Nova menenangkan diri dan menatap Brian."Sakit maag." Nova membasuh wajah dengan ekspresi natural.Brian memandang Nova tanpa berbicara.Entah berapa lama kemudian, Brian berbalik badan dan pergi.Baru setelah Brian pergi, Nova menghela napas lega.Nova keluar dari kamar mandi, mengambil obat, lalu masuk ke kamar.Nova minum semua obat yang diberikan oleh Nabila.Pas ketika Nova minum obat terakhir, Brian masuk ke kamar.Melihat botol obat di lemari samping meja, Brian memasukkan satu tangan ke saku celana dan berjalan ke sana.Brian mengambil botol obat itu dan membacanya."Obat dari mana?""Dari rumah sakit.""Kapan?"Nova terdiam sejenak, lalu menjawab, "Waktu masuk rumah sakit malam itu."Brian memicingkan mata seraya bertanya, "Kenapa aku nggak tahu kamu sakit maag? Parah sekali kali ini."Nova tersenyum. "Sudah dari lama, mungkin nggak Pak Brian perhatikan.Brian menaruh perhatian pada Nova, tetapi hanya tentang melakukan hubungan intim.Brian sepertinya tidak pernah memperhatik
Begitu mendekat, Brian merangkul pinggang Nova.Brian meletakkan dagu ke bahu Nova dan mengembuskan napas hangat berbau alkohol."Kenapa kamu datang?"Tubuh Nova menegang. "Aku kira Pak Brian benaran mabuk."Brian mencibir. "Kapan kamu lihat aku mabuk?"Nova terdiam.Ya, kapan Brian pernah mabuk?Brian sangat berwaspada dan disiplin.Brian menolak terjadi hal-hal di luar kendali, tentu tidak akan membiarkan dirinya mabuk.Dulu, ada banyak kegiatan sosialisasi.Brian tidak pernah minum bir sampai mabuk."Maaf."Nova hanya bisa meminta maaf.Brian bermalas-malasan saat menjawab, "Nggak perlu minta maaf. Aku hanya penasaran, apa Bu Nova akan datang karena ditelepon siapa pun malam ini?"Nova terdiam sejenak. "Kalau ada kaitan dengan Pak Brian, aku pasti datang."Brian berkomentar acuh tak acuh."Dasar bodoh."Kemudian, Brian bersandar ke sisi lain.Nova merenung sejenak.Ucapan Brian lebih seperti menyindir.Brian benar-benar berpikir Nova itu bodoh."Bu Nova, ayo main."Nova menolak.Aka
Semua orang menyanggupi perkataan Brian.Mereka berpikir Brian sedang mengeyel.Hanya Nova yang tahu bahwa Brian benar-benar tidak peduli.Brian tidak peduli apakah Nova akan dicium.Brian hanya peduli apakah barang miliknya akan disentuh oleh orang lain.Nova menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri.Permainan dilanjutkan.Kali ini, Nova tidak lagi beruntung.Dikarenakan tantangan Melvin yang canggung itu, Nova memilih jujur.Simon mencibir dan mengajukan pertanyaan."Apa Bu Nova suka seseorang? Kalau ada, sudah berapa lama?"Mendengarnya, semua orang memusatkan perhatian pada Brian.Brian mengangkat alis, seperti tertarik pada pertanyaan itu.Nova terdiam sejenak."Ada."Seketika, semua orang menjadi semangat.Brian memicingkan mata.Simon melirik kakaknya, lalu tersenyum seraya bertanya, "Sudah berapa tahun?"Sudah berapa tahun?Nova tidak ingat.Jika dihitung sejak pertemuan kembali di umur 17 tahun, mungkin sudah 10 tahun."Sepuluh tahun."Semua orang bersorak lagi.Hanya Si
Pria seperti apakah yang disukai oleh Nova selama 10 tahun?Sepuluh tahun.Sekarang, Nova baru berusia 27 tahun.Nova telah menyukai seorang pria selama 10 tahun.Mungkin pria itulah yang dipikirkan Nova saat melakukan hubungan intim dengannya.Pikiran itu membuat Brian marah."Sepuluh tahun, kamu sudah suka dia dari umur 17 tahun?"Tubuh Nova menegang, tetapi segera kembali normal."Benar.""Kenapa nggak pacaran?"Nova terdiam sejenak. "Dia nggak suka aku."Brian menyeringai sinis. "Ternyata begitu.""Kalau dia suka kamu suatu hari?"Nova tertawa. "Nggak mungkin, dia suka wanita lain."Brian melirik Nova seraya bertanya, "Bu Nova memang budak cinta. Dia suka wanita lain, tapi kamu masih suka dia?"Nova tersenyum. "Ya, rasa suka dan cinta memang di luar kendali."Wajah Brian sedingin es."Berhenti."Brian berkata tiba-tiba.Nova bergegas memutar kemudi dan memberhentikan mobil di pinggiran jalan."Pak Brian, ada apa?"Brian memegang dagu Nova dan menciumnya.Nova terkejut dan secara re
Saat Nova keluar dari toilet, seorang karyawan magang dari Divisi Pemasaran bergegas berlari ke arahnya."Bu Nova, gawat, Kak Cindy berkelahi."Nova mengernyit."Apa yang terjadi?"Karyawan magang itu ragu sejenak. "Sepertinya ada yang menggosipi Bu Nova. Kak Cindy nggak senang dan berdebat dengan mereka. Lalu, mereka bertengkar dan berkelahi.""Di mana mereka?""Dipanggil ke kantor Pak Brian."Nova menarik napas dalam-dalam, lalu pergi ke lantai atas.Di depan kantor CEO, sekretaris umum sedang menunggu Nova."Bu Nova."Nova mengangguk. "Bagaimana mereka?"Sekretaris umum menjawab seraya menatap Nova, "Mungkin akan kehilangan jabatan."Nova terkejut.Cindy telah bekerja di bawah pimpinan Nova selama tiga tahun sejak Nova masuk kerja.Nova mengetahui kondisi keluarga Cindy.Ibu Cindy sering sakit. Cindy juga memiliki satu adik laki-laki dan adik perempuan.Nova benar-benar merasa sangat bersalah jika Cindy dipecat karena membelanya.Nova merapatkan bibirnya. "Bagaimana suasana hati Pak
Nova tersenyum tak berdaya. "Jangan, nggak perlu mengabdi padaku. Ke depannya, jangan bertindak dengan gegabah."Cindy berkata dengan cemberut, "Tapi ucapan mereka sangat ketus."Nova tersenyum. "Nggak masalah, itu nggak bisa menyakitiku."Cindy merasa sedih untuk Nova. "Nggak boleh mereka mengataimu seperti itu! Apalagi Yasmin benar-benar bukan orang baik, tapi tukang pura-pura. Aku jijik melihatnya. Nggak tahu apa yang rusak dengan mata Pak Brian."Nova menasihati, "Hati-hati. Kalau Pak Brian dengar, aku nggak bisa selamatkan kamu."Cindy langsung diam. Sesaat kemudian, Cindy berseru kaget, "Kak Nova, kamu panas dalam? Bibirmu pecah-pecah."Nova merapatkan bibirnya yang baru saja digigit oleh Brian.Kemudian, Nova menjawab dengan ekspresi kosong, "Ya, lagi panas dalam."...Menjelang jam pulang kerja, Nova ditelepon Nabila.Mereka sepakat untuk bertemu di kedai kue.Saat Nova sampai, Nabila sedang memegang segelas teh susu.Melihat Nova datang, Nabila langsung memberikan segelas air
Jika tidak ada kegiatan sosialisasi, Nova selalu memasak untuk Brian di rumah.Brian sangat pemilih terhadap bahan makanan.Jika tidak ada kegiatan sosialisasi, Brian tidak akan makan di luar.Saat bersama Brian, Nova telah mengerahkan banyak usaha untuk memuaskan Brian.Nova bahkan bergembira untuk waktu yang lama karena komentar "lumayan enak" dari Brian.Seluruh masa muda ....Seluruh uji coba ....Seluruh usaha ....Semuanya diberikan pada Brian.Serta rasa cinta.Saat itu, Nova dengan segenap hati ingin memasak masakan yang disukai Brian. Sekarang, semua itu terasa begitu jauh."Kenapa?"Begitu menutup telepon, ekspresi Nova menjadi masam."Aku harus pulang."Nova sangat membutuhkan uang.Nova benar-benar membutuhkan uang dari Brian.Biaya pengobatan Ibu bagaikan lubang tak berdasar.Dulu, Nova tidak menginginkan janin dalam kandungannya.Sekarang, Nova ingin melahirkan janin tersebut sehingga membutuhkan banyak uang untuk perlindungan.Setelah berpisah dengan Nabila, Nova pergi k
Mungkin perasaan ibu hamil memang tak terkendali.Entah berapa lama kemudian, sepasang sepatu kulit muncul dalam pandangan Nova.Nova tidak mendongakkan kepala.Nova tidak ingin Brian melihat tampangnya saat ini.Brian berdiri di depan Nova tanpa bersuara, melihat Nova memberi makan anjing dan kucing.Setelah anjing dan kucing bubar karena sudah makan, Brian berbicara."Bangun."Suara Brian rendah dan nadanya agak kesal.Sepertinya Brian sedang marah.Apakah Brian marah karena Yasmin?Setelah kembali tenang, Nova mendongak dan menatap Brian."Sudah pulang?"Brian memicingkan mata saat menatap Nova. "Kamu menangis?"Nova tersenyum. "Nggak, kemasukan serangga tadi."Brian tidak begitu peduli, mungkin hanya sekadar bertanya.Brian mengangguk, lalu berkata, "Sudah selesai? Kalau sudah, ayo masuk.""Aku mau tinggal di bawah sebentar lagi."Brian melirik Nova seraya bertanya, "Kamu sedang ngambek?"Nova tersenyum. "Nggak. Pak Brian, tenang saja, aku tahu diri.""Baguslah. Bu Nova, jangan lak