Setelah selesai berbicara, Brian melepaskan diri dari jeratan Zelda dan segera keluar.Penggemar di luar hampir sudah diusir semuanya.Nova berdiri di samping mobil, wajahnya tenang dan tanpa ekspresi.Nabila berdiri di sampingnya dan berbicara dengannya.Begitu Brian berjalan di depan mereka berdua, Nabila memelototinya lalu pergi.Brian terdiam.Brian memandang Nova dan tidak bisa tidak menjelaskan, "Aku nggak membantunya."Nova tidak menjawab dan hanya berkata, "Ayo pergi."Saat hendak masuk ke dalam mobil, Brian tiba-tiba menahan pintu mobilnya. "Masuk ke mobilku. Suruh Simon mengantar ke mobilmu nanti agar penggemar nggak mengikutimu."Nova tidak ingin naik mobil bersamanya.Namun, dia juga harus mengakui bahwa perkataan Brian masuk akal.Setelah hening beberapa saat, Nova akhirnya mengangguk.Brian menyalakan mobilnya, tapi tidak pergi ke rumah sakit atau klinik, melainkan langsung menuju apartemen.Melihat rutenya kurang tepat, raut wajah Nova langsung menjadi suram.Brian denga
Brian tidak mengeluarkan suara saat terkena papan lampu tadi, tapi merintih saat disentuh lukanya oleh Nova."Nova!"Brian meraih pergelangan tangan Nova dan menekannya ke atas sofa.Brian tidak mengenakan pakaian sama sekali.Sekarang seluruh tubuhnya menempel padanya, tempat di mana kulitnya bersentuhan sepertinya terbakar.Setiap saraf Nova menjadi tegang."Brian, kalau kamu berani bergerak lagi, aku akan segera menuntutmu atas pemerkosaan!""Nova." Suara pria itu menjadi serak. "Aku pria normal, aku sudah lama nggak menyentuh seorang wanita, wajar kalau aku bereaksi. Apa kamu ingin aku diam saja saat melihatmu? Bukankah kamu akan marah?"Wajah Nova memerah karena marah. "Kalau kamu dikebiri, aku pun nggak akan keberatan!"Raut wajah Brian langsung berubah menjadi suram."Nova, setidaknya kita sangat cocok dalam hal ini, kenapa kamu memarahiku!"Nova menegang dan berkata, "Cocok? Itu hanya pemikiranmu saja."Brian menatapnya dan berkata, "Apa maksudmu? Apa kamu mengatakan kemampuank
Nova terdiam.Brian juga tidak mengatakan apa pun."Aku pergi dulu."Nova ingin pergi.Brian memegang pergelangan tangannya dan berkata, "Aku mau mandi. Tunggu saja aku. Ada yang ingin kukatakan padamu."Nova tidak berniat untuk tetap di sini.Brian buru-buru mengambil langkah ke depan dan berkata, "Memang benar apa yang aku katakan terakhir kali tentang petunjuk kasus Gary. Ada masalah dengan akun banknya."Langkah kaki Nova berhenti sejenak."Apa masalahnya?"Brian berkata, "Kita bicarakan saja sambil makan."Nova berkata, "Kalau begitu suruh Simon memberitahuku."Brian tiba-tiba menjadi emosi. "Aku yang memeriksanya, kenapa harus dia yang memberitahumu!"Nova merasa tidak sabar. "Aku punya janji dengan Pak Michael, jadi aku nggak punya waktu untuk menghabiskan waktu bersamamu di sini."Nova membuat janji dengan Michael untuk pergi menemui Susy bersama setelah makan malam.Tatapan mata Brian menjadi gelap."Apa Michael menganggur sepanjang hari?"Nova tidak ingin berkata apa-apa lagi
Tepat setelah meninggalkan restoran, bibi perawat juga menelepon.Suara perawat itu terdengar cemas. "Nona Nova, cepat kemari, orang-orang itu bertingkah gila."Nova menutup telepon dan Brian menghampiri, memegang pergelangan tangannya lalu menariknya ke dalam mobil."Aku sudah meminta polisi terdekat untuk ke sana dan Melvin sudah mengatur semua satpam di sana. Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir."Ekspresi Nova tidak membaik sama sekali.Hanya ada satu pemikiran di benaknya sekarang.Dialah yang membuat Susy mendapat masalah.Nova menutup matanya rapat-rapat.Hatinya penuh dengan kesedihan dan kemarahan.Nova berpikir mungkin tidak seharusnya bertengkar dengan Yasmin karena hal ini.Namun, Nova tidak rela. Kenapa harus diam saja?Kenapa dia, Nova, harus diintimidasi seperti itu oleh Yasmin?Apa hanya karena Yasmin adalah wanita kesayangan Brian?Baik itu Yasmin atau Brian.Mereka semua adalah orang-orang kelas atas.Mereka adalah pacar pertama dan saling sayang.Mereka terl
Raut wajah Brian menjadi gelap. "Bukankah Nona Nabila terlalu banyak mengatakannya?"Nabila memelototi Brian dengan penuh amarah, "Aku yang terlalu ikut campur atau kamu yang merasa seperti itu?"Wajah Brian menjadi pucat dan tidak tahu harus menjawab apa untuk sesaat.Dia akan melindungi Nova.Dia akan berurusan dengan orang-orang yang menghina Nova dan akan menghilangkan semua selebaran itu.Namun, Yasmin ....Yang bisa Brian lakukan hanyalah membiarkan Yasmin.Brian bahkan bisa memperlakukannya seperti orang asing.Namun, tidak bisa menjamin bisa mencelakainya atau tidak.Nabila merasa rasa sakit hati. "Nova benar-benar buta, dia sudah menyukaimu selama sepuluh tahun. Brian, kamu sama sekali nggak pantas!"Setelah mengatakan itu, Nabila melemparkan barang-barang itu langsung ke Brian.Bahkan Melvin yang berdiri di samping Brian juga terkena.Melvin yang dipukul dengan keras dan langsung merasa kesal. "Ini nggak ada hubungannya denganku!"Nabila memelototinya dan berkata, "Siapa pun
"Ya."Nova tidak lagi menghindarinya.Keadaan hati Brian seolah-olah seperti tenggelam begitu dalam hingga tidak bisa bernapas.Dia tidak menyangka Nova benar-benar menyukainya selama sepuluh tahun!Brian bahkan bukan sesekali benci dengan kehadiran orang ini.Yang lucu adalah Brian cemburu pada dirinya sendiri!"Kenapa kamu nggak bilang padaku?"Nova tertawa, "Karena aku pikir nggak perlu, Brian. Aku tahu kamu nggak menyukaiku, jadi kenapa aku harus memberitahumu? Untuk membuat diriku terlihat lebih rendah? Atau untuk memberitahumu dan menginjak-injak perasaanku seenaknya saja. Brian, aku lebih bersedia kalau hubungan di antara kita hanya sebuah transaksi saja.""Tentu saja, sekarang ini hubungan kita bukan lagi seperti itu.""Nova!" Mata Brian memerah, setiap kata yang diucapkan Nova seperti pisau yang menusuk jantungnya.Rasa sakit itu membuat seluruh hatinya menciut."Kamu jelas-jelas menyukaiku!"Nova terdiam beberapa saat, saat ini mereka dikelilingi oleh orang-orang yang menyaks
Namun, entah kenapa, Nova merasa santai setelah mengatakannya.Nova sepertinya sudah mampu melepaskan cinta tanpa harapan itu."Pak Brian, kalau kamu bersedia membantuku, aku akan berterima kasih. Kalau kamu nggak mau, aku nggak akan menyalahkanmu. Kamu pulang saja, aku sedikit lelah."Brian marah dan merasa tidak nyaman. Nova benar-benar tegas memutuskan untuk tidak mencintainya lagi.Namun, Brian juga mengerti bahwa jika ingin wanita ini berubah pikiran, dia tidak boleh membela Yasmin lagi."Jangan khawatir, masalah ini akan aku selesaikan dengan baik."Setelah berbicara, Brian berhenti sejenak lalu berkata, "Bisakah kamu menunjukkan surat yang pernah kamu tulis padaku?"Nova menunduk dan menjawab, "Sudah nggak ada, aku sudah membakarnya."Raut wajah Brian tiba-tiba menjadi suram lagi."Nova! Kamu yang membakarnya?""Ya." Nova benar-benar membakarnya.Nova membakarnya setelah pulang malam itu.Dia tidak ingin memikirkan Brian lagi.Ekspresi Brian menjadi berubah. Sekarang Brian seper
Brian segera meminjam ponsel bibi perawat dan menelepon Nova.Setelah panggilan tersambung, Brian baru saja menelepon, "Nova."Ketika mendengar suaranya, Nova segera menutup telepon.Begitu telepon ditutup, Brian merasa sangat tertekan.Apa Nova bahkan tidak mau mengatakan apa pun padanya?Brian menoleh ke arah perawat dan berkata, "Kapan dia bilang ingin memindahkan ibunya ke Kota Bers?""Kemarin, Nona Nova bilang di sini nggak terlalu aman, ada seseorang mungkin datang mencarinya kapan saja. Aku kira orang-orang itu pasti semuanya gila, 'kan? Kenapa Nona Nova, gadis yang baik, dimarahi seperti itu? Mana mungkin gadis baik sepertinya tahan akan hal itu?"Brian merasakan sakit yang tak bisa dijelaskan di hatinya.Brian mengembalikan ponsel pada perawat dan berkata, "Apa hari ini dia datang?"Perawat menggelengkan kepalanya. "Hari ini Nona Nova nggak datang. Nona Nova sangat sibuk, bahkan saat pulang kerja kemarin ada seorang pria bermarga Clark datang menemuinya untuk berbicara tentang
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo