Vianca dan Herion melirik ke dalam ruangan. Keduanya menemukan orang tua mereka tengah duduk di meja yang sama.
"Kenapa Paman dan Bibi juga ada di sini?" tanya Vianca kepada Melina dan George."Tentu saja untuk bertemu denganmu, sayang," jawab Melina.Keluarga Vianca dan Herion sudah mengenal baik sejak dahulu. Terlebih lagi Melina berteman dekat dengan Shally. Tidak jarang mereka mengadakan acara gabungan antara dua keluarga.Hubungan keluarga Lotze serta keluarga Heigels terkenal sangat baik. Sehingga tidak heran mengapa Vianca bisa mengenal Herion sedari kecil. Walau hubungan keduanya buruk, tetapi orang tua mereka tetap saja masih sering berhubungan satu sama lain."Cepat masuk kalian berdua! Duduk di sini." George memanggil mereka untuk segera masuk ke dalam ruangan.Dengan langkah ragu-ragu, mereka berdua akhirnya memilih masuk daripada nanti kena amuk oleh Melina dan Shally. Entah kenapa firasat Vianca berkata buruk soal pertemuan kali ini."Kenapa bertemu di sini? Biasanya kita bertemu di tempat yang lebih terbuka," tanya Herion."Karena ada sesuatu yang mau kami bicarakan dengan kalian."Suasana pun berubah menjadi sedikit lebih tegang. Menjelang mendengar apa yang hendak dibicarakan orang tuanya, Vianca membasahi tenggorokannya dengan air dingin terlebih dahulu. Sangat memberatkan baginya menyaksikan keseriusan Shally dan Zeke."Vianca, Herion, kami telah memutuskan bahwa kalian berdua akan dijodohkan. Kami juga sudah memutuskan tanggal pernikahan—""Hentikan! Apakah aku baru saja salah dengar?" sela Herion."Apa maksudnya dijodohkan? Itu artinya aku harus menikah dengan pria sialan ini?!" Vianca turut protes."Ayah, Ibu, aku tidak mau menikahi wanita gila ini.""Memangnya kau pikir aku juga sudi menikah dan hidup bersamamu?!"Vianca maupun Herion menolak secara tegas perjodohan tersebut. Mereka sama-sama enggan menikah atau hidup bersama sepanjang waktu. Mereka yang seperti air dan minyak lalu tiba-tiba minta disatukan, ya jelas tidak bisa kecuali salah satunya mengalah."Vianca, tutup mulutmu. Apa kau mau aku bungkam menggunakan air cabe?"Vianca langsung membungkam suara tatkala Shally mulai mengancamnya. Herion pun juga digertak oleh Melina melalui tatapan mata. Mereka berdua sama, sama-sama takut kekuatan seorang Ibu."Mari kita lanjutkan lagi pembicaraan ini. Vianca, kau telah membuat banyak masalah di luar sana. Entah sudah berapa uang yang kau keluarkan untuk bersenang-senang dengan banyak lelaki. Sekarang saatnya kau untuk berhenti," tutur Zeke."Itu benar, berlaku juga untukmu Herion. Umurmu sudah lebih tiga puluh tahun. Hingga detik ini kau masih belum juga menunjukkan keseriusan terhadap perempuan. Sampai kapan kau akan begini terus?" imbuh George."Maka dari itulah, kami berencana menjodohkan kalian. Setidaknya kalian nanti bisa saling berubah satu sama lain." Melina membeberkan langsung maksud dari perjodohan ini.Isi pikiran Vianca kacau, begitu pula dengan Herion. Mereka berpikir bahwa kehidupan bebas mereka akan segera berakhir. Inilah sesuatu yang paling menakutkan bagi mereka selama ini."Aku menolak!""Aku juga menolak!"Vianca dan Herion mengutarakan penolakan mereka secara bersamaan."Sayang sekali, kami tidak menerima penolakan kalian dan kami tidak membutuhkan pendapat kalian," ujar Shally tertawa kecil."Tetapi, Ibu—""Vianca, Herion, kalau kalian tidak mau menjadi gelandangan, sebaiknya kalian ikuti saja perjodohan ini. Reputasi keluarga dipertaruhkan, kalian berdua sudah sangat keterlaluan."Mereka kembali terdiam selepas George menekan agar mereka segera menikah. Benar-benar tidak ada celah untuk mereka berbicara atau sekedar menyuarakan pendapat singkat.'Bagaimana semuanya bisa jadi seperti ini? Aku tidak mau menikah dengan Herion. Di sisi lain, aku juga tidak mau jadi gelandangan. Apa yang harus aku lakukan? Rasanya aku ingin kabur saja dari sini,' batin Vianca mulai tertekan.Kepala Herion berkecamuk parah. Suasana hatinya mendadak memburuk. Orang tua mereka sesuka hati menentukan tanggal pernikahan. Sekarang mereka takkan bisa lari ke mana-mana. Hanya dapat menerima jalannya pernikahan ini begitu saja tanpa ada perlawanan khusus.Pembahasan mengenai pernikahan Vianca dan Herion berlangsung lancar tanpa hambatan. Sepanjang pembicaraan, orang tua mereka terlihat sangat senang. Hanya mereka yang menginginkan pernikahan ini terjadi.Sepulangnya dari restoran, Vianca langsung masuk ke dalam kamar tanpa berbicara sepatah kata pun."Apa kau pikir ini akan baik-baik saja?" bisik Zeke."Kau pikir ada jalan lain selain ini? Kita harus menikahkan mereka berdua. Setidaknya, tidak ada pihak yang dirugikan di sini," ujar Shally."Tolong jangan terlalu keras padanya. Sekarang kita hanya bisa mendorong Vianca pelan-pelan supaya dapat melupakan masa lalu. Aku selalu mengkhawatirkannya setiap waktu meski aku tahu Vianca lihai dalam menyelesaikan masalahnya."Zeke terduduk di atas sofa, sejujurnya ia sedikit sedih melihat sang putri murung. Akan tetapi, tidak ada jalan lain selain menikahkannya dengan Herion."Kau juga jangan terlalu memanjakannya. Sejak dulu kau selalu bersikap lunak, jadi aku terpaksa tegas menghadapi kelakuannya. Lagi pula dulu kita dijodohkan, sama seperti Vianca dan Herion."Zeke tanpa sadar malah tersenyum saat mengingat momen awal-awal pernikahannya dengan Shally. Mereka juga menolak perjodohan dari orang tua mereka. Pada saat sudah menikah sekali pun, Shally dan Zeke enggan saling bersentuhan."Sifat keras kepalamu sama seperti Vianca. Kau bahkan menendangku ketika aku naik ke atas tempat tidur. Aku juga ingat kau dulu memukulku saat aku tanpa sengaja memelukmu," tutur Zeke.Muka Shally berubah merah padam kalau disuruh mengingat masa-masa itu."Itu hanya masa lalu. Tolong jangan diingat lagi. Sekarang yang terpenting kita saling mencintai. Vianca adalah bukti dari cinta kita. Maka dari itu, kita juga harus membantu memperbaiki sikap Vianca."Shally duduk di samping Zeke sambil menyandarkan kepalanya ke pundak sang suami."Kau benar, tetapi nanti coba kau bicara lagi dengan Vianca. Aku tidak mau dia galau seharian sampai mengurung diri di kamar.""Baiklah, aku akan menemuinya nanti."Sementara itu, Vianca berbaring di atas tempat tidur. Lagi-lagi dia menghela napas panjang mengingat betapa menyebalkannya bila harus dijodohkan dengan pria seperti Herion."Kenapa aku harus menikah? Memangnya kalau aku tidak menikah, aku akan mati? Memangnya kalau aku tidak punya anak, hidupku akan berakhir?! Ada apa dengan manusia di bumi ini? Bisakah aku pindah saja ke planet mars?"Vianca melempar bantalnya ke sudut ruangan. Sungguh, perasaannya seperti sedang diacak-acak. Bagaimana caranya dia bisa bebas dari kekangan ini? Tidak ada cara lain untuk bebas sebab ancaman orang tuanya tidaklah sebuah gurauan semata."Vianca, bolehkah Ibu masuk?" Shally mengetuk pintu dari luar."Iya, Ibu, masuk saja," sahut Vianca."Apa yang kau lakukan? Apakah kau masih kesal karena keputusan perjodohan ini?"Vianca langsung membelakangi sang Ibu begitu ditanyai soal perjodohan tersebut. Seharusnya Shally sudah tahu jawabannya tanpa ditanyakan. Anak gadis satu-satunya itu memang paling benci diatur. Shally tahu itu, tetapi dia tetap memaksa Vianca untuk menikah demi kebaikan sang putri."Ibu kan tahu aku berkomitmen tidak akan menikah seumur hidup. Mengapa sekarang Ibu malah menjodohkanku degan Herion?" keluh Vianca.Shally duduk di tepi ranjang Vianca. Tangannya perlahan mengusap lembut kepala Vianca. Dia menatap lembut punggung Vianca sembari mengulas senyum tipis. Sebenarnya, di balik ketegasan Shally, tersimpan kehangatan dan kasih sayang yang besar terhadap putrinya."Maafkan Ibu, sayang. Kalau tidak begini, kau takkan pernah berubah. Apa kau tidak bosan terus menerus menyakiti hati pria secara bergantian?"Vianca sontak bangkit dari posisi tiduran. Dia duduk menghadap sang Ibu."Tetapi, Ibu, aku ingin terus hidup seperti ini. Kalau aku menikah, itu artinya aku berpisah dengan Ayah da
"Berhentilah mengatakan omong kosong! Sekarang aku sedang pusing memikirkan cara membatalkan pernikahan ini."Herion menepis apa yang dibicarakan Breno barusan. Dia tidak mau memikirkan hal yang mustahil dia dapatkan. Vianca terlalu jauh berada di depan, dia takkan bisa menangkap hati Vianca. Begitulah yang dirasakan Herion kala itu."Kenapa harus dibatalkan? Cukup jalani saja. Apa mungkin kau takut Vianca kabur dan tidak kembali lagi?"Perkataan Isaak menyesakkan dada. Memang itulah yang terpikirkan oleh Herion."Mustahil dia kabur. Gadis itu tidak bisa hidup tanpa harta orang tuanya. Dia menjadi CEO Heigels Group dan menggunakan uangnya untuk bersenang-senang di luar sana. Tidak mungkin dia mau meninggalkan itu semua," ucap Herion."Ada benarnya juga yang kau katakan itu. Lalu bagaimana kau menanggapinya? Kalian berdua tidak punya pilihan lain selain menikah," ujar Isaak.Sekali lagi, Herion menghela napas panjang. Masalah ini cukup rumit ditampung di kepalanya. Dia tidak yakin terha
Vianca hari ini bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Kondisinya sudah jauh membaik dari sebelumnya. Akan tetapi, Herion tidak pernah datang menjenguknya sampai hari ini."Vianca!"Tiba-tiba sahabat Vianca yaitu Diandra dan Lilica datang. Mereka berdua langsung memeluk Vianca. Setelah sekian lama mereka tidak bertemu Vianca, sekarang malah bertemu di rumah sakit."Kapan kalian kembali?" tanya Vianca."Kemarin, maaf kami baru sempat menjengukmu," ujar Diandra."Ternyata kau sudah mau pulang. Kami pikir kau masih lama di sini."Vianca mencubit pipi Lilica. "Apa kau bermaksud mendoakanku untuk sakit lebih lama lagi?"Lilica tertawa. Dia selalu saja seperti itu sedari dulu sampai sekarang."Bukan begitu maksudku. Aku pikir kau sakitnya sedikit lebih lama."Mereka berdua adalah teman Vianca yang dulu juga bersekolah di Rusia. Mereka berasal dari negara yang sama sehingga membuat mereka bisa berteman lebih dekat kala di Rusia dahulu. Sekarang mereka sama-sama bekerja di luar negeri. Hanya Vian
Di saat sudah lewat tengah malam, Vianca merasa sudah berada di batas kemampuannya untuk menenggak alkohol. Gadis itu nyaris kehilangan kesadaran. Dia mabuk karena terlalu banyak alkohol yang dia minum."Aku sudah tidak kuat lagi."Vianca menidurkan kepala di atas meja. Diandra dan Lilica sengaja tidak minum terlalu banyak supaya mereka bisa menyukseskan rencana mereka."Vianca, bangun! Hei, bangun!" Diandra mengguncang-guncang tubuh Vianca untuk memastikan apakah gadis itu benar-benar tidak sadar lagi."Sepertinya dia sudah minum terlalu banyak. Itu artinya Vianca sedang stres berat. Biasanya dia selalu menahan diri supaya tidak mabuk," ujar Lilica.Memang benar yang dikatakan Lilica. Vianca sekali pun tidak membiarkan dirinya berlarut dalam rasa mabuk. Akan tetapi, pada hari ini dia kebablasan sampai minum lebih dari sepuluh gelas.Diandra memberi kode kepada Breno kalau Vianca tidak lagi sadarkan diri. Breno dan Isaak paham, mereka akan melakukan rencana selanjutnya."Sepertinya Via
Seberkas cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamar. Vianca seketika membuka mata karena terganggu oleh sinar mentari tersebut. Dia duduk lalu meregangkan otot-otot tubuh yang kaku."Eh? Bukankah semalam aku berada di club? Kenapa sekarang aku ada di kamar? Mungkinkah Diandra dan Lilica yang mengantarkanku pulang? Ya, mungkin saja begitu," gumam Vianca.Kemudian Vianca beranjak turun dari tempat tidur. Shally tiba-tiba masuk ke kamar untuk memastikan apakah Vianca sudah bangun atau belum."Oh, kau sudah bangun?"Vianca tersentak mendapati Shally masik ke kamarnya. Dia ingat kalau kemarin tidak meminta izin kepada sang Ibu. Sekarang Shally pasti akan mengomeli dia lagi."Aku baru saja bangun." Vianca berupaya tetap tenang dan santai."Vianca, apa kau tahu kesalahanmu kemarin?"Vianca merasa merinding ketika suara dingin Shally seolah-olah mengiris bulu kuduk. Vianca tersenyum kaku, mencoba agar kepanikannya tak terlalu terlihat jelas."Maafkan aku, Ibu. Aku tidak meminta izin per
Reyna tampak sangat marah begitu mendengar nama Vianca. Dia tidak menyukai gadis itu karena selalu menarik perhatian para lelaki. Tidak hanya pria dari kalangan bawah, bahkan pria dari kalangan konglomerat pun selalu mengejar Vianca. Hanya saja, gadis itu sedikit pemilih, dia menyukai pria bertubuh kekar dan bersifat lembut seperti Noel."Kenapa dia? Bukankah kau bermusuhan dengannya? Aku tidak bisa menerimanya kau direbut oleh wanita itu."Herion menghela napas panjang. Kekasihnya itu selalu saja menampakkan rasa irinya terhadap Vianca. Tanpa dia ketahui alasan yang jelas, Reyna selalu mengutarakan kebencian kepada Vianca."Tenang saja. Aku takkan jatuh cinta dengannya. Kau jangan merisaukan sesuatu yang tidak sepatutnya kau pikirkan," ucap Herion menenangkan Reyna.Dia hanya asal berbicara saja karena Reyna suka sekali mengamuk jika dia salah berbicara soal gadis lain."Benarkah? Awas saja kalau kau jatuh hati padanya," gertak Reyna secara lembut."Iya, aku tidak akan jatuh hati pada
Selepas itu, Vianca tidak lagi berbicara apa pun kepada Shally. Dia menolak untuk bersuara kembali meski Shally berulang kali berupaya memanggilnya. Namun, ia tak menyahut atau sekedar menoleh ke arah Shally.Pada akhirnya, Shally terpaksa keluar dari kamar Vianca. Sejenak ia membuang napas, pasrah terhadap tingkah Vianca yang tidak berketentuan."Anak itu ... ternyata dia sangat terluka. Aku harus berbicara dengan Herion."Shally langsung menghubungi Herion. Dia juga tidak bisa menyimpan lama-lama rahasia perihal perasaan Vianca. Detik itu, Shally menekan nama Herion di ponselnya. Untung saja Herion langsung mengangkat telepon darinya."Herion, apa kau sedang sibuk?" tanya Shally."Tidak, ada apa memangnya, Bibi? Apa ada sesuatu yang penting?"Shally tidak langsung menjawab. Dia diam selama beberapa detik sebelum akhirnya berbicara kembali."Bisakah kau bertemu Bibi sebentar? Ada sesuatu yang harus dibicarakan.""Baiklah, Bibi. Di mana kita akan bertemu?""Nanti aku akan mengirim pes
"Selamat pagi, Nona."Seorang pemuda bersenyum manis menyapa hangat sesosok gadis cantik yang tidur di sampingnya. Gadis itu menggeliat seraya mengumpulkan kesadaran penuh."Selamat pagi, Noel."Gadis yang bernama Vianca itu lekas bangun dari posisinya. Kala itu ia maupun Noel tidak mengenakan sehelai pun benang di tubuhnya."Apakah Anda akan pergi sekarang?" tanya Noel."Ya, tetapi sebelum pergi aku akan mandi dulu karena pagi ini ada rapat di kantor."Vianca berjalan menuju kamar mandi. Noel pun ikut bangkit dari tempat tidur lalu membantu memungut pakaian Vianca yang berceceran di atas lantai.Selepas mandi, Vianca pun langsung mengenakan pakaiannya dan menyerahkan sebuah cek kepada Noel."Ini untukmu. Anggap saja sebagai bonus karena telah memuaskanku semalaman," tutur Vianca.Noel tidak langsung mengambil cek itu. Dia terdiam dengan ekspresi wajah tertekuk. Hal ini membuat Vianca menjadi bingung."Ada apa lagi? Apakah ini masih kurang untukmu?" tanya Vianca memastikan.Noel mengg
Selepas itu, Vianca tidak lagi berbicara apa pun kepada Shally. Dia menolak untuk bersuara kembali meski Shally berulang kali berupaya memanggilnya. Namun, ia tak menyahut atau sekedar menoleh ke arah Shally.Pada akhirnya, Shally terpaksa keluar dari kamar Vianca. Sejenak ia membuang napas, pasrah terhadap tingkah Vianca yang tidak berketentuan."Anak itu ... ternyata dia sangat terluka. Aku harus berbicara dengan Herion."Shally langsung menghubungi Herion. Dia juga tidak bisa menyimpan lama-lama rahasia perihal perasaan Vianca. Detik itu, Shally menekan nama Herion di ponselnya. Untung saja Herion langsung mengangkat telepon darinya."Herion, apa kau sedang sibuk?" tanya Shally."Tidak, ada apa memangnya, Bibi? Apa ada sesuatu yang penting?"Shally tidak langsung menjawab. Dia diam selama beberapa detik sebelum akhirnya berbicara kembali."Bisakah kau bertemu Bibi sebentar? Ada sesuatu yang harus dibicarakan.""Baiklah, Bibi. Di mana kita akan bertemu?""Nanti aku akan mengirim pes
Reyna tampak sangat marah begitu mendengar nama Vianca. Dia tidak menyukai gadis itu karena selalu menarik perhatian para lelaki. Tidak hanya pria dari kalangan bawah, bahkan pria dari kalangan konglomerat pun selalu mengejar Vianca. Hanya saja, gadis itu sedikit pemilih, dia menyukai pria bertubuh kekar dan bersifat lembut seperti Noel."Kenapa dia? Bukankah kau bermusuhan dengannya? Aku tidak bisa menerimanya kau direbut oleh wanita itu."Herion menghela napas panjang. Kekasihnya itu selalu saja menampakkan rasa irinya terhadap Vianca. Tanpa dia ketahui alasan yang jelas, Reyna selalu mengutarakan kebencian kepada Vianca."Tenang saja. Aku takkan jatuh cinta dengannya. Kau jangan merisaukan sesuatu yang tidak sepatutnya kau pikirkan," ucap Herion menenangkan Reyna.Dia hanya asal berbicara saja karena Reyna suka sekali mengamuk jika dia salah berbicara soal gadis lain."Benarkah? Awas saja kalau kau jatuh hati padanya," gertak Reyna secara lembut."Iya, aku tidak akan jatuh hati pada
Seberkas cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamar. Vianca seketika membuka mata karena terganggu oleh sinar mentari tersebut. Dia duduk lalu meregangkan otot-otot tubuh yang kaku."Eh? Bukankah semalam aku berada di club? Kenapa sekarang aku ada di kamar? Mungkinkah Diandra dan Lilica yang mengantarkanku pulang? Ya, mungkin saja begitu," gumam Vianca.Kemudian Vianca beranjak turun dari tempat tidur. Shally tiba-tiba masuk ke kamar untuk memastikan apakah Vianca sudah bangun atau belum."Oh, kau sudah bangun?"Vianca tersentak mendapati Shally masik ke kamarnya. Dia ingat kalau kemarin tidak meminta izin kepada sang Ibu. Sekarang Shally pasti akan mengomeli dia lagi."Aku baru saja bangun." Vianca berupaya tetap tenang dan santai."Vianca, apa kau tahu kesalahanmu kemarin?"Vianca merasa merinding ketika suara dingin Shally seolah-olah mengiris bulu kuduk. Vianca tersenyum kaku, mencoba agar kepanikannya tak terlalu terlihat jelas."Maafkan aku, Ibu. Aku tidak meminta izin per
Di saat sudah lewat tengah malam, Vianca merasa sudah berada di batas kemampuannya untuk menenggak alkohol. Gadis itu nyaris kehilangan kesadaran. Dia mabuk karena terlalu banyak alkohol yang dia minum."Aku sudah tidak kuat lagi."Vianca menidurkan kepala di atas meja. Diandra dan Lilica sengaja tidak minum terlalu banyak supaya mereka bisa menyukseskan rencana mereka."Vianca, bangun! Hei, bangun!" Diandra mengguncang-guncang tubuh Vianca untuk memastikan apakah gadis itu benar-benar tidak sadar lagi."Sepertinya dia sudah minum terlalu banyak. Itu artinya Vianca sedang stres berat. Biasanya dia selalu menahan diri supaya tidak mabuk," ujar Lilica.Memang benar yang dikatakan Lilica. Vianca sekali pun tidak membiarkan dirinya berlarut dalam rasa mabuk. Akan tetapi, pada hari ini dia kebablasan sampai minum lebih dari sepuluh gelas.Diandra memberi kode kepada Breno kalau Vianca tidak lagi sadarkan diri. Breno dan Isaak paham, mereka akan melakukan rencana selanjutnya."Sepertinya Via
Vianca hari ini bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Kondisinya sudah jauh membaik dari sebelumnya. Akan tetapi, Herion tidak pernah datang menjenguknya sampai hari ini."Vianca!"Tiba-tiba sahabat Vianca yaitu Diandra dan Lilica datang. Mereka berdua langsung memeluk Vianca. Setelah sekian lama mereka tidak bertemu Vianca, sekarang malah bertemu di rumah sakit."Kapan kalian kembali?" tanya Vianca."Kemarin, maaf kami baru sempat menjengukmu," ujar Diandra."Ternyata kau sudah mau pulang. Kami pikir kau masih lama di sini."Vianca mencubit pipi Lilica. "Apa kau bermaksud mendoakanku untuk sakit lebih lama lagi?"Lilica tertawa. Dia selalu saja seperti itu sedari dulu sampai sekarang."Bukan begitu maksudku. Aku pikir kau sakitnya sedikit lebih lama."Mereka berdua adalah teman Vianca yang dulu juga bersekolah di Rusia. Mereka berasal dari negara yang sama sehingga membuat mereka bisa berteman lebih dekat kala di Rusia dahulu. Sekarang mereka sama-sama bekerja di luar negeri. Hanya Vian
"Berhentilah mengatakan omong kosong! Sekarang aku sedang pusing memikirkan cara membatalkan pernikahan ini."Herion menepis apa yang dibicarakan Breno barusan. Dia tidak mau memikirkan hal yang mustahil dia dapatkan. Vianca terlalu jauh berada di depan, dia takkan bisa menangkap hati Vianca. Begitulah yang dirasakan Herion kala itu."Kenapa harus dibatalkan? Cukup jalani saja. Apa mungkin kau takut Vianca kabur dan tidak kembali lagi?"Perkataan Isaak menyesakkan dada. Memang itulah yang terpikirkan oleh Herion."Mustahil dia kabur. Gadis itu tidak bisa hidup tanpa harta orang tuanya. Dia menjadi CEO Heigels Group dan menggunakan uangnya untuk bersenang-senang di luar sana. Tidak mungkin dia mau meninggalkan itu semua," ucap Herion."Ada benarnya juga yang kau katakan itu. Lalu bagaimana kau menanggapinya? Kalian berdua tidak punya pilihan lain selain menikah," ujar Isaak.Sekali lagi, Herion menghela napas panjang. Masalah ini cukup rumit ditampung di kepalanya. Dia tidak yakin terha
Vianca langsung membelakangi sang Ibu begitu ditanyai soal perjodohan tersebut. Seharusnya Shally sudah tahu jawabannya tanpa ditanyakan. Anak gadis satu-satunya itu memang paling benci diatur. Shally tahu itu, tetapi dia tetap memaksa Vianca untuk menikah demi kebaikan sang putri."Ibu kan tahu aku berkomitmen tidak akan menikah seumur hidup. Mengapa sekarang Ibu malah menjodohkanku degan Herion?" keluh Vianca.Shally duduk di tepi ranjang Vianca. Tangannya perlahan mengusap lembut kepala Vianca. Dia menatap lembut punggung Vianca sembari mengulas senyum tipis. Sebenarnya, di balik ketegasan Shally, tersimpan kehangatan dan kasih sayang yang besar terhadap putrinya."Maafkan Ibu, sayang. Kalau tidak begini, kau takkan pernah berubah. Apa kau tidak bosan terus menerus menyakiti hati pria secara bergantian?"Vianca sontak bangkit dari posisi tiduran. Dia duduk menghadap sang Ibu."Tetapi, Ibu, aku ingin terus hidup seperti ini. Kalau aku menikah, itu artinya aku berpisah dengan Ayah da
Vianca dan Herion melirik ke dalam ruangan. Keduanya menemukan orang tua mereka tengah duduk di meja yang sama."Kenapa Paman dan Bibi juga ada di sini?" tanya Vianca kepada Melina dan George."Tentu saja untuk bertemu denganmu, sayang," jawab Melina.Keluarga Vianca dan Herion sudah mengenal baik sejak dahulu. Terlebih lagi Melina berteman dekat dengan Shally. Tidak jarang mereka mengadakan acara gabungan antara dua keluarga.Hubungan keluarga Lotze serta keluarga Heigels terkenal sangat baik. Sehingga tidak heran mengapa Vianca bisa mengenal Herion sedari kecil. Walau hubungan keduanya buruk, tetapi orang tua mereka tetap saja masih sering berhubungan satu sama lain."Cepat masuk kalian berdua! Duduk di sini." George memanggil mereka untuk segera masuk ke dalam ruangan.Dengan langkah ragu-ragu, mereka berdua akhirnya memilih masuk daripada nanti kena amuk oleh Melina dan Shally. Entah kenapa firasat Vianca berkata buruk soal pertemuan kali ini."Kenapa bertemu di sini? Biasanya kit
Jun terperanjat kaget mendapati Melina — Ibu kandung Herion muncul di hadapannya. Melina tidak mengabari Herion bahwa hari ini dia akan mengunjungi perusahaan sang putra. Sekarang Jun kebingungan harus mencari alasan yang seperti apa untuk mencegah Melina masuk ke ruangan Herion."Nyonya, kapan Anda datang? Sekarang Tuan—""Apa kau sedang mencoba untuk mencegahku masuk?"Melina melipat kedua tangan di dada sembari menatap tajam Jun. Sontak saat itu Jun berkeringat dingin sebab dia tahu seberapa menakutkannya Melina."T-Tidak, Nyonya. S-Saya tidak melarang Anda masuk." Jun gelagapan memberi jawaban kepada Melina."Baguslah. Biarkan aku masuk sekarang dan melihat sendiri apa yang sedang dilakukan anak kurang ajar itu."Jun menepuk keningnya, dia tidak bisa berbuat banyak demi menyelamatkan Herion dari amukan Melina.'Semoga Tuan diberi umur panjang oleh Tuhan,' batin Jun berdoa.Melina menerobos masuk ke dalam ruang kerja Herion. Melina tidak terkejut menyaksikan Herion berpelukan mesra