Saat menanyakan hal ini, mungkin hanya karena formalitas.Nova menunduk, menghalangi perasaan yang muncul di matanya.Nova berbisik, "Nggak apa-apa."Brian mengangguk lalu berkata, "Aku akan minta seseorang membawakan pengering rambut. Apa lagi yang kamu perlukan? Aku akan minta seseorang membawakannya juga."Nova menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu, malam ini seharusnya bisa keluar dari rumah sakit."Brian tidak banyak bicara, hanya masuk ke kamar mandi dan mengambil handuk."Kemarilah, aku akan menyeka rambutmu."Nova menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu, aku bisa menyekanya sendiri."Raut wajah Brian langsung menjadi suram."Kamu masih saja nggak paham perkataanku?"Nova memandangnya.Raut wajah Brian semakin menjadi suram.Nova tahu bahwa Brian masih kesal karena perkataan perawat itu.Nova tidak mau berdebat dengannya lagi, jadi pergi dan duduk di bangku di sebelahnya.Gerakan Brian menyeka rambutnya cukup lembut.Ketika rambutnya akhirnya berhenti menetes, Brian mengatakan ses
Brian mengangkat alisnya sedikit."Kenapa? Nggak percaya padaku?"Nova mengangguk.Brian sebenarnya memikirkannya dengan serius."Kalau soal kepercayaan, aku hanya percaya pada diriku sendiri. Apa jawaban ini sudah memuaskan Bu Nova?"Nova tidak tahu harus berkata apa.Maksudnya Brian bahkan tidak memercayai Yasmin?Nova tanpa sadar mengepalkan jarinya. "Bagaimana denganmu dan Yasmin?"Tatapan mata Brian agak terlihat berat.Nova hanya menatapnya.Sudut bibirnya bergerak, tapi sebelum berbicara, terdengar ketukan di pintu bangsal.Sekretaris Umum berdiri di luar dan menyerahkan tas pada Brian.Brian mengambilnya dan berjalan ke tempat tidur. "Kemarilah, keringkan rambutmu dulu."Nova mencoba menenangkan diri, duduk di sofa dan membiarkan Brian membantunya mengeringkan rambutnya.Setelah mengeringkan rambutnya, Brian mengatakan sesuatu."Yasmin sangat spesial bagiku. Kalau Bu Nova nggak mau mempermalukan diri sendiri, jangan bandingkan dengan Yasmin lagi."Nova terdiam beberapa saat. "O
Awalnya, saat kembali dari Kota Bers hari itu, Nova sedikit beruntung tidak melihat Gary di gerbang kompleks.Siapa tahu, Gary malah pergi ke rumah sakit.Setelah masuk ke bangsal, Nova bertanya dengan sungguh-sungguh, "Katakan saja apa maumu."Gary juga masuk ke bangsal, tapi tidak terburu-buru untuk berbicara.Gary berjalan mengitari bangsal dan mendecakkan lidahnya dua kali. "Bukankah bangsal ini begitu mewah? Putriku luar biasa."Nova tidak ingin berbicara omong kosong dengannya, jadi langsung bertanya, "Apa sebenarnya yang kamu cari dariku? Aku sudah memberimu uang yang kamu minta!"Gary senang."Kenapa? Kamu kesal dengan ayahmu?Nova memandangnya dan berkata, "Kalau nggak ada yang mau dibicarakan lagi, cepat pergi!""Haha, kamu bisa juga emosi!" Gary berkata lalu melihat rokok yang Brian letakkan di atas meja dan memasukkannya ke dalam sakunya."Jangan khawatir, bukan hal yang buruk kalau aku mencarimu kali ini. Sekarang kamu sudah tua, kamu sudah berusia tiga puluh tahun. Meskip
Setelah Nova selesai berbicara, Brian sedikit menyipitkan matanya.Brian bersandar malas di sofa, matanya tertuju pada Nova, ekspresinya agak tidak jelas."Kamu setuju?"Nova tidak mau setuju, tapi apakah Gary akan melepaskannya begitu saja?"Aku hanya bilang merasa nggak enak badan akhir-akhir ini, nanti akan aku bahas lagi masalah ini setelah aku sehat."Setelah berbicara, dia melihat ke arah Brian."Pak Brian akan membantuku?"Brian mencibir."Bagaimana Bu Nova ingin aku membantumu?"Nova tertawa. "Gary cukup takut padamu. Selama kamu berbicara, dia nggak akan mengancamku."Mata Brian gelap, membuatnya sulit memahami perasaannya.Setelah beberapa saat, Brian baru berkata lagi."Bu Nova pandai sekali menyuruh orang?"Sudut bibir Nova bergerak, memang tidak bisa menyangkal hal ini.Nova sangat ingin menggunakan Brian untuk membuat Gary tidak berani membuat masalah dengannya lagi.Nova memandang Brian dan bertanya, "Bisa?"Brian terkekeh dan melambai padanya.Nova ragu-ragu sejenak, la
Setelah beberapa saat, Nova tertawa sendiri.Walaupun tahu itu mustahil, tapi entah kenapa masih saja mengharapkannya.Nova menenangkan perasaannya dan memandang Brian dengan tenang. "Apa ini pantas?"Brian tidak peduli.Brian benar-benar tidak peduli.Brian selalu nakal dan melakukan apa pun yang diinginkan, tidak pernah peduli dengan perasaan orang lain.Sebaliknya Nova.Jika mengaku punya pacar, memang akan terhindar dari banyak masalah.Setidaknya bisa membuat mereka yang punya pikiran berlebihan menyerah total."Apa yang nggak pantas?"Nova tertawa. "Apa kamu nggak takut Nona Yasmin akan tahu?"Brian meliriknya dan mencibir. "Apa masih terlalu dini bagi Bu Nova untuk menyatakan kedaulatannya di depan Yasmin? Karena kamu sudah memberi tahu Yasmin tentang hubungan kita lebih dari sekali, kenapa sekarang berpura-pura nggak bersalah?"Nova tersedak oleh perkataannya.Nova sudah mengatakan di depan Yasmin secara sengaja atau tidak sengaja bahwa dialah yang bersama Brian sekarang.Namun
Nova merasa sangat kesal.Meskipun kondisi tubuhnya tidak terlalu baik, apa maksud Brian menghapus dokumen yang sudah diterjemahkannya?Nova memelototi Brian, Brian sudah kembali berkata sebelum Nova dapat berbicara, "Selain itu aku berharap nggak ada barang milik pria lain di dalam laptopku."Nova tersedak dan tiba-tiba merasa tidak ingin berbicara.Brian adalah pria yang tidak bisa diajak bicara baik-baik.Paling tidak dia akan menerjemahkannya lagi setelah kembali.Brian seolah-olah dapat membaca pikirannya."Aku sarankan Bu Nova untuk memulihkan kondisimu di dalam rumah, aku memberimu hari libur agar kamu dapat memulihkan kondisimu, bukan melayani pria lain, Bu Nova bisa datang ke perusahaan besok kalau memang benar-benar ingin bekerja!"Nova tiba-tiba tidak tahu harus berkata apa.Brian adalah orang yang arogan dan sombong, sepertinya Nova hanya bisa diam-diam melakukan hal ini di masa depan.Sekretaris Umum membawakan makanan tak lama kemudian.Brian mengambil handuk panas dan me
Brian menatap Nova setelah selesai menjawab panggilan."Aku masih ada urusan dan nggak bisa menemanimu malam ini, apakah kamu nggak masalah ditinggal sendirian?""Nggak masalah."Nova menjawab dengan cepat."Hm, jangan lupa bangun pagi besok, aku akan menjemputmu keluar dari rumah sakit.""Baik."Brian berjalan keluar dari rumah sakit dan kebetulan bertemu dengan Stephen.Belakangan ini ada seorang anak magang yang tampangnya mirip dengan Nova dan dia sedikit tertarik dengan anak itu.Kondisi anak magang itu kurang baik hari ini dan bersikeras ingin Stephen menemaninya, jadi Stephen datang untuk menemaninya.Ini juga merupakan alasan kenapa dia bisa bertemu dengan Nova di restoran itu pada siang hari.Sebenarnya hubungannya dengan anak magang itu masih baik-baik saja sebelum dia melihat Nova.Stephen langsung merasa anak magang itu sangat membosankan setelah bertemu dengan Nova pada siang ini.Temperamennya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Nova.Tampangnya juga sama sekali ti
Raut wajah Brian terlihat sangat jelek.Hatinya terasa sangat kesal sejak Stephen mengungkit Nova.Brian selalu merasa dirinya sama sekali tidak peduli meski Stephen mengungkit masalah ini dengannya.Karena dia juga tidak berencana untuk memiliki hubungan lebih dalam dengan Nova.Tidak peduli bagaimanapun juga, Nova akan mencari pria lain lagi setelah kontrak mereka berakhir.Pada akhirnya ini hanyalah transaksi antar uang dan kesenangan, Brian tidak pernah menganggapnya serius.Jadi, Brian sama sekali tidak merasa apa pun saat ada kenalannya yang menyukai Nova.Selama Nova mengetahui posisinya dan tidak berhubungan dengan pria lain dalam masa kontrak.Hanya saja Stephen terus menerus menunjukkan keinginannya pada Nova dengan frontal yang membuat Brian merasa agak kesal.Dia melihat ponselnya dan menelepon Simon."Kak?"Mata Brian sedikit menyipit. "Carikan masalah untuk Stephen."Simon tertegun sejenak."Apa?"Dia sedikit tidak memercayai telinganya.Stephen tumbuh besar bersama Brian
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo