"Aku nggak mau pergi." Nova menundukkan kepalanya sambil mengaduk kopinya, dia sama sekali tidak tertarik dengan pesta ulang tahun ini.Untuk apa pergi ke sana?Mau menonton Brian dan Yasmin saling menebar kemesraan?Atau menyaksikan mereka akhirnya menikah dan menjalin rumah tangga?Simon tidak banyak bicara.Berita hiburan diputar di TV yang tergantung di kafe."Pemimpin Keluarga Frank sekali lagi menemani cinta pertamanya menghadiri sebuah acara secara terang-terangan. Keduanya mengenakan pakaian pasangan dan saling memandang dengan manis. Mungkin hubungan mereka akan beranjak ke jenjang berikutnya?"Nova mengangkat kepalanya dan kebetulan melihat foto-foto itu disiarkan di TV.Dalam foto tersebut, Yasmin mengenakan gaun panjang berwarna hitam, berdiri di samping Brian yang mengenakan setelan jas hitam.Keduanya ada yang mengangkat kepalanya dan menunduk. Memang seperti yang diberitakan, bahkan saling memandang pun terasa manis.Nova hanya melihat sekali dan kemudian menarik lagi pa
Melvin merasa agak canggung.Dia baru saja selesai bertanya pada Nova, lalu Brian tiba-tiba datang.Rasanya seperti tertangkap basah.Namun, Brian seharusnya tahu bahwa dia tertarik pada Nova.Hanya saja dulu tidak pernah menjelaskannya, karena dia tahu Brian akan segera bertunangan, jadi saat ini dirinya memberanikan diri untuk mengatakan ini.Namun, lihatlah sikap Brian sekarang.Mungkin setelah Brian bertunangan, pria itu tetap tidak akan melepaskan Nova dengan begitu mudah.Melvin merasa agak menyesal, tapi hanya bisa tertawa tak berdaya.Dia masih belum bisa melawan Brian."Brian sudah datang? Kalau begitu aku pergi dulu."Setelah mengatakan itu, Melvin berdiri.Mata Brian melihat ke dirinya dan tertuju pada Nova."Pak Melvin mau pergi, apa Bu Nova nggak mau bilang sesuatu dulu?"Bibir Nova menegang. Setelah beberapa saat, Nova menoleh ke arah Melvin dan berkata, "Selamat tinggal, Pak Melvin."Melvin mengangguk dan memandang Brian. "Brian, sampai jumpa lagi."Brian tidak berkata a
Nova mengalihkan pandangannya ke luar jendela.Jalanan saat hari libur agak macet.Pinggir jalan penuh dengan pasangan yang berpegangan tangan.Ponsel Brian tiba-tiba berdering.Nada dering ini merupakan nada dering eksklusif untuk Yasmin.Brian sedikit mengerutkan kening dan mengangkat telepon."Brian, kenapa kamu belum datang? Semua orang sudah menunggumu."Brian langsung menjawab, "Aku nggak pergi."Setelah mengatakan itu, Brian menutup telepon.Bibir Nova bergerak dua kali. "Maaf sudah menunda kencanmu."Brian memandangnya dan mencibir. "Ya sama-sama, bukankah aku juga mengganggu kencan Bu Nova?"Nova meliriknya dan tidak berkata apa-apa.Setelah melewati ruas jalan yang padat, Brian melaju sangat kencang.Sesaat kemudian, mobil berhenti di gedung apartemen.Nova ingin membuka pintu dan keluar dari mobil.Brian tiba-tiba menekan tombol kunci.Brian melepas dasinya dan berkata, "Jangan terburu-buru keluar dari mobil."Setelah mengatakan itu, Brian mengulurkan tangan dan memeluk Nova
Brian memandangnya dengan serius.Wajah Nova yang bersih dan cantik masih tersenyum.Brian pernah bilang bahwa dirinya suka melihat Nova saat tersenyum.Namun, senyuman Nova sekarang ini sangat tidak enak dipandang.Brian mencibir. "Kamu benar-benar ingin meninggalkanku?"Nova hanya menatapnya dan tidak menjawab.Namun, jawabannya sangat jelas.Tangan Brian di dagunya tiba-tiba menegang."Nova, aku sudah bilang, kalau aku nggak setuju, jangan pikir kamu bisa pergi dariku. Aku harap kamu akan selalu mengingat hal ini!"Setelah mengatakan itu, dia melepaskan Nova lalu segera keluar.Nova tersenyum pahit, pergi mandi dan berbaring.Keesokan harinya.Nabila takut suasana hati Nova akan buruk, jadi sengaja mengambil cuti khusus untuk menghabiskan waktu bersama Nova.Sebenarnya, Nova merasa dirinya baik-baik saja, tapi tetap tidak menolak niat baik dari Nabila.Keduanya pergi jalan-jalan pagi-pagi sekali.Kali ini mereka jalan-jalan, tapi Nabila terus mengamati ekspresi Nova.Nova tahu bahwa
Nova mengerutkan kening. Hampir seketika, Nova mengerti ke mana Simon membawanya."Simon, aku nggak mau pergi."Simon mengerutkan kening dan berkata, "Bu Nova, aku nggak akan mengajak kamu ke pesta itu. Aku benar-benar mengajak kamu bermain di Klub Royal."Nova tidak tahu apa yang akan dilakukan Simon, dirinya benar-benar tidak tertarik dan tidak suka hal ini.Begitu melihat ini, Simon merasa sedikit cemas."Bu Nova, aku benar-benar nggak akan menyakitimu, percayalah padaku sekali saja, oke?"Nova memandang Simon dan akhirnya menyerah.Bagaimanapun, Simon adalah orang yang paling menjaganya selama ini.Nova memakai riasan sederhana dan memakai gaun.Meski hanya gaun sederhana, Simon tetap terpana.Simon pun mendecakkan lidahnya.Dengan wanita seperti Bu Nova di sisinya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana kakaknya masih ingin melihat Yasmin.Bukankah Nova jauh lebih cantik dari Yasmin?"Ayo pergi."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengikuti.Simon memang membawanya ke Klub Royal.Na
Mendengar suara Brian, langkah kaki Nova tiba-tiba terhenti.Namun, Nova hanya berhenti sejenak, lalu keluar lagi.Nova tidak ingin di sini lagi.Meskipun dia juga tahu akan memalukan untuk pergi saat ini.Kepergiannya ini membuatnya semakin jelas bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk berada di ruangan pribadi ini.Namun, dia benar-benar sedang tidak berminat untuk tinggal di sini bersama sekelompok orang seperti itu.Stephen tidak menyukainya dan dia tidak terlalu memikirkan Stephen.Oleh karena itu, sebenarnya tidak perlu berada di sini untuk membuat dirinya semakin tidak nyaman.Adapun Brian ....Nova tersenyum pahit, cinta pertamanya ada di sisinya, haruskah Nova berada di sini sebagai simpanan?Nova menegakkan punggungnya dan berjalan keluar tanpa ragu-ragu.Melihat dia masih akan pergi, raut wajah Brian langsung menjadi suram.Begitu melihat ini, Simon bergegas dan meraih Nova."Bu Nova sudah datang ke sini, tolong jangan pergi."Nova tertawa. "Maaf, Simon, aku sangat nggak suka
"Tunggu di dalam mobil saja."Nova tidak berkata apa-apa lagi dan langsung masuk ke mobil.Brian mengeluarkan saputangan dari saku jaketnya dan menyerahkannya pada Yasmin.Yasmin menolak untuk menerimanya.Brian menghela napas tak berdaya dan mengangkat tangannya untuk membantunya menghapus air matanya sedikit demi sedikit.Nova hanya bisa tersenyum pahit saat melihat pemandangan ini sambil duduk di dalam mobil.Dia seharusnya tidak datang hari ini.Nova menunduk dan berhenti melihat pemandangan di luar.Setelah beberapa saat, Brian akhirnya membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.Dia melirik Nova dan berkata dengan nada mengejek."Bu Nova benar-benar hebat."Nova tahu bahwa yang Brian maksud adalah saat dirinya berjalan menuju Melvin di depannya.Namun, dia tidak perlu menjelaskan apa pun.Dia benar-benar tidak ingin duduk di sebelah Brian saat itu.Nova menunduk dan tidak membantah, hanya berkata, "Seharusnya aku nggak datang."Brian langsung mengerutkan kening."Kenapa? Kamu merasa
Ketika Nova bangun keesokan harinya, Brian sudah mengikat dasinya.Brian berdiri rapi di samping tempat tidur. "Kalau capek, ambil cuti sehari."Brian menyiksanya terlalu keras tadi malam dan tidak membiarkannya istirahat sampai pagi hari.Nova menggelengkan kepalanya sambil duduk, masih banyak hal yang harus dilakukan di perusahaan.Brian mengangkat alisnya dan berkata, "Kalau begitu kamu mau ikut aku?"Nova masih menolak. "Nggak, aku akan naik bus."Brian hanya berpura-pura tidak mendengar penolakannya dan bersandar di pintu untuk menunggunya.Nova meliriknya dan tidak berkata apa-apa.Saat berganti pakaian, jari-jarinya berhenti sebentar.Nova mengeluarkan sebuah kotak dari laci.Di dalamnya ada untaian gelang manik-manik yang berfungsi untuk meminta perlindungan.Dia awalnya berencana memberi Brian hadiah ulang tahun.Namun, saat Brian bertanya kemarin, dia tiba-tiba teringat setelan jas itu.Dalam sekejap, Nova tidak ingin memberikan hadiah ini.Nova tidak ingin memberikan hatinya
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo