekakkan tidak jauh dari posisinya. Setengah menunduk Rose menadah tangan, membiarkan beberapa kertas singgah dalam genggaman. Begitu tidak ada lagi lambaian tersisa. Sudut bibir Rose mengukir lengkungan tipis. Dia mendongak berpas – pasan dengan senyum manis wanita yang sedang mengandung itu.Bridgette beserta sebongkah kue besar dan lilin menyala mendekati Rose yang masih terpaku, tidak pernah menduga ini akan menjadi sebuah kejutan.“Make a wish dan tiup lilin, Rose.”Apa yang bisa Rose harapkan dari kehidupannya saat ini? Tiap – tiap lembar pada hari yang akan datang adalah misteri. Dia tidak bisa menebak sejauh mana takdir akan membawanya menyeberangi segala macam peristiwa, dan kapan segelintir keinginan Rose
Segala aktivitas di malam ini Rose lalui dengan perasaan setengah nelangsa. Masing – masing kebutuhan yang harus dia selesaikan ... tuntas berderai, termasuk saat Rose harus mengurai jejak – jejak angka dan huruf yang terekam dalam memori ingatan dan memindahkan seberkas bayangan tersebut pada catatan digital di ponselnya. Dia sudah menyisihkan bagian terpenting mengenai George yang harus dikerjakan nanti. Jarak sudah semakin dekat, tidak sulit bagi Rose menggapai kenyataan tersisa di depan mata. Ke mana George akan pergi, setidaknya Rose sudah memegang kunci yang akan membukakan pintu tergembok untuknya.Tipis – tipis senyum Rose diikuti gerak jemari memainkan surai kecokelatan Oracle—tiap helaian milik bocah kecil itu persis kepunyaan Xelle beserta tekstur lembut yang tak pernah berubah. Memang beberapa saat lalu Oracle baru saja terlelap tenang. Berbanding jauh dengan kecemasan Rose terhadap suaminya yang serupa kejatuhan air terjun dan membandang secara keseluruhan membasuh dia ya
“Om T, sakit, Om T, lepas!”“Om T!”Rose coba memahami situasi di tengah remang sekamar. Sayup – sayup ringis kesakitan saling beradu di udara. Rose mengernyit, demikian pergerakan hampir tanpa jeda secara keseluruhan menyibak netra cokelat terpejamnya untuk terbuka lebar. Di hadapan Rose beberapa kejadian hitam terekam penuh, menyiarkan siluet perlawanan kasar beserta sebentuk tubuh kecil yang sedang berusaha keras menarik diri dari cengkeraman di bawah sadar.Jantung Rose bertalu hebat. Segala kekacauan tumpang tindih membentuk ornamen di kepalanya. Dia mengambil langkah pasti, cepat – cepat menjadikan separuh kegelapan itu benderang. Dan kemudian beberapa hal yang tak mampu Rose cerna dengan baik, muncul tumpuk – bertumpuk menyentak perasaannya. Di atas ranjang serupa penyiksaan itu ....Oracle sama sekali tidak dapat melawan genggaman kuat yang terlihat dari otot – otot mencuak di permukaan lengan besar, liat seukuran pria dewasa milik seseorang di sana. Kekalutan dan kemelekat