"Brian, apa kamu nggak lihat? Nova nggak mau kamu menyentuhnya!"Wajah Brian dipenuhi amarah."Bisma, aku katakan lagi, berikan Nova padaku!"Bisma masih belum berniat melepaskannya.Saat keduanya hendak bertengkar, Yudil tiba-tiba berbicara."Berikan padaku."Setelah mengatakan itu, Yudil datang untuk menggendong Nova dan masuk ke dalam mobil.Brian tertegun sejenak, lalu masuk ke dalam mobil.Bisma tidak berani ragu sama sekali dan pergi ke rumah sakit.Nova mengalami koma lagi sejak dipeluk oleh Bisma.Dalam perjalanan, dia tidak pernah sadar kembali.Air mata terus jatuh, tapi dia dengan keras kepala tidak mengeluarkan satu suara pun.Brian menyeka air matanya berulang kali dengan jari gemetar."Bawakan selimut."Brian tiba-tiba mengatakan sesuatu.Bisma segera memberinya selimut.Brian menutupi tubuhnya dengan selimut.Saat melihat pergelangan tangannya terkulai lemas, Brian tiba-tiba berhenti.Rasa sakit yang menyesakkan tiba-tiba muncul di hatinya.Apa sebenarnya yang dia alami?
Brian sebenarnya tahu bahwa meminta maaf sekarang tidak ada gunanya sama sekali.Namun sepertinya dia hanya bisa meminta maaf.Tidak ada yang tahu bahwa ketika Brian dikirim ke desa nelayan kecil itu, dirinya telah mengalami beberapa situasi hidup dan mati.Beberapa kali pertama, Brian hampir mati dicekik oleh ibunya dan dia sendiri ingin mati.Setelah sampai di desa nelayan kecil itulah dia memiliki sedikit keinginan untuk bertahan hidup.Meskipun perlakuan selanjutnya membuatnya tidak jelas tentang hal-hal itu, nama "Min" sepertinya terukir di benaknya.Yasmin adalah penyelamatnya.Dalam keadaan seperti itu, mustahil baginya untuk meninggalkan Yasmin sendirian.Namun, Brian tidak menyangka akan menempatkan Nova dalam bahaya seperti itu.Brian memegang erat tangan Nova, matanya tertuju pada wajahnya yang pucat dan rapuh. Brian merasa sangat tertekan hingga tidak bisa bernapas.Hingga saat ini, Brian masih melihat Nova terbaring tak bernyawa di atas bebatuan.Brian menutup matanya deng
Nova masih koma, kalaupun ingin berbicara dengan Brian, tidak di hadapan Nova.Oleh karena itu, Bisma hanya bisa menyerah.Namun, jika Nova membutuhkan bantuannya setelah sadar, Bisma pasti akan segera membantunya.Ketika Nova bangun, hari sudah gelap.Saat membuka matanya, dia masih linglung.Namun, sebelum sadar sepenuhnya, Nova mendengar seseorang bertanya, "Kamu sudah sadar?"Suara yang sangat familier, tapi tidak menimbulkan gelombang apa pun di hatinya."Ya."Nova menjawab dengan lirih."Ada yang sakit? Aku akan memanggil dokter untukmu."Nova baru menyadari bahwa Brian baru saja memegang tangannya.Nova menundukkan kepalanya tanpa reaksi yang tidak perlu.Dokter datang dan melakukan pemeriksaan. "Meski sudah bangun, dia belum pulih sepenuhnya dari infeksi paru-paru dan luka memar di tubuhnya, tentu saja masih perlu istirahat."Nova menjawab, "Oke, terima kasih dokter."Setelah dokter pergi, Brian kembali duduk di samping tempat tidurnya.Brian biasanya ingin memegang tangannya.
Sikap Brian sangat tegas.Dia memandang Nova dengan mata merah."Nova, aku sudah mengatakannya berkali-kali. Kalau aku nggak setuju, jangan harap kamu bisa berpisah dariku! Aku akan memberi Damian pelajaran. Jaga kesehatanmu dan berhenti membuat masalah."Mendengarkan kata-katanya, Nova merasa hatinya penuh dengan kepahitan.Nova bersandar di tempat tidur seperti boneka yang akan pecah jika disentuh.Namun, tatapan matanya benar-benar terlihat keras kepala."Brian, aku benar-benar nggak mau mengikutimu lagi. Sejak kamu meninggalkanku sendirian ketika ibuku sakit kritis dan karena kamu pergi mencari Yasmin tanpa mengetahui ada bahaya di sekitarku, aku nggak mau bersamamu lagi. Sekalipun nanti nggak ada penculikan, aku nggak akan mau lagi!"Setelah Nova selesai berbicara, lingkaran matanya menjadi sedikit merah.Brian memandang wanita rapuh di depannya dan hatinya terasa sakit."Masalah ini bukan ada dalam jangkauanmu. Kamu harus tahu bahwa aku punya banyak cara untuk membuatmu nggak bis
Nova tersenyum dan mengangguk.Nabila membantunya meletakkan lilin di atas kue dan menyalakannya."Ayo berdoa dulu. Semuanya akan aman dan hal seperti ini nggak akan terjadi lagi."Nova melihat lilin yang menari di depannya dan berpikir. "Aku harap bisa bebas di masa depan."Dia meniup lilinnya tapi tidak berminat untuk memakan kuenya.Nabila tidak memaksakannya."Krim sulit dicerna. Nanti aku akan membuatkanmu sesuatu yang mudah dicerna."Nova menunduk dan berkata, "Nabila, belikan aku ponsel, pergi ke rumahku dan buat surat perjanjian, lalu siapkan obat untukku."Nabila langsung mengerutkan kening."Obat apa?""Obat yang membuatku nggak bisa makan, kalaupun aku terpaksa memakannya, aku akan segera memuntahkannya."Nova berkata sambil tersenyum.Nabila tiba-tiba terkejut."Apa kamu sudah gila? Tahukah kamu kalau tubuhmu membutuhkan nutrisi saat ini?"Nova tersenyum pahit. "Aku nggak punya pilihan lain."Jika Brian tidak melepaskannya, dia benar-benar tidak akan bisa pergi.Jadi dia ha
Yasmin tercekat saat mendengar kata-katanya.Dia tidak menyangka Nova akan mengucapkan kata-kata seperti itu secara terang-terangan.Namun, tak lama kemudian, ekspresinya kembali gelap.Karena dia menemukan bahwa setelah Nova mengucapkan kata-kata ini, raut wajah Brian terlihat sangat dingin.Brian tidak senang mendengar Nova mengatakan hal seperti itu.Pria ini tidak berniat berpisah dari Nova."Yasmin, kamu pulang dulu saja," ujar Brian dengan tegas.Raut wajah Yasmin terlihat sangat jelek.Dia mengabaikan Brian dan terus menatap Nova."Bu Nova, aku nggak bermaksud begitu, aku ....""Pergi!"Nova benar-benar terlalu malas untuk mendengarkan nada soknya. Nova pun berkata langsung kepadanya, "Apa perlu aku panggil satpam? Nona Yasmin, sebagai tokoh masyarakat, jangan sampai diusir seperti ini di hadapan publik!"Yasmin terdiam, air mata langsung memenuhi matanya.Yasmin memandang Brian dengan sangat sedih."Brian, aku hanya khawatir Bu Nova akan marah denganmu, jadi aku ingin menjelask
Raut wajah Nabila berubah menjadi suram."Aku tahu hari ini kamu masih ada, jadi aku minta untuk dipindahkan ke lantai VIP, tapi wanita jalang itu memintaku untuk menuangkan air dan mengupas buah untuknya. Aku seorang dokter, bukan pengasuhnya. Alhasil, aku hanya berkata beberapa kata dan dia benar-benar komplain. Pemimpin kami baru saja memarahiku.""Brian si berengsek itu, sudah membuatmu terluka dan anehnya dia masih ingin merayakan ulang tahun Yasmin. Aku benar-benar ingin membuang kue ini ke kepalanya! Apa dia merayakan ulang tahunmu?"Nova tersenyum pahit dan tidak menanggapi kata-katanya, hanya berkata, "Maaf, akulah yang menimbulkan masalah bagimu.""Karena kamu? Wanita jalang itu memang menyebalkan! Awalnya aku mengira Brian cukup baik. Terakhir kali masalah amukan warganet, Brian nggak peduli, tapi kali ini, dia benar-benar membuatku jijik. Cepat biarkan Yasmin menikah dengannya. Keduanya adalah pasangan yang sempurna. Jangan tunda lagi. Saat kamu berpisah darinya, aku akan m
Nova menunduk."Pak Brian, bisakah kamu pergi sebentar? Aku perlu berbicara dengan Pak Michael sendirian."Brian mencibir. "Kenapa? Apa aku nggak boleh di sini?"Michael memilah dokumen di tangannya. "Tentu saja bisa, tapi aku harap Pak Brian bisa diam."Ketika berbicara tentang tugas resmi, temperamen lembut Michael menghilang tanpa jejak dalam sekejap, hanya menyisakan ketajaman dan keganasan.Nova terdiam beberapa saat."Pak Michael, kita bicara di luar saja."Michael melirik Brian dan berkata, "Baiklah."Raut wajah Brian begitu muram.Akhirnya, sebelum Nova berdiri, Brian berdiri.Saat sampai di pintu, dia berkata lagi, "Setelah makan, kita mengobrol lagi."Setelah mengatakan itu, Brian langsung meninggalkan bangsal.Pintu bangsal dibanting olehnya.Bibir Nova menegang.Michael mengerutkan kening dan menatapnya. "Kamu belum makan?"Nova menggelengkan kepalanya. "Aku nggak lapar."Michael tampak tidak setuju. "Apa pun yang terjadi, kamu harus makan."Nova langsung menuju ke topik."
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo