Stephen berdiri di depan pintu dan terdapat senyuman di wajahnya."Bu Nova, kebetulan sekali."Nova tidak menyangka akan bertemu dengan Stephen di sini.Dia sama sekali tidak ingin berbicara dengan pria ini saat ini."Bukan kebetulan, aku masih ada urusan, aku pergi dulu."Stephen malah menghalangi jalan Nova.Stephen merasa sangat pusing dengan kasus perselisihan akhir-akhir ini, awalnya dia datang ke sini untuk membicara kasus, tapi tidak disangka akan bertemu dengan Nova.Stephen tidak mungkin membiarkan Nova pergi dengan mudah karena sudah bertemu dengannya."Apa maksud Bu Nova? Kamu sedang menghindariku?"Muncul rasa kesal di dalam hati Nova, dia merasa sangat jijik saat bertemu dengan Stephen sekarang.Dia benar-benar tidak paham sebenarnya apa salahnya pada pria ini.Apakah hanya karena Nova tidak menerima tawaran Stephen yang membuatnya terus menerus mempersulitnya?Apakah karena Nova menduduki posisi Yasmin dan dia datang untuk menunjukkan ketidakadilan Yasmin padanya?Tidak p
Semua kesabarannya langsung menghilang pada saat ini."Pak Alex hanya perlu menganggap nggak pernah terjadi apa-apa."Stephen melepaskan tangan Alex dan kembali berjalan ke arah Nova.Alex segera melirik orang-orang di sekitarnya."Lapor polisi."Stephen mencibir. "Pak Alex, apakah kamu masih ingin bekerja di Kota Jimaun?"Alex tersenyum kecil. "Tentu saja ingin, tapi aku nggak mungkin membiarkan hal ini terjadi di tempatku, 'kan?"Stephen mendengus, kapan dia pernah mendapatkan kerugian seperti ini?Apalagi saat Nova menamparnya tadi, semakin dipikirkan semakin Stephen merasa marah.Tidak disangka Nova, seorang wanita jalang, berani menamparnya.Stephen menarik kerah Alex dan berkata, "Aku menyuruhmu untuk menganggap nggak pernah terjadi apa-apa, nggak ngerti?"Ekspresi Alex tidak berubah, dia tetap memandang Stephen dengan tenang."Pak Brian, ada kamera pengawas di dalam ruangan ini."Stephen mencibir dan meninju wajah Alex."Lalu kenapa kalau ada kamera pengawas? Aku akan tetap memu
Pria itu mengenakan jaket abu-abu, tubuhnya sepertinya masih diselimuti dengan angin luar.Pria itu hanya berdiri di sana yang membuat setiap saraf Nova menegang.Otak Nova berdengung.Tidak menyangka Brian akan datang.Jelas-jelas dia menelepon Simon.Selain itu, dia juga tidak yakin apakah Brian mendengar ucapan Alex atau tidak.Alis Alex juga berkerut saat melihat Brian.Benar-benar sangat kebetulan.Sebaliknya Stephen.Dia tersenyum bahagia saat melihat Brian."Brian, sudah dengar belum? Ini sama sekali bukanlah karanganku, Pak Alex benar-benar menunjukkan kehebatannya hari ini sampai berani memukulku demi menolong Nova, Pak Alex bahkan nggak peduli apakah masih bisa bekerja di Kota Jimaun atau nggak demi Bu Nova."Brian menatap Stephen, lalu kembali menatap Nova, kemudian tertawa pelan setelah beberapa saat."Bu Nova memang pandai membuat masalah."Ekspresi Nova sedikit menegang.Brian berjalan mendekat dan menyentuh jejak tangan di leher Nova dengan ujung jarinya yang hangat."Ku
Brian langsung mengangkat alisnya.Brian menatap Nova sambil setengah tersenyum, tapi tatapan matanya terlihat tidak senang."Apa yang ingin dibicarakan Bu Nova denganku?"Nova melirik Alex yang berada di samping. "Pak Alex, tolong tunggu di luar."Alex menatap Nova dengan sedikit khawatir.Nova kembali berkata, "Nggak akan terlalu lama."Alex melirik Brian dan pada akhirnya mengangguk.Nova baru mendongak untuk bertatapan dengan Brian setelah Alex pergi."Pak Brian, Pak Alex masih memiliki urusan yang harus diurus."Brian memegang pergelangan tangan Nova, jari-jarinya yang panjang dengan lembut mengusap pergelangan tangan Nova.Seperti sedang memainkan sebuah mainan yang sangat menyenangkan."Jadi?"Nova menarik napas dalam-dalam."Jadi, biarkan Pak Alex pergi terlebih dahulu, ya?"Brian tertawa."Bu Nova, apa yang sebenarnya kamu takutkan?"Apa yang dia takutkan?Dia takut Alex akan menjadi pengasuh kedua.Pengasuh hanya dipecat karena membuatnya merasa tidak senang.Sedangkan Alex,
Nova segera meronta.Dia sama sekali tidak ingin melakukan hal ini karena apa yang telah terjadi barusan.Hanya saja, Brian sama sekali tidak memberi Nova kesempatan untuk melawan.Laki-laki pada dasarnya memang kuat, apalagi dalam hal ini.Nova terperangkap dengan ketat di dalam pelukannya, sedangkan Brian terus menyalakan api di seluruh tubuhnya.Brian sangat mengenal tubuhnya.Tubuh Nova sudah lemas tak lama kemudian.Kaki Brian yang panjang menggunakan kesempatan ini untuk masuk di antara kedua kakinya.Cermin terang di dalam lift menunjukkan kemesraan mereka.Nova membuka matanya untuk melihat sekilas dan menutupnya lagi.Pria itu terkekeh dengan sangat tidak tahu malu."Kenapa tubuhmu selemas ini, Bu Nova?"Brian selalu bersikap sangat berengsek di atas tempat tidur.Dia akan selalu mengucapkan kata-kata yang membuat Nova tersipu setiap kali mereka melakukannya.Nova hanya merasakan malu hari ini.Dia sama sekali tidak menginginkannya.Hanya saja, tiba-tiba muncul reaksi di tubuh
Itu adalah obat penghilang bengkak untuk bagian bawah."Maaf, aku melakukannya terlalu terburu-buru tadi dan sedikit kasar."Terdapat ekspresi canggung di wajah Nova.Kemudian kembali ke sikap sungkan dan membuat jarak seperti biasanya setelah beberapa saat."Aku saja yang melakukannya."Brian menatap Nova sambil menyipitkan matanya. "Yakin sendiri bisa?"Nova menatap obat itu."Bisa."Hanya saja, Brian tidak memberikan obat itu padanya, melainkan menarik Nova ke hadapannya."Untuk apa merasa malu? Aku bukannya nggak pernah lihat sebelumnya?"Raut wajah Nova terlihat sangat canggung.Tidak peduli bagaimanapun juga, sudah ada jarak antara dia dan Brian.Dia bisa membiarkannya menidurinya.Karena dia masih menerima uangnya.Hanya saja, Nova tidak ingin melakukan hal intim seperti ini dengannya."Aku benar-benar bisa."Nova ingin mengambil obat salep itu, tapi Brian sama sekali tidak memberikannya padanya.Ekspresi Brian perlahan-lahan menjadi masam.Pada akhirnya, Nova menyerah.Brian ma
Nova bangun dengan linglung.Dia melihat Brian sedang membantunya mengenakan pakaian."Kenapa kamu terkena demam lagi? Mana yang terasa nggak nyaman?"Dada Nova naik turun dengan cepat. "Seluruh tubuhku terasa nggak nyaman."Bahkan sampai kesulitan untuk bernapas, seperti ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya."Brian, aku nggak bisa bernapas."Nova tiba-tiba mulai batuk setelah selesai bicara, kemudian merasa mual dan muntah.Brian sama sekali tidak berani ragu-ragu, dia langsung menggendong Nova dan berjalan keluar....Brian mengemudikan mobilnya dengan cepat dan tiba di rumah sakit tak lama kemudian.Dokter menanyai kondisinya dan menyuruhnya untuk memeriksa alergen.Dokter bertanya setelah hasilnya keluar, "Apakah sebelumnya pernah minum obat pencegah kehamilan?"Brian menatap Nova. "Pernah makan sekali."Dokter mengangguk. "Hm, kalau begitu benar, dia alergi terhadap obat pencegah kehamilan, aku sudah meresepkan obat dan dia akan membaik setelah menerima cairan infus. Berhati-
"Maaf, Tuan Brian, yang tadi adalah perawat magang."Brian mengerutkan keningnya. "Pecat perawat yang merupakan penggemar Yasmin."Raut wajah perawat itu berubah.Berpikir di dalam hatinya, bukankah ini adalah pacar Yasmin yang terkenal?Kenapa ingin memecat penggemar Yasmin?Dia tiba-tiba teringat pada Nova tak lama kemudian.Dia melirik wanita yang terbaring di atas tempat tidur, gejala penyakitnya adalah penyumbatan trakea karena alergi terhadap obat pencegah kehamilan.Dia mengedipkan matanya dan memandang Nova dengan tatapan yang sedikit aneh.Nova pura-pura tidak melihat tatapannya.Dia hanya memejamkan matanya setelah menerima cairan infus.Brian terdiam beberapa saat di samping, lalu bertanya, "Apakah masih terasa nggak nyaman?"Sebenarnya dokter sudah meresepkan obat anti alergi pada Nova sejak masuk rumah sakit.Karena gejalanya cukup serius, maka dokter menyuruhnya untuk menerima cairan infus.Gejalanya sudah sedikit membaik mungkin karena sehabis minum obat."Sudah baikan."
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo