Nova malas muncul di depan mereka, juga tidak menyukai nama Lumina ini.Asalkan mereka tidak mempersulit, Nova bahkan bisa menghindari muncul di depan mereka untuk seumur hidupnya.Namun, hingga ibunya mengalami kecelakaan pada 3 tahun yang lalu dan memerlukan uang untuk operasi, barulah dia terpaksa meminta bantuan pada Colton.Justru pada kali itu, dia melihat betapa berdarah dinginnya Colton.Sejak itu, dia tidak lagi berkontak dengan anggota keluarga Colton.Hanya saja kadang-kadang melihat nama Yasmin dari TV atau media sosial.Yasmin memulai karier pada 4 tahun yang lalu di luar negeri.Meskipun dia tidak ke luar negeri dalam 4 tahun ini, juga sering mendengar namanya di dalam negeri. Bagaimanapun, penampilannya cantik, bahkan karena raut wajahnya, sehingga mendapat julukan gadis idaman rakyat.Tiba di rumah, Nova berbaring dan langsung tertidur.Dia bermimpi tentang pantai pada saat itu lagi.Pantai di musim hujan sangat sejuk.Jendela vila di tepi pantai menderu karena ditiup a
Jika begitu, berarti tadi malam Brian dipanggil oleh cinta pertamanya?Nova merasa sakit hati.Dia meraba perutnya secara refleks.Dia berpikir bahwa jika cinta pertama Brian benar-benar kembali, apakah sudah tiba saatnya dia meninggalkan Brian.Apakah berarti ... dia bisa meninggalkannya dan melahirkan anak ini?Tatapan Nova terjatuh pada perutnya dan termenung.Cindy seperti mengatakan sesuatu, tetapi dia sama sekali tidak kedengaran.Dalam hatinya kacau balau."Bu?"Nova tersentak dan menenangkan suasana hatinya. "'Sudah saatnya kerja, jangan gosip mulu. Hati-hati kedengar Pak Brian, lalu memberi sanksi padamu."Cindy menjulurkan lidah, lalu kembali ke tempat duduk dirinya.Nova juga memaksa dirinya untuk memulai pekerjaan.Sampai siang hari, Cindy mengetuk pintu lagi."Bu, Pak Brian suruh Anda menemuinya."...Pintu ruangan Brian tidak tertutup rapat.Baru tiba di depan pintu, dia langsung mendengar suara Brian di dalam.Mungkin dia sedang bertelepon, tetapi suaranya tidak pernah s
Nova mulai menurutinya.Brian takkan memberi dia kesempatan untuk menolaknya.Pria ini tidak pernah peduli dengan perasaannya.Dalam beberapa tahun ini, dia sudah belajar untuk menuruti ketika tidak bisa menentangnya.Baik tugas yang diberikan oleh Brian atau,Kesakitan yang diberikan Brian."Aku tahu."Jamuannya berlangsung dengan sangat tenang.Brian makan dengan santai. Selama ini dia tidak suka berbicara saat makan, sangatlah bertata krama.Nova agak linglung saat makan.Terkait rumor pagi tadi, dia sudah tidak bisa mengabaikannya.Namun, dalam hatinya tetap merasa sangat tidak nyaman.Habis makan, ponsel Brian berbunyi lagi.Dia melirik tampilan layar yang hanya menunjukkan huruf "S".Brian langsung menjawab panggilan."Ada masalah lagi? Sudah makan ... ya. Kamu juga harus makan secara teratur ... aku tahu, sudah dulu ya."Nova sudah menebak siapa yang memanggilnya.Selain cinta pertama itu, mungkin tiada orang yang bisa membuat Brian begitu lembut."Tadi malam begitu tergesa-gesa
Yasmin tiba-tiba bungkam."Aku mana berani mengusirnya? Aku hanya suruh dia meluangkan tempat duduk saja."Dia menoleh ke arah Brian dengan agak sedih."Brian, kamu nggak bakal marah padaku gara-gara seorang manajer, 'kan?"Usai bicara, mata Yasmin semakin merah.Beberapa tahun ini, dia selalu menunggu panggilan dari Brian di luar negeri.Tidak disangka, dia bepergian selama 4 tahun, ternyata pria ini tidak pernah menghubungi dia sekali pun.Dalam 4 tahun ini, dia tidak hanya satu kali berpikir untuk pulang untuk mencarinya.Namun, dia juga agak sombong.Dulu dia yang mengajukan untuk berpisah.Brian selalu memperlakukannya secara khusus.Brian akan tersenyum lembut terhadapnya.Dia akan memanggilnya Min.Brian akan bergegas ke sisinya ketika dia membutuhkannya.Dia bahkan rela berbalik melawan saudara demi Yasmin.Namun, perlakuan spesial Brian terhadapnya ada batasnya.Brian tidak pernah menyentuhnya, juga tidak pernah mengungkit masalah pernikahan, bahkan enggan menemui orang tua Ya
Begitu turun, dia langsung merangkul lengan Brian.Nova mengalihkan pandangan dan berjalan menuju studio.Namun, dia dipanggil saat tiba di pintu masuk."Bu Nova."Yasmin menggandeng tangan Brian. Nova tidak bisa melihat ekspresi wajahnya yang ganas dengan jelas, tetapi bisa merasakan dia tersenyum dengan gembira."Maaf, tadi aku mengusir kamu turun dari mobil."Katanya meminta maaf, malah sengaja mengulangi kejadian Nova diusir dari mobil.Semua orang yang lalu lalang di studio mendengarkannya.Pandangan orang-orang di sekitarnya terpaku pada tubuh Nova.Nova tergolong karyawan senior di perusahaan. Mulai dari awal pendirian sudah mengikuti Brian.Brian juga sangat menyayanginya.Meskipun sempat terjadi kontroversi pengunduran diri, bukankah terakhir juga tidak jadi?Benar-benar tiada orang yang berani memperlakukannya seperti ini di perusahaan.Kecuali Yasmin.Saat ini, begitu mengungkapkannya, seperti telah memastikan tebakan semua orang sebelumnya.Hubungan antara Yasmin dan Brian
Seketika, wajah Yasmin menjadi masam."Nova, kamu benaran pikiran dia sudah jadi milikmu karena kamu berada di sisinya selama beberapa tahun? Dia nggak pernah umumkan sudah pacaran. Kamu benar-benar nggak tahu diri."Hati Nova perih mendengarnya.Nova tentu tahu.Namun, Nova tidak ingin menunjukkan kelemahan sedikit pun di depan Yasmin."Dia bukan milikku, juga bukan milikmu!"Terbersit kebengisan di wajah Yasmin karena ucapan itu."Nova, jangan senang dulu. Cepat atau lambat, Brian akan jadi milikku. Kali ini, aku pulang untuk bahas masalah pernikahan dengan Brian. Jangan jadi pelakor seperti ibumu! Kalian benar-benar menjijikkan!"Nova tidak tahan lagi dan langsung menampar Yasmin."Nova!"Detik berikutnya, suara Brian datang dari arah belakang.Tangan Nova pun gemetar.Tubuh Nova membeku, bahkan tidak berani menoleh ke belakang."Apa yang kamu lakukan?" tanya Brian dengan suara dingin.Nova menoleh pada Brian dan menjawab, "Sedang tampar orang, Pak Brian nggak bisa lihat?""Kenapa k
Nova tertawa."Sebagai tokoh publik, lebih harus lagi untuk cari tahu kebenarannya. Dengan begitu, siapa yang bisa memfitnah Nona Yasmin?"Kemenangan dari pertempuran antar dua wanita itu bukanlah kebenaran, melainkan sikap Brian.Saat ini, Nova kalah telak.Nova tahu tidak ada artinya untuk menuntut kebenaran.Selama Brian yakin dia salah, walaupun kebenaran sudah terpapar di depan mata, Brian tidak akan mengakui kebenaran tersebut.Namun, Nova ingin mencoba membuat Brian mengetahui kebenaran."Nggak perlu lihat. Bu Nova, aku sudah memaafkanmu. Kamu mau apa lagi?" sangkal Yasmin dengan panik.Nova menatap Yasmin seraya bertanya, "Kenapa nggak perlu? Nanti Nona Yasmin bisa dirugikan, 'kan?"Tatapan Brian yang berdiri di samping mereka menjadi suram."Bu Nova, sebentar lagi sudah syuting. Kamu yakin mau menunda waktu semua orang?"Keberpihakan Brian sangat jelas.Seketika, Nova kehilangan semangat tempur."Maaf."Satu kata itu menghabiskan seluruh tenaga Nova.Setelah itu, Nova berbalik
Nova menelan kembali perkataan yang hendak diucapkan.Nova mengenal sifat Brian dengan sangat baik.Implikasinya adalah Brian harus bertemu dengan Nova hari itu.Nova tidak ingin mencari masalah untuk diri sendiri."Aku akan segera pulang."Sekretaris umum tersenyum seraya menambahkan, "Bergegaslah."Saat Nova tiba di rumah, Brian baru selesai mandi.Jubah mandi yang lebar sama sekali tidak dapat menutupi postur tubuh Brian yang sempurna.Brian duduk di sofa dan menyalakan sebatang rokok, menatap Nova melalui asap rokok.Sesaat kemudian, Brian tersenyum."Aku nggak tahu ternyata Bu Nova begitu hebat."Nova diam di tempat dan tidak menjawab.Nova tahu apa yang Brian maksud adalah dirinya menampar Yasmin di studio syuting."Aku nggak mau dianiaya begitu saja. Jadi, Pak Brian mau menuntut pertanggungjawabanku demi Nona Yasmin?"Brian menatap Nova selama sesaat, lalu mematikan rokok.Brian berkata, "Sini.""Pak Brian, langsung katakan saja."Brian menatap lurus pada Nova.Nova tidak punya
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo