Dia memang tidak menduduki bobot di hati Brian.Entah berapa lama kemudian, barulah dia mengangguk."Baiklah, aku mengerti."Usai berbicara, dia berdiri dengan terhuyung-huyung, lalu masuk ke kamar tidur.Baru saja mengambil langkah, kakinya tiba-tiba menjadi lemas.Brian segera memapahnya.Tangan Brian meraba dahinya.Dia tiba-tiba mengerutkan kening."Kenapa demam lagi?"Nova juga tidak tahu kenapa dirinya bisa demam.Dulu kondisi tubuhnya tidak seperti ini.Sekarang setiap kehujanan, dia akan mengalami demam.Brian ingin menggendong dia keluar.Nova malah teringat hal di mana dia dicegat dan dimarahi di depan pintu rumah sakit oleh penggemar Yasmin.Situasinya tetap berada di ujung tombak seperti hari ini."Aku nggak mau ke rumah sakit."Dia mencengkeram lengan Brian dengan tatapan yang penuh penolakan.Brian agak memejamkan mata karena juga teringat sesuatu.Dia tidak lagi bersikeras, melainkan menggendong Nova ke dalam kamar."Coba minum obat dulu, kalau nggak berefek, baru aku pa
Akun resmi mereka baru saja mengunggah sebuah artikel pada 2 menit yang lalu.Permata Ivy: "Untuk sekarang bos kami masih lajang. Terima kasih atas perhatian kalian terhadap kehidupan cinta bos kami, tapi semoga semuanya lebih mencurahkan perhatian ke produk kami. Nona @YasminShaw, semoga kelak bisa bekerja sama dengan menyenangkan."Nabila meneleponnya lagi.Nova mengangkat panggilan dan mendengar suara yang antusias dari Nabila."Waduh, Nova, aku membatalkan kutukanku sebelumnya terhadap Brian. Unggahan ini benar-benar sudah mempermalukan Yasmin! Sebelumnya Yasmin masih mengatakan nggak ada orang yang bisa merusak hubungan mereka, selanjutnya Brian langsung menjadi lajang. Sekarang aku benar-benar mau melihat bagaimana ekspresi Yasmin!"Dalam hati Nova merasa sangat kacau balau saat melihat pesan ini.Namun, dia juga harus mengakui bahwa tindakan ini adalah yang terbaik.Meskipun Yasmin mengunggah di Twitter, juga tidak menegaskan bahwa mereka adalah pasangan, hubungannya baik, juga
Nova memejamkan mata, tetapi tak kunjung tertidur.Napas hangat pria menerpa tepi telinganya dan membuat dia merasa sangat gatal.Dia agak bergerak, tetapi Brian tiba-tiba membalikkan badan dan menimpa Nova. Brian membuka bibirnya secara paksa, lalu mencium secara mendalam.Nova secara turut membiarkan dia menciumnya.Entah berapa lama Brian menciumnya, barulah melepaskan tangan secara tidak puas.Tatapan Brian sangat mendalam. Jari tangan yang panjang mengelus bibirnya berkali-kali."Apa kamu hari ini bertemu dengan Melvin?"Nova tidak sangka dia tiba-tiba menanyakan hal ini, tetapi dia juga tiada yang perlu dirahasiakan darinya.Dia mengangguk. "Ya.""Kalian bertemu di mana? Apa yang kalian lakukan setelah bertemu? Nova, jangan bohong padaku, aku bakal mengecek kebenarannya."Nova tersenyum pahit. "Pak Brian, kalau kamu bakal mengeceknya, kenapa masih bertanya padaku?"Brian tersenyum. "Aku mesti bertanya. Kalau nggak, aku bakal terlihat seperti nggak percaya sama Bu Nova."Nova meng
Brian meraba dahinya."Kalau demam sudah reda, pergilah makan sesuatu."Usai berbicara, Brian langsung masuk ke kamar tidur.Nova menarik napas dalam-dalam, lalu menyingkirkan segala emosi dan pergi mandi.Setelah keluar dari kamar mandi, Brian sudah menyiapkan makanannya.Bubur kacang merah.Brian menatapnya. "Coba cicipi! Ini pertama kali aku memasaknya, nggak tahu enak atau nggak."Nova tertegun, lalu menyunggingkan ekspresi terkejut.Dia tidak sangka ternyata Brian bisa memasak.Mereka berdua sudah bersama selama 3 tahun, ini pertama kali Brian memasak.Dia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana penampilan pria ini saat berada di dapur.Brian lihat Nova tak kunjung bergerak, sehingga mengerutkan kening."Kenapa? Nggak suka?"Nova menggelengkan kepala. Sebenarnya dia lumayan suka makan bubur kacang merah.Saat dia sakit pada masa kecil, Susy sering memasak untuknya.Tidak sangka saat bangun pada hari ini, ternyata Brian juga memasak untuknya.Ternyata dia seketika tidak bisa menje
Yasmin merasa makin sedih. "Brian, kamu menyukainya, 'kan?"Brian agak mengerutkan kening. "Kamu terlalu banyak pikir."...Nova istirahat 2 hari di rumah, lalu kembali ke perusahaan.Dia baru saja keluar dari lift, Cindy bergegas menghampirinya."Bos, apa kamu baik-baik saja?"Nova mengangguk. "Lumayan baik. Maaf, aku sudah membuatmu khawatir."Cindy merangkul lengannya dengan erat."Selama ini aku takut kamu bakal bunuh diri. Bukannya banyak orang yang mengalami depresi dan bunuh diri setelah mengalami penindasan online?"Nova tertawa karena kata-katanya, sehingga mengangkat kepala untuk memijat kepalanya."Mentalku nggak begitu lemah."Cindy melirik ke sekeliling."Sebenarnya kamu nggak tahu. Saat itu aku sedang pikir bahwa alangkah baiknya kalau kamu benar-benar ada hubungan sama Pak Brian. Dengan begitu, dapat langsung membuat Yasmin murka setengah mati."Bibir Nova bergerak. "Kamu terlalu banyak pikir, Pak Brian nggak bakal menyukaiku."Cindy mengerutkan bibir dan berkata, "Aku d
Awalnya hanya terjadi konflik finansial di perusahaan Stephen.Dia memang sangat sibuk.Situasi itu juga tidak membuatnya kewalahan.Namun, sejak Brian memberi peringatan padanya untuk berwaspada rapat komisaris di perusahaan.Setelah pulang, dia membenahi seluruh komisaris perusahaan.Tentu saja, jelang proses ini, dia telah menyinggung banyak orang.Sampai beberapa hari yang lalu, baru dia menyadari bahwa komisaris perusahaannya sama sekali tidak bermasalah.Sementara konflik finansial dia sebelumnya juga karena didalangi oleh Brian.Hanya dengan beberapa kata, Brian telah mempermainkannya seperti ini.Sementara alasan Brian berbuat seperti ini hanya karena Nova.Dia benar-benar tidak bisa sabar dalam hal ini.Sebab itulah dia datang ke sini hari ini.Brian saja tidak berani berbuat apa-apa, apalagi di kantor Nova!Nova tertegun. Dia tidak sangka ternyata Brian bertindak pada Stephen.Bibir Nova agak pucat dan dalam hatinya kacau-balau.Namun, hanya dalam waktu sesaat, suasana hatiny
Dia tiba-tiba berbisik di tepi telinga Nova,"Aku tebak kalau aku merebutmu, Brian bakal membunuhmu atau membunuhku?"Raut wajah Nova sontak menjadi pucat."Aku nggak tahu apa Brian bakal membunuhmu atau membunuhku, yang pastinya Brian nggak bakal membuatmu hidup tenang. Mungkin Pak Stephen lebih mengerti kepribadian Brian. Apa dia bakal memperbolehkan wanitanya disentuh pria lain?"Stephen tiba-tiba tersenyum. "Apa kamu termasuk wanitanya? Kamu hanyalah sebuah mainan baginya."Nova berkata dengan kaku, "Meskipun begitu, dia tetap bakal bertindak padamu, 'kan?"Stephen tiba-tiba menyipitkan mata.Nova langsung mendorong dia, lalu membuka pintu."Pak Stephen, selamat tinggal!"Stephen mesti mengakui bahwa sekarang dia benar-benar tidak berani menyentuh Nova.Sebab, pengajaran yang Brian berikan padanya terlalu menyakitkan.Meskipun hanya dua bulan, mungkin perusahaannya tidak bisa bangkit kembali dalam waktu 2 tahun!Namun, dia juga merasa enggan. Meskipun pulang, dia juga ingin menyera
Kelopak mata Nova bergetar saat mendengarkan tuturan Brian.Dia mengepalkan tangan dan berusaha agar dirinya mengabaikan emosi yang tidak pantas ini.Setelah terdiam dalam waktu lama, dia bertanya, "Kenapa? Bukannya Anda nggak pernah peduli?"Brian menatap Nova dengan diam. Entah berapa lama kemudian, barulah berkata dengan ekspresi datar.Ekspresi pria sangat dingin, bahkan diserta sedikit kemuraman."Aku nggak peduli, tapi aku juga nggak memperbolehkan orang lain mendambakan wanitaku, bahkan menyentuhnya."Nova tertawa.Ternyata begitu.Memang seharusnya seperti itu.Dia akan bertindak kasar hanya karena wanita miliknya didambakan orang lain.Bukan karena dia.Dengan kata lain, meskipun orang lain hanya mendambakan kucing atau anjing peliharaannya, Brian juga bakal berbuat seperti itu.Nova berusaha keras untuk mempertahankan ekspresi tenang.Dia agak mengerutkan bibir. "Baik, aku mengerti."Brian menatapnya. "Memang Bu Nova merasa gara-gara apa aku bertindak?"Nova menarik napas dal
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo