Namun, entah kenapa, Nova merasa santai setelah mengatakannya.Nova sepertinya sudah mampu melepaskan cinta tanpa harapan itu."Pak Brian, kalau kamu bersedia membantuku, aku akan berterima kasih. Kalau kamu nggak mau, aku nggak akan menyalahkanmu. Kamu pulang saja, aku sedikit lelah."Brian marah dan merasa tidak nyaman. Nova benar-benar tegas memutuskan untuk tidak mencintainya lagi.Namun, Brian juga mengerti bahwa jika ingin wanita ini berubah pikiran, dia tidak boleh membela Yasmin lagi."Jangan khawatir, masalah ini akan aku selesaikan dengan baik."Setelah berbicara, Brian berhenti sejenak lalu berkata, "Bisakah kamu menunjukkan surat yang pernah kamu tulis padaku?"Nova menunduk dan menjawab, "Sudah nggak ada, aku sudah membakarnya."Raut wajah Brian tiba-tiba menjadi suram lagi."Nova! Kamu yang membakarnya?""Ya." Nova benar-benar membakarnya.Nova membakarnya setelah pulang malam itu.Dia tidak ingin memikirkan Brian lagi.Ekspresi Brian menjadi berubah. Sekarang Brian seper
Brian segera meminjam ponsel bibi perawat dan menelepon Nova.Setelah panggilan tersambung, Brian baru saja menelepon, "Nova."Ketika mendengar suaranya, Nova segera menutup telepon.Begitu telepon ditutup, Brian merasa sangat tertekan.Apa Nova bahkan tidak mau mengatakan apa pun padanya?Brian menoleh ke arah perawat dan berkata, "Kapan dia bilang ingin memindahkan ibunya ke Kota Bers?""Kemarin, Nona Nova bilang di sini nggak terlalu aman, ada seseorang mungkin datang mencarinya kapan saja. Aku kira orang-orang itu pasti semuanya gila, 'kan? Kenapa Nona Nova, gadis yang baik, dimarahi seperti itu? Mana mungkin gadis baik sepertinya tahan akan hal itu?"Brian merasakan sakit yang tak bisa dijelaskan di hatinya.Brian mengembalikan ponsel pada perawat dan berkata, "Apa hari ini dia datang?"Perawat menggelengkan kepalanya. "Hari ini Nona Nova nggak datang. Nona Nova sangat sibuk, bahkan saat pulang kerja kemarin ada seorang pria bermarga Clark datang menemuinya untuk berbicara tentang
Menganggapnya sebagai keluarga.Kata-kata yang terdengar indah sekali.Sayang sekali Nova nggak butuh hal ini!"Colton, aku nggak punya ayah sejak masih kecil, apalagi adik! Jangan muncul di hadapanku lagi, menjijikkan sekali!""Nova, anggap saja akulah yang memohon padamu? Atau kamu bantu aku bicara dengan Brian."Colton benar-benar tidak punya pilihan. Awalnya Colton mengira bahwa persiapan mereka sudah sempurna.Namun, tidak disangka Michael akan benar-benar kejam.Awalnya, Colton berpikir untuk mencari seseorang untuk memancingnya, tapi sebelum bisa mengambil tindakan, Brian mengirimkan Yasmin langsung ke rumah sakit jiwa.Tidak ada yang tahu bahwa Yasmin pingsan pada saat dikirim ke rumah sakit jiwa.Tempat seperti itu bukanlah tempat tinggal orang normal.Nova tiba-tiba ingin tertawa saat mendengar kata-kata Colton."Kalau begitu, kenapa kamu nggak memohon pada Brian saja? Bukankah dia menganggap putrimu sebagai harta karun?""Sekarang Brian nggak mau bertemu dengan kami!""Jadi
Ini adalah pertama kalinya Nova melihat Nancy secara langsung.Wanita berusia tujuh puluh tahun itu berambut putih penuh, tapi masih terlihat sangat energik. Matanya bahkan masih terlihat jernih dan cerah.Yudil sepertinya merasakan tatapan di sini, berhenti sejenak lalu menoleh.Begitu melihat ini, Nancy juga melihat ke sini. Matanya tertuju pada wajah Nova dan tampak sedikit linglung sejenak.Sampai Yudil memanggilnya di sebelahnya."Bibi Nancy, ini Nona Nova. Michael seharusnya sudah memberitahukannya padamu."Nancy kembali sadar dan tersenyum pada Nova."Nova, aku dengar Michael menyebutmu dan aku sudah lama ingin bertemu denganmu, nggak disangka akan bertemu di konferensi ini."Mata Nancy menatap wajah Nova, seolah melihat Nancy yang begitu penuh dengan perasaan.Bahkan ada rasa kesedihan dalam wajahnya.Ketika orang lain mengatakan kepadanya bahwa Nancy mirip sebelumnya, Nova masih tidak memercayainya.Baru sekarang setelah melihat Nancy, Nova tahu bahwa mereka benar-benar mirip.
Sebelumnya Brian tidak pernah peduli dengan air matanya, bahkan mengira itu hanyalah tanda kelemahan.Namun, kini, setiap tetes air mata yang ditumpahkannya seolah menjadi penderitaannya.Apa yang pertama kali dia lakukan pada Nova?Brian tiba-tiba ingin menampar dirinya sendiri dua kali.Brian menutup matanya dan mencubit alisnya dengan kuat.Setelah Nova pergi bersama Johan, Brian mengikutinya dengan mobil.Dia tahu bahwa Nova menghindarinya.Namun, apa pun yang terjadi, Brian tidak akan menyerah.Dia menginginkan Nova, hanya Nova.Pesta tersebut digelar di hotel yang terafiliasi dengan Kementerian Luar Negeri.Nova cantik, baru-baru ini ada berita di kementerian bahwa Nova adalah penerus yang ditunjuk oleh Johan.Begitu masuk, Nova langsung menjadi pusat perhatian.Mata Bisma tiba-tiba berbinar ketika melihat Nova dan langsung berjalan ke arahnya."Nova, kamu juga di sini? Baru saja aku akan meneleponmu."Nova tertawa, "Pak Johan bilang ini pesta makan Kementerian Luar Negeri, jadi
Orang yang datang begitu familier sehingga Nova tahu siapa orang itu tanpa perlu membalikkan badannya.Nova secara tidak sadar ingin melepaskan diri darinya, tapi Brian memeluknya lagi."Brian?"Ketika suara Tiara terdengar, Nova tiba-tiba berhenti meronta."Jarang ada orang semulia Nyonya Tiara, ternyata Nyonya mengenalku?" kata Brian dengan sinis.Tiara merasa tidak senang. Apa mungkin ada orang kelas atas yang tidak mengenal Brian?Apa maksudnya? Apa menurutnya dia tidak populer?Keluarga Andara selalu rendah hati, tapi dalam hal reputasi, memang tertinggal dibandingkan dengan Keluarga Frank.Namun, bagaimanapun juga, Keluarga Andara spesial. Apa pun situasinya, Tiara bisa dianggap sebagai tetua Brian."Brian, bagaimanapun juga, aku satu generasi lebih tua darimu, jadi sebaiknya kamu lebih memperhatikan apa yang kamu katakan. Lagi pula, ini Kota Bers, bukan Kota Jimaun."Brian tersenyum, tapi tatapan matanya begitu dingin."Nyonya Tiara, apa menurutmu aku akan takut pada siapa pun d
Setelah Tiara selesai berbicara, Brian mencibir, "Nyonya Tiara, tolong perjelas siapa yang mengganggu siapa. Bisma selalu ke Kota Jimaun setiap dua hari sekali, bahkan pada hari pertama tahun baru Bisma pergi ke sana. Apa mungkin Nova yang mengganggunya?""Kalau kamu benar-benar nggak mau putramu bersama Nova, awasi saja anakmu! Selama Bisma bersedia menjauh dari Nova, aku, Brian, bisa datang untuk mengucapkan terima kasih padamu!"Tiara terdiam."Kamu ....""Bu!" Sebelum Tiara mengatakan hal lain, Bisma memanggil dari samping.Bisma datang dengan tergesa-gesa dan mendengar kata-kata Brian.Raut wajahnya langsung berubah menjadi suram. Dia baru saja pergi sebentar, kenapa Brian bisa menemukan Nova?"Bu, apa yang Ibu lakukan di sini?"Tiara masih sangat lembut terhadap putranya. "Nggak apa-apa, Bisma, Ibu baru saja melihat Nona Nova dan ingin menyapa Nona Nova."Bagaimana mungkin Bisma tidak memahami ibunya.Selama ini, setiap kali kembali ke rumah, Tiara akan memberitahunya untuk tidak
Nova hanya pura-pura tidak mendengar apa yang dia katakan.Apa yang perlu dibandingkan?Kekanak-kanakan sekali.Terlebih lagi, Bisma sendiri tidak pernah melakukan apa pun yang menyakitinya.Sebaliknya, Nova yang menyakitinya dengan mengusulkan untuk bersama dan kemudian berpisah.Brian hendak mengatakan sesuatu lagi tapi melihat sebuah mobil diparkir di pinggir jalan.Yudil keluar dari mobil dan matanya tertuju pada Nova."Pak Yudil."Nova memanggilnya.Yudil mengangguk lalu berkata, "Aku baru saja mendengar apa yang terjadi. Nggak semua orang bisa bersama, kalau nggak bisa ya lupakan saja. Kamu nggak perlu terlalu menganggapnya."Nova tertegun sejenak, tidak menyangka Yudil akan menghiburnya.Nova tersenyum lalu berkata, "Terima kasih, Pak Yudil, aku tahu."Setelah berbicara, Nova berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Tapi dengan masa laluku, aku nggak tahu ...."Yudil tertawa dan berkata, "Pak Brian sudah menjelaskannya pada kami. Jangan khawatir, masa lalumu nggak akan memengaruhi ma
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo