Kata-kata Yasmin sepertinya menyentuh titik paling menyakitkan di hati Nova.Anak itu memang belum bisa terselamatkan.Namun, Nova tidak dapat memungkiri, meskipun anak itu diselamatkan, Brian tidak akan mau merawatnya.Hatinya sakit seolah-olah sedang tercekik.Yasmin merasa itu tidak cukup, jadi bersandar ke telinga Nova."Nova, sekarang kamu masih belum mengerti? Kamu hanya pasangan ranjang, tapi kamu ingin menggunakan anakmu untuk mendapatkan kekuasaan?"Yasmin mencibir. "Coba tebak, apa yang akan terjadi pada Brian kalau aku yang hamil?"Apa yang akan terjadi jika yang hamil adalah Yasmin?Nova tahu tanpa berpikir bahwa Yasmin akan diperhatikan dengan segala cara yang mungkin.Nova mengepalkan tangannya erat-erat, ujung jari putihnya sedikit gemetar. Nova mengangkat kepalanya sambil menatap Yasmin.Ada senyuman di bibirnya, berusaha terdengar tenang dan lembut."Kalau begitu Nona Yasmin harus bersemangat. Kamu sudah lama pulang, Brian masih belum mau bersama denganmu, kamu juga ma
Setelah selesai berbicara, Nova merasa sedikit konyol.Bagi Brian, adalah tanggung jawabnya untuk tinggal dan merawatnya.Itu adalah keinginannya untuk menemani Yasmin ke rumah sakit untuk mengganti balutannya.Nova awalnya berpikir bahwa dirinya tidak akan bertanggung jawab pada siapa pun.Sama seperti ketika Nova pertama kali mengetahui bahwa dirinya hamil, Nova tidak ingin mengikat Brian untuk bertanggung jawab.Namun, sekarang Nova menginginkannya.Nova benar-benar tidak ingin melihat Brian pergi bersama Yasmin seperti ini.Mungkin hanya untuk melawan Yasmin.Brian memandangnya dengan mata menyipit dan tertawa beberapa saat."Bukankah Bu Nova sebelumnya nggak ingin aku tinggal? Apa? Kenapa sekarang berubah pikiran?"Nova menatapnya dengan tatapan mengejek.Nova terlihat agak malu. "Pak Brian bilang sudah menjadi tanggung jawabmu untuk menjagaku, 'kan?"Brian terkekeh dan melepaskannya."Jangan khawatir, Bu Nova, aku nggak akan meninggalkanmu sendirian. Aku akan segera pulang setela
Telepon berdering dua kali dan kemudian diangkat."Pak Brian, sekarang aku ....""Bu Nova?" Sebelum Nova selesai berbicara, suara Stephen terdengar. "Brian pergi menjemput Yasmin. Saat pergi, Brian lupa bawa ponselnya. Ada apa, Bu Nova?"Jari-jari Nova yang memegang ponsel terasa agak lemas.Nova langsung menutup telepon dan terus memesan mobil di ponselnya.Sudah satu jam kemudian akhirnya Nova sampai di rumah sakit.Nabila memandang Nova, yang basah kuyup oleh hujan dengan ekspresi suram."Apa kamu nggak tahu kalau kamu nggak boleh basah kuyup seperti ini?"Sudut bibir pucat Nova sedikit terangkat. "Ya, aku mengerti, jangan marah. Sekarang aku sedang sakit. Demi aku yang sedang sakit, mohon jangan marah, oke?"Melihatnya seperti ini, Nabila merasa marah dan tertekan. Nabila memelototinya untuk terakhir kalinya dan membawanya untuk pemeriksaan."Agak terinfeksi, lebih baik infus saja."Nova mengangguk. Nabila mengatur bangsal untuknya dan memberinya infus lalu bertanya."Brian di mana
Sudah lewat jam sepuluh malam setelah Brian kembali dari mengantar Yasmin pergi.Saat masuk, Brian mendengar pelayannya menyebutkan sesuatu."Pak Brian sudah pulang. Nona Nova sedang demam."Brian berhenti sejenak saat mengganti sepatunya, alisnya langsung berkerut."Kok bisa demam?"Brian berkata sambil melangkah menuju kamar tidur.Begitu membuka pintu kamar tidur, Brian melihat tidak ada orang di dalam.Raut wajahnya langsung menjadi gelap."Di mana Nova?""Nona Nova sudah pergi ke rumah sakit."Brian melihat pelayan itu, ekspresinya langsung berubah menjadi suram."Kenapa kamu nggak ikut dengannya?"Pelayan terlihat bimbang. "Nona Nova bilang bisa pergi sendiri, Nona juga melarang aku ikut dengannya."Raut wajah Brian menjadi semakin suram. "Nova melarangmu lalu kamu nggak ikut dengannya? Nova masih sakit, kenapa membiarkannya pergi sendiri?"Brian biasanya berbicara dengan aura yang menekan lawan bicaranya, tapi ketika marah, pelayannya semakin ketakutan dan tidak berani mengucapk
Nova mengangguk.Nabila berdiri di samping tempat tidur dan membantunya melepaskan ikatan kain kasa sedikit demi sedikit.Saat melihat lukanya, Nabila langsung mengerutkan kening."Sakit?"Nova menahan rasa sakitnya, melihatnya sekilas dan segera membuang muka lagi."Lumayan.""Lumayan apanya? Wajahmu sudah pucat sekali."Saat berbicara, Nabila segera mengganti obatnya. "Pasti akan ada bekas luka di balik luka ini. Apa kamu masih punya obat untuk menghilangkan bekas luka?"Nova mengangguk.Dulu, Nova sering dipukuli oleh Gary, saat itu Nova sering menggunakan obat penghilang bekas luka, hingga saat ini masih menyimpan obat penghilang bekas luka di rumah."Bagaimana dengan penggemar itu?" tanya Nabila sambil cemberut."Penuntutan dilakukan sesuai prosedur normal.""Masalah ini akan dibiarkan begitu saja? Nggak ada penyelidikan lebih lanjut?"Nova mencibir. "Lalu bagaimana lagi? Kesimpulan resmi sudah dibuat. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan Yasmin."Terlebih lagi, Brian sangat p
Nova menghindari tatapan matanya."Ponselku dalam keadaan senyap, jadi aku nggak tahu ada telepon darimu."Brian mendengus, berjalan ke arahnya dalam beberapa langkah sambil memandangnya. "Kamu benar-benar nggak tahu?"Nova mengangkat kepalanya untuk menatap matanya."Lalu bagaimana lagi? Menurut Pak Brian bagaimana?"Tatapan mata Brian langsung menjadi gelap."Bu Nova, bukankah aku sudah pernah bilang, jangan pernah berbuat hal konyol seperti ini lagi?""Lalu bagaimana seharusnya?" Nova tiba-tiba bertanya, "Benarkah hanya air mata Yasmin yang berguna bagi Pak Brian? Hanya Yasmin yang memenuhi syarat untuk ribut dan aku nggak bisa?"Mata Brian sedikit menyipit, jari-jarinya yang dingin maju untuk mencubit dagunya. "Kenapa Bu Nova selalu merasa dirugikan? Aku sudah mencarikan perawat dan membayar ganti rugi untukmu. Ya, kenapa sekarang kamu merasa dirugikan? Hanya karena aku nggak mengantarkanmu ke rumah sakit?"Nova tertawa, tanpa disadari matanya sedikit lembap.Nova menahan air mata
Sudut bibir Nova menegang. Setelah beberapa saat, Nova tertawa sambil menatap tatapan Brian."Nggak akan. Jangan khawatir, Pak Brian, aku nggak akan marah lagi karena hal seperti ini."Brian memandangnya dengan serius.Brian awalnya ingin memberitahunya bahwa akan mencoba yang terbaik untuk mengangkat teleponnya, tapi sekarang ....Brian mencibir, merasa tidak perlu berpikir begitu.Brian membuka pakaiannya yang basah kuyup dengan marah."Telepon Simon. Simon ada di dekat sini, minta dia mengirim dua set pakaian ke sini."Sudut bibir Nova bergerak sedikit.Nova ingin bilang bahwa Brian tidak perlu berada di sini.Dirinya sudah baik-baik saja, kenapa Brian masih di sini?Namun setelah selesai berbicara, Brian sudah masuk ke kamar mandi.Brian sangat memperhatikan pakaiannya, tidak akan pernah memakai pakaian basah ini lagi.Kalaupun harus pergi nanti, Brian mungkin harus menunggu Simon mengirimkannya pakaian baru bisa pergi dari sini.Setelah memikirkannya beberapa saat, Nova akhirnya m
Simon langsung mengerutkan kening."Bu Nova, aku nggak bercanda. Apa yang aku katakan memang benar.""Kamu sudah lama bersama kakakku, apa kamu benar-benar rela menyerahkannya pada Yasmin? Lagi pula, kalau aku jadi kamu, aku pasti nggak akan mau menyerah."Nova tertawa tanpa suara.Mau bagaimana lagi?Dalam hubungan, tidak menyerah pun belum tentu akan mendapatkan hasil.Terlebih lagi, Nova juga pernah berjuang keras.Selama tiga tahun terakhir, Nova sudah bekerja keras untuk membuat pria ini jatuh cinta padanya.Meski hanya membuatnya sedikit menyukainya.Namun, pada akhirnya Nova tetap saja gagal.Belum pernah melakukannya sebelumnya.Sekarang Yasmin sudah kembali, tentu saja Nova tidak akan bisa melakukannya lagi.Nova tidak menjawab.Tidak tahu bagaimana meresponsnya.Simon sedikit cemas. "Bu Nova, kamu nggak tahu betapa cemasnya kakakku saat kamu nggak angkat teleponnya. Ada kemacetan di jalan saat datang ke sini, jadi kakakku langsung lari ke sini. Apa menurutmu kakakku nggak men