Setelah ucapan Ivy di dalam kereta kuda yang membawa Ivy dan Race kembali ke paviliun. Race banyak berpikir dan keduanya kembali perang dingin. Ivy sedang merapikan rambutnya dibantu Gareta, sedangkan Race sendiri justru sedang duduk di ranjang dan memperhatikan Ivy dan Gareta. Sesekali Gareta melirik Race dan sadar kalau majikannya itu sepertinya ingin bicara dengan Ivy.Setelah merapikan rambut Ivy, Gareta lalu tersenyum menatap pantulan wajah Ivy di kaca."Semuanya sudah siap, Nyonya muda Iv," ucap Gareta."Iya, terima kasih, Gareta," ucap Ivy sambil tersenyum."Kalau begitu sekarang waktunya sarapan, Nyonya muda Iv. Bukankah sebentar lagi anda harus pergi ke istana," ucap Gareta."Iya, pergilah ke meja makan lebih dulu, Gareta!" titah Ivy.Gareta menganggukkan kepalanya mengiyakan perintah Ivy, Gareta lalu melihat ke arah Race dan membungkukkan badannya untuk berpamitan. Race hanya menganggukan kepalanya yang tahu maksud dari Gareta membungkukkan badannya.Sepeninggal Gareta, Ivy
Kediaman Raja Michel sedang penuh orang, karena hari ini ada kunjungan dari kerajaan utara dan juga barat. Raja Okra dan Raja Charles sengaja berkunjung untuk membahas pembangunan jalan baru yang akan melewati wilayah timur ini. Raja Michel baru saja menyuguhkan makanan penutup untuk kedua petinggi daerah lain itu. Raja Okra menusuk sepotong peach dengan garpunya."Bagaimana keadaan disini, Raja Michel? Aku dengar semenjak kalian memiliki peramal kerajaan, semua acara berjalan lancar disini," ucap Raja Okra."Ah,,,Ivy maksudmu? Ya, dia sangat berguna disini. Beruntung sekali Race menikah dengan Ivy," sahut Raja Michel."Sejak dulu rumor tentang Ivy itu selalu benar, di barat saja dia jadi buah bibir. Bukan hanya karena kecantikannya, dia juga begitu berbakti dan sangat membantu di keluarga Marionet," timpal Raja Charles.Raja Okra melihat kedua raja yang ada di hadapannya itu bergantian. Raja Okra lalu kembali memasukkan sebuah anggur ke mulutnya dan tersenyum sinis."Berarti kehadira
Tuan Marques melempar semua barang yang ada di atas meja kasar. Nyonya Liana sendiri terkejut dan memegangi dadanya yang berdegup kencang sekarang. Dia tahu kalau sang suami benar-benar marah saat ini. Bagaimana tidak, jika Ivy menggunakan nama Linton maka keluarga Race tentu tidak akan lagi memasok batu ruby untuk mereka, tapi jika sampai kemauan Ivy ini tidak mereka turuti. Maka justru mereka yang akan mengalami kehancuran, Raja Charles merupakan raja yang adil dan bijaksana. Mendengar salah satu warganya teraniaya, maka Raja Charles tidak akan segan memberikan hukuman bagi pelakunya."Seharusnya sejak awal gadis tengik itu mati! Kenapa sekarang dia justru jadi penghalang bagi keluarga Marionet?"Tuan Marques terus mengumpat marah. Sedangkan Nyonya Liana sendiri tidak bisa melakukan apapun.Sejurus kemudian Tuan Marques melihat ke arah sang istri dengan mata tajam."Kau tahu ini semua kesalahanmu, Liana!" ujar Tuan Marques."Bagaimana bisa kau menyalahkanku sekarang, suamiku? Bukank
Malam sudah sedikit larut dan hujan rintik-rintik mulai turun. Ivy baru saja keluar dari kereta kuda yang membawanya pulang ke paviliun. Ivy sedikit berlari kecil di susul oleh Gareta masuk ke dalam paviliun. Mendengar suara Ivy, Race yang sedang ada di ruang santai dengan cepat keluar dan menuju ruang utama. Melihat Race mendekat ke arahnya sembari berlari, Ivy tersenyum kecil."Nyonya muda Iv, sepertinya Tuan muda Race begitu merindukan anda," tutur Gareta sambil tersenyum.Ivy melihat ke arah Gareta lalu tersenyum tipis."Kau benar," sahut Ivy kemudian.Setelah ada di dekat Ivy, Race langsung memeluk sang istri dengan erat."Kenapa lama sekali sampainya?" tanya Race dengan manja.Ivy tersenyum lalu kemudian mengusap pelan punggung Race."Maaf, aku harus datang ke paviliun Winter terlebih dahulu. Hari ini jadwalku melakukan sihir penyembuhan pada Winter," ujar Ivy.Race melepas pelukannya dan kemudian menatap Ivy, Race memegang pipi Ivy lembut."Apa kau tidak merindukanku? Kenapa ju
Race terus saja diam sepanjang perjalan pulang menuju paviliunnya. Kali ini Race benar-benar marah, termasuk marah pada Ivy juga. Race sudah menduga kalau ada yang Ivy sembunyikan, tapi Race tidak juga mengira kalau yang Ivy sembunyikan justru masalah sebesar ini. Race bahkan hampir marah pada sang ayah yang seakan menjadi biang keladi atas keputusan Raja Michel. Walaupun Race menyadari kalau ini juga bukan hal yang mudah untuk Raja Michel, Race tidak bisa menerima begitu saja Ivy harus ikut berperang.Mengingat sang istri akan menghadapi bahaya lagi, Race kehilangan kesabarannya lalu memukul kursi cukup kuat. Race memang pulang sendiri karena Ivy masih harus menerapi Winter, sedangkan Race sudah tidak mau berlama-lama di istana lagi, Race benar-benar muak dengan suasana Istana yang sejak dulu selalu mengekang dirinya."Bagaimana aku bisa menggagalkan rencana konyol ini? Kenapa tidak lepaskan Ivy saja dari jabatannya," ujar Race yang terus mencari cara untuk menggagalkan rencana yang
Kamar Ivy dan Race begitu sunyi, Ivy baru saja selesai menyeka keringat dingin yang terus keluar dari badan Race. Wajah suaminya itu begitu pucat, Ivy terlihat begitu bingung. Doha sudah memeriksa Race tadi, tapi panas Race belum juga turun. Ivy terus memandangi wajah pucat Race dengan wajah sedih."Apa seperti ini caramu marah padaku? Aku, lebih suka kau yang dulu. Marah dan membentakku jika kau anggap aku salah," ujar Ivy lalu mengusap pelan surai Race yang masih belum bangun.Ivy menghela napas dalam lalu kemudian melihat ke arah pintu, karena pintu kamarnya diketuk dari luar."Siapa?" tanya Ivy singkat."Ini saya Selina, Nyonya muda Iv," jawab Selina dari luar."Masuklah, Selina!" titah Ivy.Selina langsung membuka pintu kamar lalu kemudian masuk bersama Gareta yang membawa kereta dorong berisi makanan dan minuman."Nyonya muda Iv, saatnya makan malam. Kami membawa makanannya kesini, karena kami tahu, Nyonya muda tidak akan meninggalkan Tuan muda Race sendirian," ucap Gareta setel
Winter menghela napas melihat kondisi Race yang terlihat pucat. Ivy sendiri tersenyum dan duduk di tepi ranjang dengan sembari memegang tangan sang suami."Bagaimana perasaanmu sekarang, Race?" tanya Ivy kemudian."Sudah lebih baik, kau sendiri sudah selesai mengobati Winter? Bagaimana kondisimu sekarang, Winter?" tanya Race melihat ke arah sepupunya.Winter menghela napas dalam lalu memukul lengan Race pelan."Kondisimu sekarang jauh lebih buruk daripada aku. Untuk apa kau mengkhawatirkanku?" ujar Winter.Race tersenyum lalu melihat ke arah Ivy lagi."Kau, pasti lelah. Istirahatlah dulu, Iv! Aku, ingin bicara dengan Winter," ucap Race."Apa yang mau kau bicarakan? Apakah aku tidak boleh tahu hingga kau harus mengusirku?" tanya Ivy karena merasa Race sedikit aneh.Race tersenyum lalu menggeleng pelan."Bukan seperti itu, Iv. Aku, hanya ingin membahas sesuatu dengan Winter," ucap Race lagi."Lalu, apa aku tidak boleh tahu?" tanya Ivy lagi.Winter menghela napas melihat kedua orang dide
"Kenapa sepagi ini kau sudah rapi, Iv?" tanya Race yang baru saja disuapi makanan oleh Ivy.Ivy tersenyum lalu kemudian kembali menyodorkan sesuap makanan pada Race."Apa kau lupa aku harus melakukan sihir penyembuhan pada Winter hari ini?" ujar Ivy kemudian."Ah,,,kenapa cepat sekali?" ujar Race."Tidak juga, itu karena kau hanya ada di kamar. Segeralah sembuh supaya kita bisa pergi bersama menemui Winter," ujar Ivy menguatkan Race."Em, aku pasti segera sembuh. Saat ini juga aku sudah jauh lebih baik.""Em, aku tahu itu."Keduanya lalu saling diam dan memandang satu sama lain. Ivy kemudian menarik napas menghalau perasaan khawatirnya, Ivy meletakkan piring makanan Race yang sudah habis. Sejurus kemudian Ivy menyodorkan segelas air untuk Race."Setelah ini aku akan pergi ke paviliun Winter, tinggallah disini bersama Gareta dan Selina. Ahli kesehatan Doha akan datang setelah makan siang untuk memeriksamu, Race," ujar Ivy sembari menunggu Race selesai minum."Iya, tapi apa Gareta tidak
Di wilayah selatan Ivy sedang merapikan semua baju-bajunya. Tidak lama pintu kamarnya diketuk dari luar."Masuk!" titah Ivy singkat.Pintu kamarnya lalu terbuka dan Tesla masuk dengan membawa nampan makanan."Iv, ayo kita sarapan dulu. Perjalanan kita akan panjang dan lama," ujar Tesla yang kemudian meletakkan nampan berisi makanan itu di meja yang ada di kamar Ivy."Aku, belum lapar, Tesla," ujar Ivy yang kemudian menghentikan Ivy untuk mengemas bajunya."Meskipun belum lapar, tetaplah makan, Iv! Kau, butuh tenaga untuk tetap kuat. Energi mana dan harasmu baru saja kembali seimbang, kau bisa sakit lagi kalau mereka tidak seimbang lagi," tukas Tesla memaksa Ivy.Ivy berjalan mendekat pada Tesla lalu duduk di samping Tesla yang sedang sibuk mengambil makanan."Sebenarnya kita akan pergi kemana, Tesla?" tanya Ivy."Ke suatu daerah yang membutuhkan sihir penyembuhan, ini juga bisa jadi caramu melatih sihirmu yang sudah kembali, Iv," ucap Tesla."Kau benar, tapi apa aku sudah bisa?" tanya
Ivy terus saja diam dan melihat keluar jendela kamarnya. Sejak pulang dari istana tadi, Ivy hanya berdiam diri di kamarnya. Race sendiri tidak ikut pulang dan sedang ada di paviliun kedua orang tuanya sekarang. Ivy mengusap wajahnya pelan lalu menarik napas dalam."Jadi seperti ini cara Race mencegah semua yang sudah kami lewati kembali terjadi nanti. Apakah aku harus bersyukur karena pada akhirnya aku justru bisa meninggalkan Race tanpa membuatnya terluka, karena dia sendiri yang melepasku?" gumam Ivy bermonolog.Ivy tersenyum miris memikirkan nasibnya sendiri. Sejurus kemudian senyum Ivy menghilang begitu saja."Apa dengan begini aku justru aku akan kembali dipulangkan ke barat? Apakah aku harus kembali menjadi putri Marionet?" ucapny lagi.Ivy berhenti berbicara sendiri setelah pintu kamarnya diketuk dari luar. Ivy melihat ke arah pintu lalu menautkan alisnya heran."Siapa?" tanyanya singkat."Ini Gareta, Nyonya muda Iv. Di ruang tengah ada tamu yang menunggu anda," ujar Gareta dar
Ivy mengeliat pelan, badannya seperti remuk pagi ini. Itu membuat Ivy enggan turun dari ranjang, dia masih berselimut tebal dan melihat Race sudah tidak ada di sampingnya."Apa karena aku sekarang manusia biasa, jadi aku merasa sangat lelah setelah pertempuran semalam? Lalu, kenapa Race sepertinya tidak lelah? Atau aku yang terlalu mendramatisir?" gumam Ivy bertanya-tanya sendiri.Ivy menghela napas dalam lalu kembali menyembunyikan kepalanya di dalam selimut."Seperti ini saja lelah, lalu bagaimana bisa aku memiliki anak dengan Race?" ujarnya lagi.Ivy baru membuka selimut yang menutupi wajahnya saat merasa ada yang duduk di tepi ranjang. Ivy terkejut melihat Race yang sepertinya baru selesai mandi sudah ada di depannya."Race, sejak kapan kau disini?" tanya Ivy yang merasa malu karena apa yang dia ucapkan pasti didengar Race tadi.Race tersenyum lalu kemudian memukul kaki Ivy pelan."Apa yang membuatmu terus menggerutu seperti itu, Iv?" tanya Race yang merasa lucu mendengar ucapan I
Raja Michel sedang berkumpul dengan para petinggi kerajaan. Ada laporan tentang pergerakan pasukan wilayah utara menuju perbatasan. Mereka belum bisa tahu apa tujuan mereka kembali menuju wilayah timur. Yang jelas ini semua membuat Raja Michel kembali cemas."Jadi bagaimana, Raja Michel? Saya rasa tersebarnya berita Nyonya Ivy akan dieksekusi membuat pihak utara kembali memiliki keberanian," ucap salah satu petinggi kerajaan mengutarakan kegundahannya.Raja Michel tidak segera menanggapi dan terlihat berpikir skarang, Tuan Milano berdehem lalu mendekat pada Raja Michel."Sepertinya apa yang Winter katakan terjadi, Raja Michel," ujarnya.Raja Michel melihat ke arah Tuan Milano. Kepalanya mengangguk setuju dengan pemikiran sang kakak."Kau, benar, Kak. Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Raja Michel kemudian.Tuan Milano terdiam dan menatap sang adik dalam."Tidak ada cara lain," tuturnya."Maksudmu membebaskan Ivy? Bagaimana mungkin? Dia itu terlibat dalam banyak hal, Ka
Ivy tidak bisa menolak ajakan Race untuk tidur sekamar sekarang. Tidak biasanya suaminya yang selalu marah-marah itu mengajak tidur sekamar saat belum memiliki perasaan apapun pada Ivy dulu. Ivy terus saja gelisah dan belum bisa terlelap. Sedangkan Race sendiri sudah tidur pulas di samping Ivy. Sejurus kemudian Ivy melihat ke arah Race. Ivy mengambil posisi tidur menyamping dan terus memandangi wajah Race dengan teliti. Ivy mengulurkan tangannya dan mengusap pelan hidung Race dari atas hingga bawah."Kalau kita memang ditakdirkan untuk memiliki anak, aku yakin jika dia laki-laki maka dia akan setampan dirimu, Race," lirih Ivy setengah berbisik.Air mata Ivy lalu meleleh dengan sendirinya, Ivy menghapus air matanya dengan cepat lalu kemudian mengalihkan pandangannya dari Race. Ivy menghela napas dalam lalu memilih untuk duduk. Baru saja akan turun dari ranjang, tangan Ivy ditahan oleh tangan Race. Ivy melihat ke arah Race terkejut, sedangkan Race sendiri membuka matanya pelan."Tidur,
Race berlari memasuki kamar Ivy, dia baru saja bermimpi Ivy menjatuhkan dirinya dari jendela kamarnya. Setelah membuka pintu kamar dengan keras, Race lalu menarik Ivy yang sedang berdiri di dekat jendela."Kau, gila? Bukankah aku bilang kalau mau mati jangan di paviliun ku!" hardik Race penuh dengan amarah.Ivy sendiri melebarkan matanya terkejut mendengar ucapan Race, Ivy lalu berkedip beberapa kali. Race sendiri terdengar menghela napas gusar lalu kemudian menyeret Ivy menuju ranjang. Race mendudukkan Ivy sedikit kasar hingga membuat Ivy hampir saja jatuh ke belakang."Kau, gila?" tanya Race dengan suara keras"Aku?" tanya Ivy balik."Ya, siapa lagi? Kalau kau tidak gila, untuk apa kau berpikiran lompat dari jendela itu?" ujar Race yang terlihat begitu kesal dengan apa yang Ivy lakukan."Lompat? Bagaimana dia bisa tahu kalau aku berpikir seperti itu?" batin Ivy sembari menatap Race tidak percaya."Jawab! Kenapa diam saja? Kau, tidak akan sedikitpun kekurangan disini. Aku, akan berta
Setelah mencoba membawa kabur Ivy dari penjara, Race justru ikut ditahan dengan tuduhan membawa lari tahanan. Ivy tidak bisa melakukan apapun sekarang, ilmu sihirnya bahkan hampir hilang karena dia terlalu memaksakan dirinya. Ivy terus mondar-mandir di dalam tahanannya karena khawatir pada Race. Sedangkan Race justru duduk diam dengan tenang."Setidaknya aku tetap akan mendapat hukuman seperti Ivy. Walaupun aku gagal menyelamatkannya, aku tidak akan menyesal di eksekusi sama seperti istriku."Itu yang ada di pikiran Race saat ini.Di istana, Tuan Milano benar-benar marah. Rencananya menjauhkan Race dan Ivy justru berakhir putranya yang ditahan. Tuan Milano sedang menunggu Raja Michel keluar dengan gelisah. Dia ingin meminta pengampunan atas tindakan Race. Setelah menunggu beberapa lama, bukan Raja Michel yang datang, tapi justru Winter."Paman, apa yang kau lakukan disini?" tanya Winter."Aku, menunggu ayahmu. Aku, ingin dia memberikan pengampunan pada Race. Ini semua pasti karena des
Setelah semua perintah Raja Michel diturunkan, Ivy lalu dibawa paksa ke penjara kerajaan. Race dengan keras menentang semuanya, Race bahkan berani menghajar semua pengawal yang menangkap Ivy. Namun apa yang Race lakukan itu percuma, Ivy tetap di bawa ke penjara kerajaan. Ivy sekarang sedang duduk di sudut ruangan yang lembab dan dingin. Dia tidak melawan ataupun meratapi nasipnya sekarang. Ivy sudah tahu dengan semua yang akan terjadi ini. Ivy justru bersyukur ternyata suaminya bukanlah orang yang akan mengeksekusinya nanti.Ivy yang sedang duduk di lantai yang dingin terkejut dengan suara pintu yang dipukul dari luar. Pintu besi itu menimbulkan suara yang sangat keras sehingga membuat Ivy setengah terjingkat."Makananmu sudah siap, Nyonya muda Ivy," ucap penjaga tahanan itu.Ivy berdiri dan berjalan menghampiri pintu besi itu. Penjaga itu lalu membuka pintu itu dari luar, tidak lama Miranda masuk dengan membawa nampan yang berisi makanan untuk Ivy. Miranda meletakkannya dengan kasar
Sejak kejadian di pesta hari itu, rumor tidak sedap mulai menyebar. Orang-orang diluaran sana mulai menggunjingkan Race. Mereka berpikiran kalau Race memang ingin menguasai kerajaan dengan menggunakan Ivy. Terlebih lagi setelah semua investigasi dilakukan pada Tuan Marionet. Semuanya terbongkar, monster-monster yang selama ini menghantui wilayah timur terutama Winter itu akibat kiriman dari Tuan Marques Marionet, termasuk juga wabah penyakit yang terakhir kali menyebar di wilayah timur terungkap, terlebih lagi monster yang menjarah batu ruby itu juga kiriman dari Tuan Marionet.Kecurigaan semua orang sekarang semakin tertuju pada Ivy. Mereka semua menganggap Ivy adalah kaki tangan dari Tuan Marionet. Ivy semakin disudutkan dengan itu semua, termasuk dengan rumor Race yang ingin menjadi putra mahkota.Tuan Milano dan Raja Michel sedang minum teh bersama di taman belakang istana. Sedari tadi keduanya sama-sama diam dan saling memandang ke langit yang sudah gelap. Sesekali Raja Michel me