Begitu turun, dia langsung merangkul lengan Brian.Nova mengalihkan pandangan dan berjalan menuju studio.Namun, dia dipanggil saat tiba di pintu masuk."Bu Nova."Yasmin menggandeng tangan Brian. Nova tidak bisa melihat ekspresi wajahnya yang ganas dengan jelas, tetapi bisa merasakan dia tersenyum dengan gembira."Maaf, tadi aku mengusir kamu turun dari mobil."Katanya meminta maaf, malah sengaja mengulangi kejadian Nova diusir dari mobil.Semua orang yang lalu lalang di studio mendengarkannya.Pandangan orang-orang di sekitarnya terpaku pada tubuh Nova.Nova tergolong karyawan senior di perusahaan. Mulai dari awal pendirian sudah mengikuti Brian.Brian juga sangat menyayanginya.Meskipun sempat terjadi kontroversi pengunduran diri, bukankah terakhir juga tidak jadi?Benar-benar tiada orang yang berani memperlakukannya seperti ini di perusahaan.Kecuali Yasmin.Saat ini, begitu mengungkapkannya, seperti telah memastikan tebakan semua orang sebelumnya.Hubungan antara Yasmin dan Brian
Seketika, wajah Yasmin menjadi masam."Nova, kamu benaran pikiran dia sudah jadi milikmu karena kamu berada di sisinya selama beberapa tahun? Dia nggak pernah umumkan sudah pacaran. Kamu benar-benar nggak tahu diri."Hati Nova perih mendengarnya.Nova tentu tahu.Namun, Nova tidak ingin menunjukkan kelemahan sedikit pun di depan Yasmin."Dia bukan milikku, juga bukan milikmu!"Terbersit kebengisan di wajah Yasmin karena ucapan itu."Nova, jangan senang dulu. Cepat atau lambat, Brian akan jadi milikku. Kali ini, aku pulang untuk bahas masalah pernikahan dengan Brian. Jangan jadi pelakor seperti ibumu! Kalian benar-benar menjijikkan!"Nova tidak tahan lagi dan langsung menampar Yasmin."Nova!"Detik berikutnya, suara Brian datang dari arah belakang.Tangan Nova pun gemetar.Tubuh Nova membeku, bahkan tidak berani menoleh ke belakang."Apa yang kamu lakukan?" tanya Brian dengan suara dingin.Nova menoleh pada Brian dan menjawab, "Sedang tampar orang, Pak Brian nggak bisa lihat?""Kenapa k
Nova tertawa."Sebagai tokoh publik, lebih harus lagi untuk cari tahu kebenarannya. Dengan begitu, siapa yang bisa memfitnah Nona Yasmin?"Kemenangan dari pertempuran antar dua wanita itu bukanlah kebenaran, melainkan sikap Brian.Saat ini, Nova kalah telak.Nova tahu tidak ada artinya untuk menuntut kebenaran.Selama Brian yakin dia salah, walaupun kebenaran sudah terpapar di depan mata, Brian tidak akan mengakui kebenaran tersebut.Namun, Nova ingin mencoba membuat Brian mengetahui kebenaran."Nggak perlu lihat. Bu Nova, aku sudah memaafkanmu. Kamu mau apa lagi?" sangkal Yasmin dengan panik.Nova menatap Yasmin seraya bertanya, "Kenapa nggak perlu? Nanti Nona Yasmin bisa dirugikan, 'kan?"Tatapan Brian yang berdiri di samping mereka menjadi suram."Bu Nova, sebentar lagi sudah syuting. Kamu yakin mau menunda waktu semua orang?"Keberpihakan Brian sangat jelas.Seketika, Nova kehilangan semangat tempur."Maaf."Satu kata itu menghabiskan seluruh tenaga Nova.Setelah itu, Nova berbalik
Nova menelan kembali perkataan yang hendak diucapkan.Nova mengenal sifat Brian dengan sangat baik.Implikasinya adalah Brian harus bertemu dengan Nova hari itu.Nova tidak ingin mencari masalah untuk diri sendiri."Aku akan segera pulang."Sekretaris umum tersenyum seraya menambahkan, "Bergegaslah."Saat Nova tiba di rumah, Brian baru selesai mandi.Jubah mandi yang lebar sama sekali tidak dapat menutupi postur tubuh Brian yang sempurna.Brian duduk di sofa dan menyalakan sebatang rokok, menatap Nova melalui asap rokok.Sesaat kemudian, Brian tersenyum."Aku nggak tahu ternyata Bu Nova begitu hebat."Nova diam di tempat dan tidak menjawab.Nova tahu apa yang Brian maksud adalah dirinya menampar Yasmin di studio syuting."Aku nggak mau dianiaya begitu saja. Jadi, Pak Brian mau menuntut pertanggungjawabanku demi Nona Yasmin?"Brian menatap Nova selama sesaat, lalu mematikan rokok.Brian berkata, "Sini.""Pak Brian, langsung katakan saja."Brian menatap lurus pada Nova.Nova tidak punya
Mereka akan melempar batu dan lumpur pada Nova, serta kadang-kadang melempar tikus, cicak dan ular.Suatu kali, Nova tidak tahan lagi dan memukul Yasmin.Colton langsung datang ke rumah dan mencambuk Nova menggunakan ikat pinggang.Nova menangis seraya menceritakan perbuatan Yasmin.Jawaban Colton masih melekat dalam ingatan Nova sampai sekarang."Sekalipun dia pukul kamu sampai mati, kamu tetap harus terima!"Adegan yang serupa kembali terjadi di depan Nova.Ucapan Brian jauh lebih menyakitkan bagi Nova daripada ucapan Colton.Nova menekan kegetiran dalam hatinya dan bertanya, "Kenapa?"Mengapa dia harus menghindar dari Yasmin?Mengapa dia harus menghindar dari Yasmin?Dia bukan pelakor dan tidak melakukan hal tercela. Mengapa dia harus menghindar?Brian menatap Nova dan menjawab, "Karena dia Yasmin, sedangkan kamu Nova."Ucapan itu bagaikan pisau yang menikam hati Nova.Nova memaksa diri untuk tersenyum pada Brian."Kalau aku nggak mau?"Tatapan Brian pada Nova menjadi suram. "Bu Nov
Nova menenangkan diri dan menatap Brian."Sakit maag." Nova membasuh wajah dengan ekspresi natural.Brian memandang Nova tanpa berbicara.Entah berapa lama kemudian, Brian berbalik badan dan pergi.Baru setelah Brian pergi, Nova menghela napas lega.Nova keluar dari kamar mandi, mengambil obat, lalu masuk ke kamar.Nova minum semua obat yang diberikan oleh Nabila.Pas ketika Nova minum obat terakhir, Brian masuk ke kamar.Melihat botol obat di lemari samping meja, Brian memasukkan satu tangan ke saku celana dan berjalan ke sana.Brian mengambil botol obat itu dan membacanya."Obat dari mana?""Dari rumah sakit.""Kapan?"Nova terdiam sejenak, lalu menjawab, "Waktu masuk rumah sakit malam itu."Brian memicingkan mata seraya bertanya, "Kenapa aku nggak tahu kamu sakit maag? Parah sekali kali ini."Nova tersenyum. "Sudah dari lama, mungkin nggak Pak Brian perhatikan.Brian menaruh perhatian pada Nova, tetapi hanya tentang melakukan hubungan intim.Brian sepertinya tidak pernah memperhatik
Begitu mendekat, Brian merangkul pinggang Nova.Brian meletakkan dagu ke bahu Nova dan mengembuskan napas hangat berbau alkohol."Kenapa kamu datang?"Tubuh Nova menegang. "Aku kira Pak Brian benaran mabuk."Brian mencibir. "Kapan kamu lihat aku mabuk?"Nova terdiam.Ya, kapan Brian pernah mabuk?Brian sangat berwaspada dan disiplin.Brian menolak terjadi hal-hal di luar kendali, tentu tidak akan membiarkan dirinya mabuk.Dulu, ada banyak kegiatan sosialisasi.Brian tidak pernah minum bir sampai mabuk."Maaf."Nova hanya bisa meminta maaf.Brian bermalas-malasan saat menjawab, "Nggak perlu minta maaf. Aku hanya penasaran, apa Bu Nova akan datang karena ditelepon siapa pun malam ini?"Nova terdiam sejenak. "Kalau ada kaitan dengan Pak Brian, aku pasti datang."Brian berkomentar acuh tak acuh."Dasar bodoh."Kemudian, Brian bersandar ke sisi lain.Nova merenung sejenak.Ucapan Brian lebih seperti menyindir.Brian benar-benar berpikir Nova itu bodoh."Bu Nova, ayo main."Nova menolak.Aka
Semua orang menyanggupi perkataan Brian.Mereka berpikir Brian sedang mengeyel.Hanya Nova yang tahu bahwa Brian benar-benar tidak peduli.Brian tidak peduli apakah Nova akan dicium.Brian hanya peduli apakah barang miliknya akan disentuh oleh orang lain.Nova menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri.Permainan dilanjutkan.Kali ini, Nova tidak lagi beruntung.Dikarenakan tantangan Melvin yang canggung itu, Nova memilih jujur.Simon mencibir dan mengajukan pertanyaan."Apa Bu Nova suka seseorang? Kalau ada, sudah berapa lama?"Mendengarnya, semua orang memusatkan perhatian pada Brian.Brian mengangkat alis, seperti tertarik pada pertanyaan itu.Nova terdiam sejenak."Ada."Seketika, semua orang menjadi semangat.Brian memicingkan mata.Simon melirik kakaknya, lalu tersenyum seraya bertanya, "Sudah berapa tahun?"Sudah berapa tahun?Nova tidak ingat.Jika dihitung sejak pertemuan kembali di umur 17 tahun, mungkin sudah 10 tahun."Sepuluh tahun."Semua orang bersorak lagi.Hanya Si