Yasmin berdiri di depan pintu sambil membawa beberapa kantong belanjaan.Dia tersenyum saat melihat Nova."Bu Nova, aku datang untuk memberi barang pada Brian, kamu nggak keberatan, 'kan?"Nova meliriknya sekilas, lalu tersenyum dingin dan kembali berjalan masuk ke dalam.Bagaimana mungkin dia keberatan?Nova mengetuk pintu dua kali setelah tiba di depan ruang kerja. "Pak Brian, Nona Yasmin sudah datang."Brian sedang melihat sebuah dokumen dan mendongak setelah mendengar ucapannya, tatapannya terlihat sedikit aneh.Dia berkata setelah beberapa saat berlalu, "Suruh dia datang ke ruang kerja."Yasmin berdiri di ruang tamu dan ekspresinya terlihat sangat buruk.Bibir Nova yang memerah dan bengkak terlihat sangat jelas.Bahkan masih belum mereda sepenuhnya setelah mandi.Bahkan bibir Nova terlihat semakin merah karena baru saja selesai mandi.Orang awam pun dapat mengetahui bahwa dia sehabis dicium.Yasmin menggertakkan giginya dengan keras.Raut wajahnya menjadi semakin lebih buruk setel
Yasmin merasa sangat sedih."Aku nggak bilang apa-apa, aku cuma minta Bu Nova untuk membantuku memilih pakaian untukmu, tapi dia langsung merasa nggak senang, mungkin Bu Nova merasa aku nggak seharusnya membeli pakaian untukmu."Air mata Yasmin langsung mengalir.Nova semakin kagum dengan kemampuan berakting Yasmin."Benar, bagus kalau Nona Yasmin ngerti, nggak pantas bagimu untuk membeli pakaian untuk pacar orang lain!"Raut wajah Yasmin langsung berubah setelah mendengar kata pacar.Bahkan tidak menangis lagi.Yasmin menatap Nova, lalu menatap Brian dengan sangat terkejut.Brian bersandar di kursi, tidak disangka dia sama sekali tidak berniat untuk menyangkal ucapan ini.Setelah itu, Yasmin melempar semua tas belanja di tangannya pada Brian dan berlari keluar sambil menangis.Brian menatap Nova.Lalu tersenyum dingin setelah beberapa saat berlalu. "Apakah kamu merasa puas, Bu Nova?"Nova menatapnya. "Bukannya Pak Brian bilang boleh memberi tahu orang luar kalau kita berpacaran?"Bria
Baru pada saat ini Nabila mendengar bahwa sepertinya ada yang salah dengan suasana hati Nova."Kenapa? Terjadi sesuatu? Brian menindasmu lagi?"Hidung nova semakin terasa masam.Dia sebenarnya ingin memberi tahu Nabila.Hanya saja Nova menyadari bahwa hubungan mengenaskan seperti ini tidak pantas untuk diceritakan.Pada akhirnya Nova berkata, "Nggak apa-apa, aku cuma sedikit demam."Nabila mendecakkan lidahnya. "Cuaca mulai dingin akhir-akhir ini dan pakailah baju yang tebal, tubuhmu masih belum pulih sepenuhnya dan harus lebih berhati-hati.""Baik."Mereka mengobrol beberapa saat sebelum memutuskan panggilan.Suara bel pintu kembali terdengar pada saat ini.Sekretaris Umum sedang berdiri di luar saat Nova membuka pintu.Terdapat sebuah kantong belanja dan sebuah kotak di tangannya."Ini adalah pakaian dan perhiasan yang disiapkan Pak Brian untukmu, dia mengatakan bahwa kamu sudah bisa mulai bekerja besok."Nova meliriknya sekilas, lalu mengambil barang-barang itu dan meletakkannya di
Nova meletakkan gelasnya dan kembali dituangkan sampai penuh oleh Brian.Brian perlahan-lahan mengerutkan alisnya setelah Nova minum untuk beberapa saat.Nova meletakkan gelas di hadapan Brian."Tuanglah, kenapa nggak tuang lagi, Brian?"Brian tiba-tiba merasa tidak seru lagi.Dia memang sedikit marah saat kembali.Wanita ini benar-benar sama sekali tidak menganggapnya saat ini.Tidak masalah jika wanita ini menantangnya di hadapan Yasmin, tapi wanita ini juga melempar barang yang dia berikan.Jadi dia ingin menindas wanita ini.Hanya saja, Brian tiba-tiba merasa sama sekali tidak seru menindas seseorang yang sedang mabuk.Brian meletakkan botol arak di samping dan menggendong Nova ke kamar tidur.Kali ini Nova benar-benar mabuk.Meskipun toleransi alkoholnya tinggi, Nova tetap tidak bisa bertahan karena sudah minum sebanyak ini.Brian menggendongnya masuk ke dalam kamar tidur, setelah itu Nova langsung masuk ke dalam kamar mandi.Brian berjalan keluar untuk menuangkan segelas air deng
Nova terbangun tengah malam karena merasa haus.Keningnya terasa sakit.Tenggorokannya juga sangat kering.Nova tanpa sadar menyentuh tempat di sampingnya.Tidak ada Brian.Hanya saja dia ingat bahwa Brian kembali.Mungkin dia sudah pergi lagi.Nova tersenyum pahit, turun dari tempat tidur dan ingin minum air.Dia melihat seorang pria sedang berdiri di balkon setelah membuka pintu.Sosok tubuh pria itu sangat bagus, tapi terlihat sedikit kesepian di tengah langit malam.Suasana hatinya tidak baik.Nova langsung bisa mengetahuinya.Nova tidak memedulikan Brian dan juga tidak bertanya, hanya Yasmin yang bisa memengaruhi suasana hatinya di dunia ini.Nova berjalan ke dapur dan menuang segelas air.Setelah itu kembali ke kamar tidur.Nova hendak tidur setelah berbaring, tapi pintu kamar dibuka pada saat ini.Nova tidak bisa melihat ekspresi Brian yang sedang berdiri di ambang pintu, tapi bisa mencium bau rokok di tubuhnya."Sudah bangun?" Suara rendah Brian penuh dengan amarah.Sudut bibir
"Ternyata seperti ini, sudah baikan sekarang?""Sudah baikan ...."Nova berkata sambil membuka pintu untuk memasuki kantornya.Langkahnya langsung berhenti begitu masuk.Kemudian dia mendengus.Meski Sekretaris Umum sudah memperingatinya kemarin, Nova tetap merasa terkejut saat melihat orang ini di sini hari ini.Ressy Jacot.Keponakan Zelda.Adik sepupu Yasmin.Ressy dan Yasmin sering menindas Nova saat masih kecil dulu.Cindy juga terlihat sangat tidak senang saat melihat Ressy."Dia adalah orang yang diutus oleh Pak Brian, dikatakan bahwa dia juga memiliki hubungan dengan Yasmin, jadi didatangkan ke sini. Sebenarnya dia nggak ngerti apa-apa, cuma bisa sembarangan memerintah dan marah-marah setiap hari, sampai buat beberapa orang dari departemen kita mengundurkan diri."Cindy berkata di samping Nova.Nova menyuruhnya untuk keluar terlebih dahulu, sedangkan dia berjalan ke depan meja.Entah Ressy sedang berbicara dengan siapa, tapi dia langsung tersenyum begitu melihat Nova setelah me
Nova berdiri di depan pintu kantor Brian, lalu mengetuk pintu setelah menarik napas dalam-dalam."Masuk."Terdengar suara Brian dari dalam.Nova masuk setelah mendorong pintu dan melihat pria itu sedang duduk dengan santai di balik mejanya."Ada apa, Pak Brian?"Brian terkekeh. "Bu Nova benar-benar sangat suka mendatangkan masalah untukku."Nova mencibir. "Bukannya Pak Brian yang mendatangkan masalah untukku? Jelas-jelas kamu tahu aku akan datang hari ini, kenapa nggak suruh bagian personalia memberi tahu hal ini pada Nona Ressy?""Jadi kamu bertindak sembarangan?"Nova menatapnya. "Kamu mau aku melakukan apa?"Brian mengangkat alisnya. "Memangnya kamu nggak bisa menemuiku?""Apakah kamu akan membantuku kalau aku menemuimu?"Sampai sekarang Nova masih mengingat bagaimana Brian menjawabnya saat Yasmin mempersulitnya pada saat itu.Ganti orang kalau tidak bisa melakukannya.Brian tidak bersedia membantunya.Nova akan selalu ditinggalkan selama hal itu berhubungan dengan Yasmin.Nova tida
Nova tiba-tiba menoleh untuk menatapnya. "Brian, aku yang memimpin departemen pemasaran dari awal!"Brian bergumam rendah. "Jadi?"Sudut mulut Nova sedikit bergetar. "Jadi, aku nggak mungkin memberikan posisiku pada Ressy!"Brian meremas dagunya. "Kalau begitu Bu Nova harus memohon padaku."Nova menatapnya lurus-lurus, lalu tertawa pahit setelah beberapa saat."Pak Brian, aku nggak mau meninggalkan departemen pemasaran."Raut wajah Brian sedikit membaik saat melihat Nova mengalah."Hm, aku akan menyuruh departemen personalia untuk mengganti jabatannya. Selain itu, serahkan masalah pemasaran Yasmin pada asistenmu, kamu nggak perlu berhubungan dengannya lagi di masa depan."Nova tersenyum pahit. "Baik, terima kasih Pak Brian."Tatapan Brian sedikit menggelap, kemudian mengangkat tangannya dan meremas daun telinga Nova.Brian langsung mencium Nova sebelum Nova bereaksi.Brian baru melepaskan Nova seperti sudah selesai melampiaskan amarahnya setelah beberapa saat berlalu."Patuhlah, Bu Nov
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo