Home / Romansa / Nona Muda yang Terbuang / Sayang, Aku Hamil

Share

Nona Muda yang Terbuang
Nona Muda yang Terbuang
Author: Shanin.H

Sayang, Aku Hamil

Author: Shanin.H
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jerman,Hamburg

Kabut menutupi daun pepohonan yang menelan malam gelap.

“Arghh! Sakit! Jangan dipaksa!” suara serak Richella, menelan gerangan lebih dalam dari pria dengan tubuh mengkilap dibalut keringat. Ia menyisir kasar leher angsa putih milik Richelle, nafas berat yang menggebu.

“Berikan hanya untukku!” baritone yang berbisik melewati daun telinganya. Mata Richelle terpejam menanggung perih daripada rasa nikmat yang entah seperti apa rupanya.

Gairah malam yang mendayu dengan sakit yang menjalar di tulang belakangnya. Lantas, dimana rasa nikmat bercinta?

***

Pupilnya terbuka perlahan, menyusul dengan bulu mata yang naik dan turun mengikuti irama kedipan. Urat wajahnya meringis, dan aroma keringat sisa semalam masih terasa. Richella menyapu ruangan kamar dengan netranya.

“Azam?” bibir madunya menyebut nama pria yang menggelora tadi malam. Sedemikian kuatnya efek minuman tequila yang terpaksa ia minum, sebagai bukti cintanya untuk pria itu. Padahal, selama satu tahun hubungan mereka, Richelle menahan diri.

“Argh! Ngilu!” Richella bergumam. Pupil mata dengan tinta almond itu, tercengang melirik noda merah merekah di sprei kasurnya. Giginya menggigit lembut bibir bawahnya, sudah terlambat untuk menyesal.

“Kau sudah bangun? Aku pergi sekarang!” dada bidang pria itu kembali tertutup kemeja polos navy, dan ia sudah rapi dengan rambut klimis seperti biasanya.

“Kenapa buru-buru?”

“Kau tau bagaimana ayahku kan? Dia tidak akan suka, kalau aku terlambat!”

“Azam! Ini masih terasa ngilu!”

“Rici, kau sudah dewasa! kau bisa mengurus dirimu kan? Aku tidak punya waktu untuk mengantarmu pulang! pakai ini untuk naik taksi!”

Pria itu mengeluarkan uang beberapa lembar dolar, meletakkan diatas laci meja disamping tas Richella. Ia yang gagah, memiliki kulit putih yang terawat, dan dia memang terkenal dengan sikap perfectionisnya. Bahkan hingga detik ulu nafasnya, Richella masih tidak  menyangka ia akan menjadi kekasih dari Azam Delvaro, putra dari tuan Varo yang merupakan Direktur rumah sakit Varo Healt, Jerman.

“A-azam? Tunggu…” Richella memaksa berdiri, dengan kaki tungkainya, membenamkan tubuhnya di dalam balutan selimut cream.

“Apalagi?”

“T-tadi malam? Kau keluarkan dimana?”

“Di dalam!”

“T-tapi kau tidak pakai pengaman kan?”

Azam mendesah berat, jemari kekarnya terangkat ke udara. Berhenti meremas lembut lengan atas milik wanita yang bercinta dengannya tadi malam. Iris mata yang menggelora saling beradu, entah dia mencintai wanita itu, atau hanya sekedar penasaran karena ia sudah mewarnai wanitanya.

“Sayang! Aku memintamu untuk minum obat tadi malam kan? Jangan khawatir! Aku dokter dan cukup tau tentang itu! Aku pergi ya, bye” Dia mengecup lembut bibir madu milik Richella, masih terasa manis tapi tidak ada waktu untuk melepaskan hasrat.

Mata sayu Richella mengemis penyesalan. Ia merenggut tas nya, membuat bunyi berisik karena ia tengah mencari pil itu dengan tergesa-gesa, dan ketika dia berhasil menemukan itu. Dia tidak beruntung sama sekali.

“Ya ampun, mati aku!” Richella menepuk jidatnya. Terduduk lesu, debaran jantung membunuh kalbu. Nafasnya memburu kemudian menjadi tenang dengan hitungan detik “Tidak apa! Aku lupa minum pil nya! Tapi, aku percaya Azam mencintaiku! Dia bahkan memberikan semua hadiah itu, dan kenikmatan oh, nikmat itu agak?”

Dia tidak melanjutkan ucapannya, karena yang terasa tadi malam hanyalah rasa sakit. Ribuan jarum menusuk liang nya, belum lagi rasa pegal,bahkan juga sulit baginya berjalan karena rasa perih.

“Aku juga harus pulang! Argh, mereka pasti sudah menungguku dengan cambukkan!” kembali ia terbenam dalam deritanya.

***

Richella Anastasya, wanita yang menyaksikan ayahnya tergantung di langit-langit kamar ketika usianya tiga belas tahun. Ia yakin penyebab ayahnya bukanlah bunuh diri, itu karena dia melihat ayahnya lembur setiap malam dan tertekan karena mengetahui rahasia perusahaan.

Tidak ada yang tau siapa tangan sebenarnya yang mencekik nyawa ayahnya, namun dia tau tidak ada yang beres karena setelah itu pamannya langsung menempati posisi ayahnya di perusahaan tuan Varo. Sialnya sekarang, ia tumbuh dengan suapan kebencian dari pamannya.

Richella, tidak memiliki apapun, dan pamannya satu-satunya keluarganya. Untuk gadis berusia 13 tahun, tidak ada pilihan untuk menyambung hidup.

Ibunya yang berusaha mencari kebenaran, ketika hukum menutup mata. Membuat situasi merenggut nyawa ibunya karena sakit yang ia derita. Kehilangan kedua orang tuanya, memaksa Richella tinggal dengan pamannya, Marcel.

Marcel pria ambisius, segala yang dia inginkan harus ia dapatkan. Ia memiliki keluarga yang harmonis, istri yang mendukungnya, dan putri manis yang manja padanya. Maka keberadaan Richella hanyalah racun baginya, dan pembawa sial yang layak dia asingkan.

“A-aku pulang!” Richella melangkah masuk melewati pintu belakang

Satu langkah kakinya masuk, tamparan panas mendera pipi kanan. Memberikan sensasi terbakar, dan air mata yang harus dia tahan di sudut matanya.

“Sayang, keponakan manisku, belajar menjadi jalang yang tidak tau diri ya? Bagus! Dimana kau tidur tadi malam, Rici?” suara keibuan, dengan kalimat yang menyakitkan. Begitu lembut caranya berbicara, namun tantenya ringan tangan untuk menyakitinya.

“A-aku kerja lembur tante!” kebohongan yang terlalu mencolok, tidak menolong Richella sama sekali. Masih terasa sisa darah dari kematian orang tuanya, meskipun usianya sudah menginjak 23 tahun, tapi tidak ada daya untuk itu.

“Lembur? Kau hanya bekerja sebagai tukang masak di rumah sakit, menjadi babu dari koki disana. Alasanmu tidak masuk akal, sayang! Kalau mau jadi pelacur, katakan padaku! dengan senang hati aku menjualmu! Aku tau kau berhubungan dengan seorang pria akhir-akhir ini kan!”

“T-tidak! itu tidak benar” kepala Richella menggeleng sayu

“Jeje? Tolong kesini! Cepat! Bawa semua kotak itu! Jeje?” Mona memangil kepala pembantu di rumahnya. Seorang wanita berusia 40 tahun berlarian dengan nafas terengah, membawa kotak coklat di tangannya “I-ini nonya!”

Richella terkejut melihat semua pemberian Azam ada disana, dia fikir itu sudah tersembunyi dengan baik, nyatanya tidak.

“Gajimu tidak akan pernah cukup membeli semua barang ini, Rici! Kau dapat darimana? Kepada siapa kau menjual diri?” masih dengan suaranya yang keibuan.

“Aku membeli semua itu dengan tabunganku!”

“Jeje? Tolong bakar semua barang itu ya!”

“Tidak!” Richella merenggut paksa, ia menahan perih selangkangannya untuk bersandiwara. Dorongan dari Mona membuat ia terhentak, lepas kendali tanpa tenaga yang tersisa

“Bakar!” perintah Mona sekali lagi,

Richella meringis, dan semua benda sudah masuk ke dalam tungku perapian penghangat rumah. Cermin matanya memperlihatkan segalanya, api yang memakan pemberian dari pria yang begitu dalam ia cintai.

“Sebagai istri dari pamanmu, sudah tugasku untuk mendidik mu menjadi wanita baik-baik, manisku! Jangan mengikuti jejak ibumu yang menjadi wanita murahan, dan mati dengan sia-sia!” Mona berlalu dengan kebencian yang ia tanam.

Richella menangis, air mata mengalir di pipinya. Tidak ada juluran tangan, kecuali suara pria itu. Azam yang akan menenangkan dirinya setiap malam.

Satu bulan berlalu!

Kegelisahan yang sekian waktu Richella coba hindarkan. Dia yakin tidak akan ada pengaruh apapun, karena dia dan Azam bercinta kala itu. Sialnya, jemarinya bergetar memegang tespack. Hasil positif akurat tidak terbantahkan.

Nafasnya menelfon Azam dengan terengah-engah “Azam? Azam, sayang! Dengar! A-Aku hamil!” dia memberitahu dengan hati girangnya, ia percaya Azam akan bertanggung jawab untuk cintanya.

“A-pa? Benarkah? Sayang, kamu dimana sekarang? Aku ingin bicara!” suara berat Azam,  adalah perintah yang tidak bisa dia tolak oleh nya dengan nada yang tegas

Related chapters

  • Nona Muda yang Terbuang   Tunggu Aku Disana

    Seorang pria berusia lima puluh tahun, ada bekas luka di alisnya. Dia duduk dibalik meja hitam, sembari menatap keluar jendela dari lantai paling atas kantornya. Ia sudah tidak bisa merokok, harus menahan diri karena peringatan keras dari dokternya. “Permisi pak?” seorang pria jangkung, dengan stelan serba hitam masuk ke dalam ruangan itu. “Bagaimana?” “Sudah dipastikan pak!” Beberapa uban sudah terselip di balik rambut hitamnya. Uang memberikan segala baginya, dia pun mendapatkan perawatan yang sangat baik dari dokter pilihan. Dialah tuan Varo, Direktur rumah sakit. Kegigihannya diakui oleh pesaingnya, hingga ia bisa mendirikan rumah sakit terbaik di kota. “Hah! Sepertinya aku kurang tegas mendidik putraku! Dia mungkin mengira aku tidak bisa melakukan apapun di usiaku ini ya, ha ha ha” Varo tertawa dengan berwibawa Matanya kembali terangkat “Dimana gadis itu sekarang?” “Dia masih bekerja di bagian dapur! Ada hal penting pak yang harus anda tau!” ucap Galang, pria yang sudah be

  • Nona Muda yang Terbuang   Bunuh Benih Itu

    Sebelum Richella mendengar boarding announcement . Bandara menjadi tempat yang akan menyakitkan untuk ia kenang. Ia berdiri di depan pria yang kini setengah mati ia cintai. Jemarinya menyentuh perutnya, mempertahankan bayi yang juga ia harapkan lahir dalam keadaan selamat. “Jangan menangis! Aku akan menyusulmu! Cobalah untuk kuat selama ada disana, mengerti?” Azam menyentuh pipi lembut Richell. Mereka terlihat seperti pasangan romantic, bagi siapapun yang melirik ke arah mereka. Richelle terpukul mendengar kalimat Azam. Sudah cukup ia membuang air mata selama ini. Sekarang di depannya ada masa depan yang menanti. “Berjanjilah kau akan datang kesana, sayang!” Richelle memeluk Azam begitu erat, terbenam dalam aroma yang tidak ingin dia lepaskan. “Iya! Aku akan menyusulmu! Seperti rencana kita!” Azam berucap Kelegaan hati, itulah yang Richelle pertahankan. Ia tidak peduli bagaimana waktu bisa berjalan begitu lambat. Di ujung nanti, dia juga akan berjalan berdampingan bersama Azam di

  • Nona Muda yang Terbuang   Menikah Untuk Dendam

    “Aduhh!” Richelle mengeluh, perlahan matanya terbuka. Alat monitor yang berbunyi, aroma ruangan yang begitu kental. Jendela kaca geser terbuka lebar, menunjukkan awan cerah berbaur dengan langit biru. “Di-Dimana ini?” Dia memaksa diri untuk duduk, hingga rasa ngilu diseluruh tubuhnya terasa. Tangan yang pegal, kaki yang perih, dan perut nya yang terasa sangat ngilu. “Ya ampun! Tu-tubuhku!” dia meringis. Matanya teralihkan ke arah pintu geser bercorak bunga di depannya. Seseorang membuka pintu ruangan itu. Pria dengan T-shirt hitam masuk dan mereka langsung saling beradu tatap. “Kau sudah bangun rupanya!” baritone pria itu terdengar asing untuk Richell. “S-siapa kau?” Richelle teringat dengan serangan yang dia terima. Meskipun tubuhnya menahan rasa perih bertubi-tubi, dia mencoba untuk mundur padahal tidak banyak pergerakkan yang bisa dia lakukan di atas tempat tidur, dan alat medis melekat di tubuhnya. “Kenapa? Aku bukan salah satu dari mereka! Tidak perlu takut padaku!” “Kau

  • Nona Muda yang Terbuang   Jadi Menikah

    “A-aku berakhir seperti ini?” Richelle bergumam. Dia memandang pantulan seluruh tubuhnya yang mengenakkan gaun pengantin di depan cermin panjang. Ruangan tunggu untuk pengantin wanita sebelum masuk ke altar pernikahan.Untuk permukaannya saja, Richelle sudah mengetahui siapa Daimaro. Founder perusahaan mobil yang bahkan mendapatkan penghargaan tahun lalu berskala internasional, dialah putra sang walikota di tempat asalnya.Lalu kenapa dari sekian banyak wanita, Daimaro memilih dirinya? Ini perihal balas budi di masa lalu yang Daimaro sudah katakan kepada Richelle, meskipun Richelle masih belum tau pasti tentang itu.“Nona Richella! Sudah waktunya!” seorang wanita dengan gaun putih, dan rambut yang ditata sanggul formal datang menghampirinya. Dia Mona, sekretaris yang sudah bekerja dengan Daimaro enam tahun lebih. Boleh dibilang, keluarganya sudah melayani keluarga besar Daimaro sejak dulunya.“A-apa? Sekarang?” Richelle tersentakDaimaro hanya memberikan waktu satu malam untuk mendeng

  • Nona Muda yang Terbuang   Gadis Malang

    “Apa dia sudah tidur?” Daimiro duduk di mini bar sayap kanan dari rumahnya. Tidak ada orang tua, dan rumah ini begitu besar untuk menampung dirinya. Meskipun dia mempekerjakan beberapa pegawai di rumah ini, tetap saja dia merasa sepi.“Setelah minum obat, dia sudah tidur! Apa kau tidak terlalu menekannya, tuan Dai?” Mona menuangkan sampanye ke gelas berukuran kecil, dia harus memastikan atasannya itu tidak minum terlalu banyak. Besok ada rapat mengenai barang import yang sempat tertunda, salah satu pegawai menggelapkan uang dan itu menjadi masalah yang masih cukup mudah diatasi oleh Daimaro.“Kalau aku tidak bersikap keras padanya, dia akan hanyut dengan mentalnya dan menjadi gadis lemah! Sudah cukup aku mendengar kehidupannya buruk tentangnya”“Dia, gadis yang malang!”“Hmmm, aku akan membuatnya menyadari perang yang sebenarnya!”“Kenapa tidak berencana untuk mencintainya saja, tuan?”“Mencintainya? Aku tidak tertarik, Mona! Aku hanya bertanggung jawab sampai balas dendamnya terlepas

  • Nona Muda yang Terbuang   Tolong Sentuh Aku

    Daimiro, lebih gampangnya mereka selalu memanggil dirinya dengan tuan Dai. Dia sudah teralahir dari keluarga pengusaha garis keras. Bebuyutnya memiliki beramacam-macam usaha, hingga dia mewarisi segala ilmu dan membiarkan orang tuanya pergi dengan tenang.“Pusing sekali kepalaku, sudah lama aku mencarinya, malah berakhir menjadi gadis buangan!” Dai menyipit bingung. Tumpukkan berkas pekerjaan dimejanya tidak dia indahkan.Dia menyingsing lengan kemejanya tiga lipat, melangkah menuju kulkas mini disamping meja kecil di dekat rak buku. Ia mengeluarkan botol wine 1924 buatan prancis, menuangkan setengah gelas dan menghirup dalam aroma minuman itu sebelum menyusup melewati bibirnyaTiga menit dia menikmati wine nya, ketukan di pintu tidak membuatnya berpaling dari jendela “Masuk!”Pria bertubuh tegap dengan dada bidang, stelan serba hitam masuk dengan senyuman di wajahnya “Saya sudah kembali pak!” suara Sean membuat Dai memutar badannya.“Senang bertemu lagi! Kau sudah bisa bekerja besok!

  • Nona Muda yang Terbuang   Caraku Menunjukkan

    “Menyentuh dia layaknya seorang istri, hmmm?” Dai tersenyum tipis Usai meeting dengan investor, dia melangkah ke lantai paling atas, melewati pintu dengan lima tangga dan berada di taman atap gedung pencakar langit itu. Angin sejuk berhembus, memberikan sensasi sejuk dengan mata yang dimanjakan oleh pemandangan kota. Sean khawatir dengan tingkah laku atasannya itu, jangankan sarapan, untuk menyentuh minuman kesukaannya saja sudah tidak. “Tuan Dai?” Sean berdiri disampingnya, memandang pria yang tengah termenung dalam lamunannya itu “Apa masih ada meeting?” “Tidak, aku hanya bertanya-tanya tentang dirimu!” “Kenapa?” mata Dai beralih untuk menatap Sean. Sean memilih berdiri di depan atasannya, meskipun mereka sudah saling mengenal lama, ada batasan yang terkadang tidak bisa untuk Sean sentuh. “Apa rencanamu untuk nona Richi?” “Aku hanya perlu membantunya untuk membalaskan dendamnya kan?” “Bagaimana kalau dia tidak mau?” “Sudah kubilang, aku yang akan membunuhnya, dengan begit

  • Nona Muda yang Terbuang   Aku Mabuk

    Richelle berulang kali menyiratkan tentang pernikahan yang sesungguhnya. Di benaknya, menaklukkan Daimiro, agar dia memiliki senjata yang tangguh. Ketika pria itu memberinya pilihan, sulit baginya untuk tidak memikirkan cara yang licik.Jiwanya berdesir menerima remasan halus di bagian bongkahan pinggulnya, dia menarik dirinya dan seketika aroma alkohol yang tidak terlalu kuat tercium dari tubuh Daimiro.“Dai? Kau mabuk?”“Sedikit! Aku masih sadar!” Daimiro menarik lengan Richelle, mempersempit jarak diantara mereka ketika tubuh Richelle harus condong ke arahnya. Mendekati aroma maskulin yang bercampur dengan parfum luxury, tidak ini juga sisa minuman yang menepi di sudut bibir Daimiro.“Katakan, kau siap aku gagahi?”“A-apa? Kenapa tiba-tiba?” Richelle tersentak. Awalnya dia hanya sekedar mengancam, hatinya belum bisa pulih dari luka itu.Semenjak Azam mewarnainya, mereka melakukan hubungan itu tiga kali lagi, dan setelah kehamilan dia dicampakkan. Azam selalu melakukan segalanya

Latest chapter

  • Nona Muda yang Terbuang   Perbaikan Episode

    Rose sedang memulihkan diri di rumah karena patah tulang ringan. Itu hanya seminggu setelah masa-masa indah, karena Sean terstimulasi oleh hasil akhir ujian tengah semesternya dan mengantarnya ke sekolah. Satu-satunya keuntungan adalah dia memiliki sopir untuk menjemput dan mengantarnya selama cedera. Rose belum beradaptasi dengan kehidupan awal. Dia tidur grogi untuk dua kelas. Dalam keadaan linglung, dia samar-samar merasakan seseorang di depan matanya. Ketika dia membuka matanya, ruang kelas kosong. Hanya Matthew dari Kelas 5 yang berdiri di depannya dan menatapnya dengan cemberut. Rose ingat bahwa Matthew dan Andrew menekannya seperti bukit hari itu, hampir sekarat, dan merasakan lengannya sakit lagi. Dia mendongak dan saling menatap miring. "Mengapa kamu di sini?" Matthew memandang rendah Rose, yang cuek dan frustrasi. Senang melihatnya tanpa jalan memutar, tetapi tidak mungkin. Siapa yang membiarkan dirinya memuk

  • Nona Muda yang Terbuang   Dia Bukan Wanita yang Sama

    Richelle berusaha untuk menutupi rasa gemetar di tubuhnya. Dia tidak ingin wartawan menilai keterpaksaan dirinya untuk berdiri disamping Daimiro. Tidak, ini bukan karena dia ketakutan. Dia hanya bingung, mengapa Daimiro bertindak sejauh ini? Waktu berlalu, mereka kembali ke rumah ketika sore. Richella langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Matanya melirik pemandangan langit-langit kamarnya yang terasa sendu. Apa yang salah? Dia gelisah dengan tidak menentu “Kenapa tidak mandi?” Daimiro masuk ke dalam kamar. Ia melepaskan dasinya, dan membuat Richelle tersentak karenanya. Ia mengganti posisinya duduk, menekuk lututnya menyatu dengan dadanya dan menatap Daimiro dengan sayu. Fikirannya hanya dipenuhi dengan pertanyaan yang tidak menentu. Meskipun begitu, mulutnya tidak bisa mengatakan apapun. “Kenapa?” Daimiro menyingsing lengan kemejanya hingga siku. Sorot matanya nampu melelehkan hati Richella. Di depan mereka, kalangan pembisnis, rekan kerja, dan media. Daimiro seperti dew

  • Nona Muda yang Terbuang   Harus Berhenti?

    Tubuh Richella masih merasakan getaran hebat sisa semalam. Selama ini, untuk mendapatkan sentuhan seperti itu dari Daimiro, ia membutuhkan dorongan alkohol. Pria itu melakukan hubungan itu dengan kesadarannya.“Apa dia benar-benar cemburu?” Richella bergumam, dan fikirannya membayangkan raut wajah Daimiro. Dia begitu seksi ketika bercinta, tubuh gagah nya, dan keringat yang mengalir di tubuh Daimiro. Itu mengkilap seperti tidak akan pernah usai.“Apa yang kau fikirkan Richi?” Mona menghampiri gadis di depannya, ia meletakkan segelas coklat hangat di depan Richella. Tiba-tiba saja Richella ingin meminum minuman manis itu“Hah? Tidak ada!” Richella tersenyum tipisMona merasa sangat puas, melihat Richella mampu mengendalikan diri di lokasi pesta. Meskipun begitu, Daimiro sudah memikirkan banyak hal yang mungkin saja terjadi ke depannya. Sejak awal, Daimiro lebih dulu mengambil resiko untuk Richella, tanpa gadis itu sadari.“Apa kau merasa terbebani dengan situasi ini?” Mona bertanya, se

  • Nona Muda yang Terbuang   Aku Hanya Takut

    “Apa kau tidak menyadari, kalau istrimu ini pembohong tuan Dai?” ucapan terakhir dari Naomi masih tersisa di fikiran Richella. Apa benar dia yang bersalah dalam situasi ini?Kalau saja dia berbohong, maka pernikahan ini juga sebuah kebohongan. Richella merasa gelisah, fikirannya di hantui oleh beberapa hal yang rasanya tidak layak. Apakah jalannya benar? Apa dia harus bertahan? Dia merasa Daimiro tidak akan pernah menjadi suaminya.Ketika segalanya bercampur aduk, dia justru diserang oleh ciuman tiba-tiba dari Daimiro. Suaminya itu bahkan mendorong tubuhnya kasar hingga ia telentang di atas ranjang nya. Matanya membundar begitu melirik Daimiro melepaskan ikat pinggang nya.“Dai? A-ada apa? Kenapa kau marah padaku?”Daimiro mempersempit jarak diantara mereka, hanya 5 cm dalam situasi mereka saling bertatapan.“Apa aku terkesan tidak berguna bagimu?” nada bicara Daimiro lirih, namun matanya menatap dengan putus asa.“Dai? Kau marah kan? Apa kesalahanku? Aku sudah berusaha untuk…”“Kau b

  • Nona Muda yang Terbuang   Rendah tapi dalam Kemarahan

    Menyadari sesuatu yang janggal untuk istrinya, Azam pun mendekat. Awalnya dia berfikir kalau isrtinya hanya sekedar bertegur sapa dengan Daimiro. Wajahnya agak menegang begitu melihat ekspresi Daimiro yang terkesan tidak bersahabat.Dia masih tidak yakin kalau Rihcella sudah kembali, sepengatahuannya Richella sudah di urus oleh ayahnya untuk tidak mengusik dirinya. Dia mencoba membangun benteng dirinya, dan meyakini wanita yang berada di samping Daimiro itu hanya sekedar mirip dengan Richella.“Sayang? Kamu ngobrol banyak ya?” Azam menghampiri istrinya dengan nada bicara yang rendah, ia langsung menyentuh pundak istrinya.Richella merasa getir, dia merasa tidak adil. Di masa lalu, Azam begitu mencintainya, terlihat seperti itu. Lalu sekarang apa?Azam, mengangkat kepalanya. Dia memberanikan diri menatap Daimiro “Senang kau kembali Dai!” lalu dia beralih melihat wanita di samping Daimiro “Dan untukmu istrinya…” Azam terdiamTidak ada yang lebih tau dibandingkan dirinya, bagaimana cara

  • Nona Muda yang Terbuang   Apa yang Harus Aku Lakukan Dengan Lidah Ini

    Richella takut, jika saja dia kembali bertemu dengan masa lalu. Apa mungkin dia sudah mengikis habis orang itu dari memorinya?Azam adalha pria yang pertama kali dia cintai. Pria yang membuat luluh dirinya, bahkan sampai di titik dia memberikan segalanya. Richella berfikir, kelak dia harus bertemu dengan pria yang bisa membuatnya aman, maka dirinya akan terlepas dari genggaman keluarga pamannya.“Kau tunggu disini! Aku akan menemui orang tuaku!”Richella menganggukkan kepalanya, semuanya terjadi begitu cepat. Apalagi pernikahan antara dirinya dan Daimiro. Sesuatu yang terkesan tidak nyata. Dia tidak memiliki keluarga, tapi bagaimana dengan Daimiro?Richella hanya melirik foto keluarga Daimiro, mendengar suara ayah mertuanya dari jauh. Meskipun begitu, dia tidak berniat untuk bertanya sebelum Daimiro mengatakan lebih.“Jangan gemetar! Tuan Daimiro akan menjagamu!” Mona mengelus pundak Richella.Richella menundukkan kepalanya, entah seperti apa nasibnya setelah ini. Katakan saja dia sud

  • Nona Muda yang Terbuang   Istriku Harus Patuh

    Richella harus menetapkan dirinya. Berfikir untuk mulai memahami seperti apa tujuan yang layak untuk ia lakukan. Ini tentang balas dendamnya, tapi sepertinya perhatiannya teralihkan ke hal lain. Pria itu, Diamiro.Mengapa dia begitu dingin? Apakah sekarang pernikahan mereka hanya tentang sex? Tidak! Richella ingin memastikan, wanita terbuang sepertinya layak mendapatkan cinta.Namun sejujurnya, dia sudah kehilangan harga dirinya semenjak ia membuka kakinya di depan Daimiro, membiarkan pria itu menyentuhnya atas permintaannya.Apa yang Richella lontarkan kala itu? Jika dia Daimiro ingin menyentuh tubuhnya hanya karena bercinta, maka dia dengan rela hati akan melakukan hal itu. Dialah yang sudah membuka pintu seperti itu.“Hei, besok pesta itu akan dilakukan! Ucapan tuan Dai, jangan terlalu dimasukkan hati, di memang selalu begitu” Mona meletakkan jus jeruk di depan RichellaGadis di depannya itu, sedari tadi terkesan gelisah dengan lamunan panjang. Hanya ucapannya yang mengatakan dia i

  • Nona Muda yang Terbuang   Teringat Kembali

    Sapuan angin lembut yang menyapu punggung Richella, membuat nafasnya terengah-engah. Sisa dingin dari batu es masih terasa di tubuhnya, dan angin malam membuat sensasi itu menjadi lebih kental. Dingin itu meresap, dan dera nafas yang tersisa adalah bentuk hasrat yang sudah berada di pucuk kepalanya.“Hak!” Richella tersentak ketika Daimiro mengangkat kakinya ke atas. Paha mulus itu terbuka lebar, dan dera nafas Richella semakin membuatnya bergairah. Dia sudah merasakan panas di dalam tubuhnya terbakar dengan perlahan.“Kau?” Daimiro menatap Richella, mata mereka saling beradu tatap. Rona pipi Richella yang merah, bibir yang dia gigit untuk menahan gejolaknya, dan juga pemandangan dari tubuh sintalnya yang kini tidak di tutupi oleh sehelai benang pun.Sesuatu tengah menampar akal sehat Daimiro. Dia tidak berfikir untuk bisa melanjutkan ini, meskipun hasratnya benar-benar ingin terpenuhi sekarang. Dia benar-benar sudah berada di puncak kenikmatan, hanya harus menikmati saja, namun…“K-k

  • Nona Muda yang Terbuang   Batu Es

    Gadis ini polos, pikirnya. Atau mungkin Richella memang tidak pernah menikmati hal itu sebelumnya. Aliran sungai di belakang rumah, seharusnya tetap mengarah ke laut. Tidak peduli bagaimana cabang yang dilewati.“J-jangan mengatakan hal yang tidak-tidak! Kau sedang mabuk sekarang!” Daimiro yang paling waras untuk saat ini. Dialah yang seharusnya mengendalikan. Dia bukanlah pria yang melakukan kesalahan dua kali. Apalagi terhadap seorang wanitaRona wajah Richella berubah. Dia menjadi sendu, bibir yang turun ke bawah. Alis yang mengkerut, dan yang lebih menggoda lagi, kali ini Richella menggigit bibir bawahnya “Kau jijik padaku kan?”Richella melontarkan pertanyaan, yang selalu ada di dalam ingatannya. Pertanyaan yang seharusnya tidak pernah ada, lalu menjadi ada. Itu semua terjadi begitu saja. Alam bawah sadarnya, sudah menuntunnya, hingga segalanya menjadi seperti ini.“Jangan berkata seperti itu lagi! Kau tidak tau bagaimana penilaian seseorang terhadap dirimu. Kenapa kau seperti be

DMCA.com Protection Status