Setelah selesai memblokir, Brian terus melihat ke arah Nova.Nova menarik tangannya dengan raut wajah yang terlihat gelisah."Sudah kubilang, aku nggak peduli."Brian tertawa, "Ya, aku hanya ingin memblokirnya dengan menggunakan tanganmu."Nova cemberut dan tidak berkata apa-apa lagi.Keduanya bertemu Rudy dan Thoriq segera setelah mereka masuk ke dalam rumah sakit.Rudy mendengus saat melihat Brian."Hei, Pak Brian, kenapa kamu ada di sini? Aku dengar cinta pertamamu terluka. Kenapa nggak lindungi dia saja?"Mata Brian sedikit berbinar.Brian melirik Nova, lalu menatap Rudy sambil tersenyum."Pak Rudy pintar juga. Orang yang nggak tahu akan mengira kamu diam-diam menyukainya."Rudy tiba-tiba tertawa dan melirik ke arah Nova. "Apa kamu nggak tahu siapa yang aku sukai?"Brian melirik Nova dengan maksud yang tidak jelas."Jadi, kamu juga suka Nona Nova. Kebetulan sekali, aku juga menyukainya."Rudy langsung mengagumi sikap tidak tahu malu Brian.Siapa sangka Brian yang bermartabat, penan
Namun, Brian tidak mengatakan ini pada Nova.Jika mengatakannya, Nova mungkin berpikir dia membela Yasmin lagi."Apa ada yang merusak kamera CCTV?" tanya Nova dari samping.Brian mendengus, "Jangan khawatir, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaikinya. Kalaupun nggak bisa, akan ada banyak kamera CCTV yang merekam mereka berdua dalam perjalanan dari rumah sakit ke bank. Aku nggak percaya mereka akan merusak semuanya."Nova mengangguk.Meski tidak mau mengakuinya, Nova memang terhibur dengan kata-kata tersebut."Terima kasih."Brian tertawa, tiba-tiba memegang pinggangnya dan menariknya ke depannya.Postur kedua orang itu langsung menjadi sangat ambigu.Napas dari Brian bisa mengenai kulitnya."Mau berterima kasih bagaimana padaku?" tanya Brian.Alis Nova tiba-tiba melonjak, mengangkat kakinya dan menginjak kaki Brian. "Terima kasih banyak."Brian merintih kesakitan dan melepaskannya."Nova, habis manis sepah dibuang?""Kamu sudah berjanji padaku untuk membantuku mengatasi
Nova mengangkat kepalanya dan merasa mual di dalam hatinya.Stephen berdiri di depannya sambil tersenyum. "Nova, lama nggak berjumpa."Nova langsung melewatinya dan berjalan masuk.Stephen sekali lagi berhenti di depannya."Nova, apa aku seburuk itu? Kamu bahkan nggak mau melihatku?"Nova mencibir, "Pak Stephen, kamu cukup tahu diri saja."Stephen masih tersenyum.Stephen mendengus, "Tapi aku sangat tertarik padamu, bagaimana?"Nova menahan rasa mualnya dan berpaling darinya. "Kalau begitu, Pak Stephen memang benar-benar berengsek!"Stephen tidak peduli seberapa kasarnya ucapan Nova.Nova yang emosi malah semakin membuatnya bernafsu.Baginya Nova adalah tipe wanita yang bisa membangkitkan semua hasrat pria."Nova, apa kamu masih berharap Brian bisa kembali bersamamu?"Nova mengabaikannya dan langsung berjalan menuju lift.Stephen tertawa dari belakang lalu berkata, "Kamu juga sudah tahu, meskipun Brian begitu kejam terhadap Yasmin, Brian nggak bisa melepaskan Yasmin. Kamu nggak akan pe
Nova ....Cindy, dasar mulut ember!Nova langsung melewati Brian dan berkata, "Aku nggak mampu membayar sopir seperti Pak Brian!"Brian segera keluar dari mobil dan menangkapnya."Gratis."Nova menatapnya dan berkata, "Brian, apa kamu benar-benar menganggur?"Brian mendengus.Selama mau, Brian masih bisa memanfaatkan waktu sesingkat ini.Paling hanya kurang tidur di malam hari ini.Nova menatapnya, tentu saja tahu betapa sibuknya bisnis Permata Ivy."Aku benar-benar nggak membutuhkanmu untuk menjadi sopirku, nggak pantas juga."Orang berkuasa yang bertanggung jawab atas Keluarga Frank datang menjadi sopirnya, tentu saja Nova akan dimarahi oleh orang.Brian mungkin juga mengira Nova akan menolak."Aku akan menjadi sopirmu malam ini, lalu aku akan mengatur sopir untukmu nanti, oke? Jangan mempekerjakan seseorang dari luar, nggak tahu bisa diandalkan atau nggak."Nova cemberut dan berkata, "Aku akan memeriksanya dengan cermat sebelum mempekerjakan seseorang."Brian memandangnya dalam diam
Thoriq secara khusus meminta untuk menghitung tanggal upacara pembukaan dan akhirnya ditetapkan pada awal bulan depan.Sebagai penanggung jawab perusahaan, Nova perlu mengambil keputusan dalam banyak hal.Dia dan Rudy terus mengobrol dengan suara pelan, sementara Brian duduk di sampingnya dengan tangan terlipat, raut wajahnya tampak muram.Saat makan malam akan segera berakhir, Brian tiba-tiba berbicara."Apa Grup Northy menginginkan tanah di pinggiran utara?"Nova tiba-tiba berhenti.Grup Northy sangat menginginkan tanah di pinggiran utara, tapi tanah itu selalu berada di tangan Keluarga Connor.Keluarga Connor mempunyai beberapa masalah dengannya karena urusan Bayu, jadi sekarang Nova bahkan tidak bisa mengajak bertemu Keluarga Connor.Brian mengangkat alisnya sambil memandang Nova."Nova, aku bisa membantumu membuat janji dengan Keluarga Connor."Nova memandang Brian dan berkata, "Imbalan apa yang Pak Brian mau kali ini?"Mata Brian berbinar."Mulai sekarang bantu aku ganti perbanku
Nova terdiam beberapa saat lalu berkata, "Aku nggak bisa membahasnya, Brian. Aku nggak bisa membicarakan hubungan kita di depan ibuku."Brian memandangnya dengan serius. "Jadi kamu baru saja melenyapkanku sepenuhnya?"Nova menjawab, "Yang paling aman adalah nggak menyebutkannya. Hati-hati saat pulang nanti."Setelah selesai berbicara, Nova mengambil ponselnya lalu kembali ke kamar.Namun, Nova tidak menyangka Brian akan mengikuti seperti ini.Nova berbalik dan menatap Brian.Nova bertanya, "Apa maumu? Brian!"Brian mengabaikannya dan langsung berjalan ke tempat tidur Susy."Halo, Bibi, aku ... teman Nova."Perawat di sampingnya berkata, "Ibu Nova, kamu nggak tahu bahwa Pak Brian selalu mengejar Nova."Susy memandang Nova.Nova menunduk dan menjawab, "Bu, aku nggak menyukainya."Brian tertawa di sampingnya."Sekarang nggak suka, bukan berarti nantinya nggak suka, Bukankah begitu, Bibi?"Susy menatap Brian dengan tatapan kosong.Nova telah mendorong Brian keluar.Brian tidak memaksanya u
"Apa kamu mau bersama lagi dengan Brian?"Nova langsung mendorong tangannya. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?""Aku bicara omong kosong atau kamu pura-pura bodoh?"Nova terdiam beberapa saat lalu menjawab, "Rudy, aku sudah bilang, kita hanya berteman."Rudy tertawa, "Lalu kenapa? Apa ini memengaruhi fakta bahwa Brian adalah bajingan? Nova, pikirkan tentang apa yang dia lakukan padamu sebelumnya, jangan biarkan Brian hanya memberimu janji manis saja."Nova terhuyung menjauh darinya. "Aku sadar!""Baguslah kalau begitu." Rudy tidak banyak bicara, hanya memberinya secangkir kopi.Nova meliriknya dan mengambilnya. "Terima kasih."Rudy tidak berkata apa-apa lagi dan kembali ke kantornya.Nova melihat punggungnya dan menghela napas.Namun, setelah menyelesaikan masalah dengan Rudy, Nova tiba-tiba ingat untuk mengganti perban Brian.Dia awalnya mengira Brian akan datang kepadanya atas inisiatifnya sendiri.Tak disangka, hingga hendak pulang kerja, Nova tidak menerima telepon dari Brian,
Brian sedang duduk di kantor, mendengarkan manajer pemasaran baru berbicara dengannya tentang proyek perencanaan musim kemarau.Di tengah jalan, Brian tiba-tiba mengangkat tangannya dan berhenti.Brian melihat ponselnya.Senyum muncul di matanya."Ayo makan malam bersamaku, sekalian ganti perbanmu."Nova memperhatikan pesan Brian dalam diam.Saat ini, Nova benar-benar tidak bisa menolak.Nova menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Oke."Sudut bibir Brian sedikit melengkung.Manajer pemasaran yang baru melihat pemandangan ini dengan ketakutan.Siapa yang pernah melihat Pak Brian tersenyum seperti ini?Dewa Kematian yang selalu bersikap dingin bisa tersenyum seperti ini?Brian meletakkan ponselnya lalu melihat orang yang berdiri di depannya."Ambil lalu kerjakan dari awal lagi. Apa kamu sudah memahami tema pasar musim kemarau? Kamu sudah melakukan riset pasar? Kalau nggak tahu, lihat saja apa yang dilakukan manajer sebelumnya."Manajer pemasaran sadar, merespons dengan cepat dan ketaku
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo