"Bos, saya sudah mengikuti Nona Celia ke Amsterdam. Ada sedikit kabar yang mungkin akan membuat Anda tak tenang. Jadi seorang pria tampan menemaninya dari pesawat sampai di hotel dan tak hanya itu, mereka check in di kamar yang sama. Maaf untuk aktivitas di dalam kamar tersebut, saya tidak bisa melaporkannya karena tidak mungkin menerobos masuk atau mengintip dari kaca jendela di lantai sebelas!" Matt Davis tertawa tegang di telepon.Keheningan dari sisi Morgan membuat Matt sedikit cemas karena dia mengetahui perasaan istimewa kliennya ke Celia Richero. Sayangnya memang seperti cinta bertepuk sebelah tangan saja. Gadis itu lebih memilih kebebasannya dan enggan terikat kepada siapa pun. Bahkan, Morgan yang tulus mencintainya.Akhirnya keheningan itu pecah dengan jawaban Morgan. "Aku akan menyelesaikan pekerjaanku di Houston lalu menyusul Celia ke Amsterdam. Sementara ini pantau terus gerak gerik pria yang bersama Celia, jangan-jangan dia punya niat jahat, Matt!""Tentu saja, Bos. Merek
Tetes-tetes air sisa hujan badai semalam menitik dari atap-atap rumah penduduk di kota Amsterdam dan sekitarnya. Beruntung pagi hari berikutnya matahari muncul bersinar terang. Para petugas kebersihan kota membereskan jalanan agar bisa dilalui lagi oleh kendaraan.Celia pun terbangun dari tidur lelap. Listrik telah pulih dayanya yang semalaman padam. Dia menyelinap turun dari tempat tidur, meninggalkan Daniel yang masih belum kembali dari alam mimpi. Entah turun sampai suhu berapa tadi malam, tetapi cukup untuk membuat seseorang terserang hipotermia. Cara Daniel membuat mereka berdua bisa bertahan melewati badai cukup efektif. Karena sudah pukul 07.00, Celia memutuskan untuk mandi air hangat. Mereka berencana melakukan wisata berdua mengelilingi kota Amsterdam dan berkunjung ke beberapa obyek wisata menarik di sekitarnya hari ini.Suara gemericik air dari kamar mandi membangunkan Daniel. Pria itu menyadari bahwa Celia telah pergi dari sisinya. Dia meraih handphone di nakas dan membac
"Terima kasih sudah mau mampir ke kampung halamanku, Celia. Ngomong-ngomong apa kamu pernah mengunjungi Venesia?" ujar Daniel yang sedang mendayung perahu miliknya untuk pulang ke rumah. Jalur sungai yang lebar dengan pemandangan bangunan berjejer di kanan kiri dan juga pepohonan serta tanaman hias menyambut kedatangan Celia di Giethoorn. Gadis itu terkesan dengan daerah yang disebut Venesia Dari Utara. "Seharusnya aku yang berterima kasih, Daniel. Tempat ini sungguh menakjubkan bagaikan berada di negeri dongeng. Kebetulan aku belum banyak menjelajahi benua Eropa. Dulu sewaktu kecil, papaku memang sempat mengajak aku dan kakakku mengunjungi Paris, Milan, Amsterdam, dan Madrid. Hanya kota-kota besar itu saja!" jawab Celia sambil memandangi obyek menarik di sekelilingnya.Mereka hanya naik perahu kayu berdua menyusuri sungai. Di sisi yang lain ada beberapa perahu yang melalui jalur air tersebut. Perjalanan dari Amsterdam cukup jauh sehingga mereka baru sampai di sana pada sore hari. C
"Hai, Celia. Silakan duduk, ayo kita makan malam!" sapa Daniel ramah. Dia duduk di meja makan bundar dari kayu Ek menunggu kedatangan Celia.Dalam benaknya, Celia merasakan pria yang dia temui kali ini sama seperti Daniel dalam versi 'normal'. Dia memperhatikan sikap Daniel lebih teliti lagi. "Hello, Danny. Nampaknya masakan makan malam ini lezat. Siapa yang memasaknya?" jawab Celia berbasa-basi."Koki rumahku yang membuat semua hidangan makan malam kita, Celia. Kuharap akan cocok di lidahmu. Apa istirahatmu cukup sore tadi?" balas Daniel ramah. Dia mengambil sup ercis ke dalam mangkuk keramik dan membiarkan Celia memilih menu apa pun yang tersaji di hadapan mereka."Iya, aku cukup tidur sepanjang sore tadi. Bagaimana dengan tamanmu?" Celia memakan salad sayur segar sebagai hidangan pembuka."Tukang kebunku, Zavier sudah merencanakan renovasinya. Yeah ... itulah risiko tinggal di sisi aliran sungai. Air meluap akan merusak properti!" jawab Daniel seraya tertawa ringan.Celia pun terse
"Mister Darwin, isi surat wasiat yang kusebutkan tadi tolong jangan sampai ada anggota keluarga Richero yang tahu sebelum aku meninggal dunia!" pesan Tuan Arnold yang terbaring lemah di tempat tidurnya.Notaris kepercayaan keluarga Richero itu menyimpan lembaran draft tulisan tangan yang tadi didikte oleh kliennya. "Jangan kuatir, Sir. Saya paham, isi surat ini akan saya jamin kerahasiaannya hingga tiba waktu dibacakan!""Bagus. Saya percaya penuh kepada Anda, Mister Darwin. Anda bisa pulang bila sudah tidak ada lagi yang perlu dibahas. Hati-hati di jalan!" ujar Tuan Arnold Richero. Dia memberi kode agar Carlos mengantarkan tamunya ke depan kamar.Di sofa ruang tengah Emilia Pilscher sengaja duduk minum teh sembari menunggu notaris kepercayaan suaminya itu meninggalkan kamar tidur utama di kediaman Richero. Dia bangkit dari tempat duduknya lalu menyambut Oliver Darwin dengan senyuman manis tersungging di bibir merahnya. "Selamat siang, Tuan Notaris. Silakan minum dulu kopinya sebelum
"TING TONG. TING TONG. TING TONG!"Morgan menekan bel pintu depan rumah Daniel Van Siege berulang kali di malam yang larut. Namun, tak ada tanda-tanda tuan rumah membukakan pintu untuknya."Damn it! Kenapa Daniel tidak membukakan pintu untuk kita? Seharusnya dengan bunyi bel terus menerus dia akan terganggu dan setidaknya memeriksa siap tamu iseng ini!" gerutu Morgan gelisah memikirkan Celia."Sir, jangan-jangan rumah ini kosong. Aku akan coba memeriksa dari kaca jendela kamar-kamar sebentar!" usul Matt Davis yang segera mendapat anggukan setuju dari Morgan.Sementara itu Morgan mulai menggedor-gedor pintu kayu Ek yang berpelitur cokelat terang tersebut. Dia tak peduli kalau pun tetangga Daniel terbangun dan mendatanginya. Kekasih sekaligus calon istrinya ditawan oleh seniman tak jelas pemilik rumah di tepi sungai tersebut.Dalam beberapa menit, Matt Davis bersa
"Ukh ... kepalaku!" Celia merasakan kepalanya seperti berputar-putar begitu pening. Seingatnya semalam dia tidur awal dan nyaman di dalam kamar tamu rumah Daniel Van Siege.Saat matanya terbuka lebar dan memindai sekeliling, Celia terkejut setengah mati. "Di mana ini? Seperti dalam kabin sebuah kapal yacht kecil!" ucapnya lirih spontan.Tak lama setelahnya mesin dimatikan dan kapal itu terombang-ambing di atas aliran air sungai yang tidak terlalu deras. Davidoff turun ke kabin bawah kapal untuk menjumpai Celia."Danny, bagaimana kita bisa berada dalam kapal?" cicit Celia panik tanpa curiga sama sekali.Pria berwajah mirip dengan Daniel van Siege itu duduk di tepi ranjang kapal lalu membelai rambut panjang Celia yang tergerai. "Hai, Cantik. Kita berada di kapalku. Mungkin aku harus memperkenalkan diri sekali lagi. Daniel adalah adik kembarku, namaku Dave. Semalam aku telah melukismu saat kau ter
"Carlos—Celia, aku percayakan dia kepadamu kalau kondisi kesehatanku kian memburuk!" pesan Tuan Arnold dengan suara serak yang lemah di tempat tidurnya."Sir, tolong bertahanlah. Anda belum menemui Nona Muda Celia lagi. Dia pasti akan sangat sedih bila harus kehilangan Anda tanpa bertemu satu kali pun lagi!" jawab Carlos Peron berlutut di sisi ranjang majikan yang telah dilayaninya puluhan tahun.Air mata meleleh di sudut mata kulit keriput itu. Segalanya tinggal penyesalan tiada akhir, dia berdoa dalam hati untuk dikuatkan hingga melihat Celia pulang ke Kansas. Seandainya putri kesayangannya bisa menikah dengan pria pilihan Celia sendiri dan memberinya cucu, sungguh itu kemurahan Tuhan.Karena Tuan Arnold Richero menutup kelopak matanya dan tidak merespon saat dipanggil-panggil oleh Carlos. Maka asisten kepercayaan kepala keluarga Richero tersebut memanggil ambulans untuk membawa majikannya ke IGD rumah sakit.
"Laut Aegea di bawah sana begitu biru, Jeff. Aku tak sabar untuk segera menginjakkan kakiku ke Bandara Thira!" seru Esmeralda sembari memandangi lautan dengan sebentuk daratan yang tak lain adalah negara Yunani.Jeffrey Norton ikut tersenyum senang mendengar antusiasme Esmeralda. Mereka memang melewatkan Italia dan langsung terbang ke Santorini, Yunani. Dia tidak keberatan asalkan istrinya bahagia. "Aku sudah melakukan reservasi villa mewah yang pemandangan kamarnya langsung ke Kaldera dan Laut Aegea, Esme. Kau pasti sangat menyukainya!" ujar Jeff. Esmeralda mengangguk-angguk penuh semangat. Booklet wisata di Santorini yang dia miliki di kamarnya di kediaman Richero kini bisa didatangi bersama pria istimewa yang tercinta. Tak sampai setengah jam pesawat Ryan Air yang mereka tumpangi mendarat dengan mulus di landasan Bandara Thira. Pramugari memberi arahan untuk penumpang turun satu per satu dengan tertib. Jeff mengambil koper bersama Esmeralda di kargo pengambilan barang penumpang
"Taman bunga Keukenhoff ini sangat luas, Jeff. Apa dulu kau sering berkunjung ke mari?" tanya Esmeralda sembari berjalan-jalan di antara rumpun bunga tulip beraneka warna. Memang tidak semua tanaman berbunga karena bukan musim semi saat ini."Tidak sering, aku banyak berada di Swiss dibanding berkunjung ke Belanda!" jawab Jeffrey Norton. Dia berjongkok lalu memetik beberapa tangkai bunga tulip berwarna ungu yang menurutnya tidak biasa ditemui. Dia mengikat beberapa bunga hasil perburuannya lalu menyerahkan ke Esmeralda sembari berlutut, "Untuk Ratuku yang paling mempesona!" Esmeralda tersenyum dengan rona merah muda di wajahnya. "Terima kasih, Jeff. Kau pria yang sangat manis! Bunga tulip ungu baru sekali aku melihatnya, apa benar boleh dipetik?" ujarnya."Taman bunga ini salah satu taman terluas di dunia. Tidak masalah bila memetik beberapa tangkai bunga nasional Belanda ini, Darling. Ayo kita lanjutkan jalan-jalannya!" ajak Jeff, dia menghirup udara segar di pagi hari menjelang sia
"Hello, Celia. Apa sudah siap pulang ke rumah?" Morgan melangkah masuk ke ruang kerja istrinya. Di luar kaca jendela ruangan vice CEO, langit mulai gelap.Celia merapikan barang pribadinya ke tas kerja lalu bangkit dari kursi. Dia menerima pelukan dan ciuman Morgan. "Hai, Hubby. Iya, hari yang melelahkan!" jawabnya lalu melangkah meninggalkan ruangan kantor menuju lift sembari menggandeng lengan suaminya.Karena Celia tidak menyinggung tentang acara memasak live show tadi pagi, Morgan lega. Dia lalu berbicara di dalam lift yang melaju turun, "Baby, kalau kita diminta dalam satu frame acara live show cooking, apa kamu bersedia?" Awalnya Celia mengerutkan keningnya, dia seolah-olah tak percaya lalu bertanya, "Apa kamu serius atau sekadar bercanda, Morgan?" "Serius, produser acara stasiun TV K-Star tadi meminta langsung kepadaku untuk mengajak serta kamu dalam acara memasak yang biasanya!" jawab Morgan lalu melangkah keluar di lantai lobi ketika lift terbuka pintunya."Baiklah, kenapa
"Pagi ini kita kedatangan tamu yaitu Annabella Stewart, please welcome!" seru Morgan sebagai host acara memasak di stasiun TV lokal K-Star. Seorang penyanyi asal Kansas City yang sedang naik daun dan lagu-lagunya menjadi top hits playlist radio itu memasuki studio sembari melambaikan tangan. Wanita berusia 27 tahun itu berjabat tangan dengan Chef Morgan dan mengecup pipi pria tampan bermata biru tersebut.Sedikit terkejut, tetapi Morgan berusaha menanggapi dengan biasa saja. "Jadi di kesempatan kali ini Bella akan menemaniku memasak Salmon Creamy Sauce with Potatoes and Asparagus dengan karbohidrat berupa Spagetti Aglio Olio. Mari kita mulai saja!" tutur Morgan memandu acara memasak yang menjadi top rating live show beberapa minggu terakhir ini di Kansas.Annabella pun menyahut, "Apa yang bisa saya bantu, Chef Morgan yang tampan?" "Apa kamu bisa memotong batang keras asparagus ini, Bella?" tanya Morgan mencoba memberi tugas yang menurutny mudah."Okay, akan kulakukan!" sahut Annabel
Seusai sarapan pagi di ruang makan yang hidangannya disiapkan oleh koki pegawai villa tersebut. Jeff dan Esmeralda memanggil taksi untuk mengantarkan mereka ke Chateau de Chillon. Obyek wisata bersejarah di Swiss yang berupa kastil bangsawan dengan tiga periode kepemilikan. Yang pertama adalah era Savoy pada abad 12 sampai 16 dengan kepemimpinan Counts of Savoy. Disusul era Bernese dan Vaudois.Pemandangan langsung di tepi Danau Jenewa membuat wisatawan yang mencari ketenangan dan melakukan refreshing menikmati kunjungan ke kastil kuno tersebut. Lokasinya yang berada di antara jalur menuju Pegunungan Alpen menjadikan tempat itu sayang untuk dilewatkan.Jeff membantu Esmeralda menapaki tangga batu melingkar di Chateau de Chillon. Ada banyak ruangan yang menyiratkan kejayaan era bangsawan dan menara tinggi di sudut-sudut kastil. Penjara bekas peninggalan Savoy pun masih bisa dilihat. Dari jendela menara tinggi yang terbuka, mereka memandangi Danau Jenewa yang terbentang luas dan latar b
"Tahukan apa alasan aku memilih villa ini dari pada hotel bintang lima di Jenewa sebagai tempat menginap kita, Darling?" tanya Jeff sembari membuka jendela kaca besar berbingkai kayu mahoni di samping jacuzzi yang sedang diisi air panas.Esmeralda menghampiri suaminya dan melihat pemandangan di luar jendela itu. Dia terkesiap takjub lalu tersenyum kepada Jeff. "Aku rasa karena kita bisa melihat langsung keindahan Danau Jenewa dengan latar belakang kastil tua di seberangnya itu. Apa tebakanku benar, Hubby?" jawabnya."Tepat sekali! Istriku memang cerdas. Iya, kuharap kau akan suka, ditambah jacuzzi ini sengaja diletakkan di sisi jendela agar tamu yang berendam bisa menikmati panorama indah itu dalam suasana santai atau ... romantis!" timpal Jeff. Dia menurunkan kerah longgar gaun selutut berbahan ringan yang dikenakan Esmeralda hingga terjatuh ke lantai lalu membenamkan kepala di antara bukit kembar istrinya."Aakh ... Jeff, kau pria yang sangat romantis. Mmhh ... airnya!" Esmeralda me
Derap kaki kuda menjelajah area perkebunan Lavaux di Zurich, Swiss. Esmeralda yang duduk di pelana kuda dan dipeluk dari belakang oleh Jeffrey Norton merasa aman. Dia baru satu kali mengendarai kuda, berbeda dengan Celia yang memang atlet tunggang serasi di kampus dulu. "Kuharap kau bisa rileks, Esme. Nanti bagian punggungmu sakit kalau tegang!" ujar Jeff seraya menarik tali kekang kuda putih yang mereka tunggangi.Esmeralda tertawa kering seraya menjawab, "Maklum saja, Hubby. Aku belum terbiasa berkuda. Jadi apa kau dan Morgan ketika remaja sering berkuda di sepanjang sungai Missouri?""Yeah ... Morgan sangat jago berkuda. Dia selalu berhasil mengalahkanku ketika kami balapan dengan kuda apa pun!" sahut Jeff terkenang masa remajanya dahulu. Esmeralda pun terkikik lalu menyeletuk, "Kurasa Morgan sangat jago, dia menunggangi Celia sampai hamil triplet sekaligus!"Jeff pun meledak dalam tawa. "Ahh ... nampaknya kau benar sekali, Esme. Kita tak boleh kalah dari mereka ya!" tukasnya lal
Mobil tahanan yang mengangkut Emilia berhenti di depan pintu penjara federal Kansas City, Missouri. Wanita berseragam oranye itu digelandang masuk menuju ke selnya. Lily dan Anne segera bergegas menghampiri Emilia. Kemudian mereka mendudukkan rekan satu sel yang terkenal namanya di penjara wanita karena hubungan spesialnya dengan John Barlow itu ke tepi tempat tidur. "Bagaimana hasil persidanganmu, Emmy?" tanya Lily tak sabar.Emilia mengendikkan bahu tak bersemangat. "Belum dibacakan vonisnya oleh hakim tadi, tapi sepertinya aku akan mendekam di sini lebih lama lagi!" jawabnya sendu.Dari tempat tidurnya, Zelda tertawa sendirian. Dia berkata, "Nikmati saja masa-masa kejayaanmu sebagai ratu penjara bersama Don Barlow, Emmy. Bukankah dia memenuhi segala keinginanmu termasuk kebutuhan biologis dan perawatan kecantikanmu yang mahal itu?" Memang yang dikatakan Zelda sesuai kenyataan. Akan tetapi, Emilia tersinggung seolah-olah Zelda menjadikannya sebagai lelucon dan tertawa di atas pen
"Emilia Pilscher, ada panggilan persidangan banding dari pihak penuntut yaitu Mister Arnold Richero di pengadilan negara bagian Kansas!" ujar sipir penjara wanita di depan jeruji sel tahanan.Wajah Emilia mendadak pucat pasi, dia tak menyangka gertakan Esmeralda akan seserius ini akibatnya. Dia pun menjawab sopan, "Baik. Atas dasar apa, Ma'am? Lalu kapan saya harus menghadiri persidangan banding itu?" "Maaf, aku tidak tahu detail isi gugatannya. Namun, jadwal akan diselenggarakan sidang memang sudah ada. Besok pagi kau harus menghadirinya dikawal oleh petugas kepolisian dengan mobil narapidana!" tutur Officer Valerie Brown. Wanita berkulit hitam itu lalu bergegas meninggalkan sel tahanan Emilia.Zelda dan kedua rekan Emilia lainnya cukup syok karena sidang banding untuk memperberat hukuman jarang dilakukan. Namun, masa tahanan setengah tahun yang diterima Emilia memang terkesan ringan bagi narapidana mana pun. "Apa suamimu tidak ingin kau cepat bebas dari penjara, Emmy?" tanya Lily