"Morgan, ada kabar mengejutkan dari Kansas!" ujar Celia seusai suaminya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk setengah basah di pinggul.
Alis Morgan berkerut penasaran ada apa gerangan. "Katakan saja, Celia. Aku tak akan terkena serangan jantung mendengar kabar itu!" sahutnya dengan wajah cemas lalu duduk di sebelah istrinya di tepi ranjang.
"Esme dan Austin akan bercerai. Sidang perceraian pertama mereka akan dilaksanakan besok pagi waktu Kansas," jawab Celia. Dilema antara senang maupun sedih.
"Hmm ... terus terang aku tidak terlalu menyukai Austin, mantan tunanganmu itu, Celia. Dia terlalu banyak drama, perselingkuhannya dengan wanita lain bisa jadi penyebab keretakan rumah tangga mereka!" Morgan berkomentar jujur sesuai penilaian pribadinya.
Celia pun menghela napas lalu memeluk Morgan dari samping. "Aku beruntung gagal menikahi Austin. Tadinya kupikir dia akan langgeng bersama
Suara kecipak sepasang bibir beradu terdengar riuh bersama sentuhan panas seolah hasrat itu tak tertahankan lagi dan harus segera mendapat pelepasannya. Mereka berhubungan erat dengan seorang gadis yang sedang mengintip dari balik pintu VIP room Heracles Night Club tersebut. Namun, sayangnya pasangan selingkuh itu tak menyadari sedang diperhatikan oleh sepasang mata basah dengan hati remuk redam.Kepalan tangan gadis itu terkepal hingga memutih buku-buku jemarinya. Tak sabar dia ingin keluar sekarang juga dari persembunyiannya tanpa peduli konsekuensi hubungan pertunangannya dengan Austin Robertson akan kandas."BRAKKK!" Pintu kayu mahoni itu terjeplak lebar dan bergedebuk menghantam tembok ruangan. "Plok plok plok. Bravo, Esme dan Austin. Ckckck ... ternyata desas desus itu bukan sekadar isapan jempol belaka. Jadi sudah berapa lama kalian menyembunyikan hubungan kotor ini di balik punggungku, hahh?!" Celia tertawa kering sembari berdiri bersedekap defensif, dia menatap galak ke sepa
Sentuhan penuh hasrat dari partner ranjangnya membuat tubuh Celia bergetar pelan, matanya masih terpejam karena kelopak itu terasa berat. Namun, suara deru napas yang melingkupinya terdengar begitu jelas. Lambat, tapi yakin gerakan pria itu membimbingnya menuju ke sebuah penyatuan."Aargh!" pekik Celia saat selaput daranya terkoyak karena liangnya yang masih suci diterobos oleh seorang laki-laki. "Shit! Kau masih perawan?" rutuk Morgan setengah tak percaya bercampur panik. Dia merasa bersalah telah merenggut kegadisan wanita yang disangkanya seorang pramuria. Matanya memicing penuh selidik, sejenak kemudian dia berkata, "Nona, aku ... ehm ... aku akan memberikan kompensasi yang besar untuk malam ini!"Bukannya berhenti melampiaskan gairah, Morgan malah semakin larut dalam permainan panasnya bersama Celia. Dia senang mulut manis wanita itu mendesahkan panggilan sayang untuknya, My Honey Bee. Memang cocok, pikir Morgan jenaka. Dia laksana lebah jantan penghisap madu dari bunga yang sed
"Ouch ... kepalaku pening sekali!" gerutu Morgan Bradburry yang baru saja bangun selepas tengah hari. Dia terlalu banyak bercinta semalam.Seiring kesadarannya muncul dia mencari-cari wanita yang menjadi partner ranjangnya. Morgan bangkit dan melenggang ke kamar mandi, tetapi sosok yang dicarinya tak nampak di mana pun. Setelah mencuci wajah, dia kembali ke tempat tidur dan menyibak selimut tebal yang menutupi kasur. Noda darah yang kontras dengan seprai putih menjadi bukti nyata bahwa wanita yang melayaninya semalam adalah perawan. Sebentuk gelang emas berhiaskan permata hijau berkilau tertimpa sinar matahari dari jendela kamar VIP night club itu. Tangan Morgan bergerak mengambil perhiasan yang terlihat mahal di atas kasur berseprai kusut. Dia memeriksa dengan seksama benda tersebut. "CR, inisialnya? Lambang ini mungkin bisa dilacak. Hmm ... bagaimana bisa aku tak menyadari kepergiannya pagi ini? Bodoh sekali!" Morgan mengomeli dirinya sendiri. Dia segera meraih ponsel di nakas. No
"Tidak. Buat apa aku menyesali keputusanku meninggalkanmu, Austin?" balas Celia, berusaha untuk tegar. Pernikahan yang seharusnya menjadi miliknya justru kandas dan mempelai wanita digantikan oleh Esmeralda.Namun, Austin yang berpikir bahwa Celia hanya bersandiwara tak menyesal telah membiarkan dia menikahi Esmeralda segera menangkap pergelangan tangan mantan tunangannya itu. "Pembohong!" desisnya.Senyum sinis dengan tatapan jijik itu tertuju ke wajah Austin. Dia menepiskan tangan yang mencengkeram erat dirinya hingga terasa sakit. "Jangan menyentuhku lagi. Kau tak layak!" hardik Celia bernada tajam. "Kau masih mencintaiku, bukan? Mana mungkin hanya karena masalah sepele lantas perasaan cinta yang dalam itu lenyap begitu saja, Celia!" cecar Austin yang masih menginginkan wanita bermata ungu di hadapannya. "Apa kau tuli? Kisah kita telah usai sejak aku memergokimu bersama Esme di night club—" Kata-kata selanjutnya tercekat di tenggorokannya karena ingatan bahwa pada malam yang sama
"Hey, Celia. Seharusnya aku dan suamiku yang pergi berbulan madu, kenapa kau yang justru buru-buru terbang ke Bahama?" protes Esmeralda dengan nada meliuk-liuk. "Sudahlah, Esme Sayang. Kita pergi bulan madu kapan pun kau mau? Biarkan Celia memilih yang ingin dia lakukan," bela Austin. Dan istrinya langsung mendelik menatap dia.Celia pun angkat bicara. "Bagian terpentingnya, aku tak akan mengganggu kalian, bukan? Sudah waktunya aku berangkat ke bandara. Sampai jumpa ketika aku pulang jalan-jalan di Carribean Island!" Dia bangkit dari kursi makan lalu berpelukan dengan papa mamanya. Celia hanya melambaikan tangan sekilas ke arah pasangan pengantin baru itu sebelum menenteng tas tangannya menuju teras depan.Hari masih pagi sekali ketika Celia bertolak menuju ke Bahamas Island, pilihan pertamanya untuk bertamasya di Carribean Island. Fabio Hernandez mengawalnya selama berada di luar Kansas. Iklim tropis yang kaya akan sinar matahari membuat Celia serasa lahir baru setelah menghadapi b
Private jet yang membawa Carlos Peron bersama selusin pengawal berbadan tegap mendarat di Bandara Internasional Owen Roberts (ORIA) yang terletak di Grand Cayman. Mereka segera menaiki beberapa taksi bandara menuju resort tempat nona muda Richero menginap. Pesawat sewaan itu tetap terparkir di bandara karena mereka akan langsung kembali ke Kansas City."Apa kau yakin, Nona Celia akan menuruti keinginan papanya, Carlos?" tanya George yang duduk di bangku sebelah sopir taksi."Hmm ... mustahil. Gadis itu terlalu bengal untuk patuh dijodohkan dengan pria pilihan Mister Arnold. Pokoknya jaga jangan sampai dia kabur. Aku sendiri yang akan memanggulnya di bahu bila dia menolak dan berusaha melarikan diri!" jawab Carlos Peron. Penampilan Celia yang lemah gemulai nan anggun hanya kamuflase dan dia tahu itu karena Celia penggemar olahraga atletik sejak kecil, tubuh gadis itu sangatlah lentur dan lincah.Empat taksi bercat kuning itu berderet berhenti di depan lobi resort mewah. Pria-pria bertu
Suara denting peralatan makan di meja panjang bertaplak putih itu terdengar di sela-sela obrolan yang didominasi para orang tua. Celia yang duduk berseberangan dengan Harry Livingstone nampak cuek dan memilih mengisi perut dengan hidangan lezat di hadapannya.Dengan terang-terangan Harry menatap calon mempelainya dengan penuh minat. Dia pun memberi kode dengan suara berdesis agar Celia memperhatikannya alih-alih terus mengunyah makanan ini dan itu. "Sstt ... Celia, apa besok kita bisa bertemu di cafe? Aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi, Sweetheart!" ucapnya."Hmm ... boleh. Jam sepuluh pagi di Riverside Cafe dekat rumahku, apa kau bisa, Harry?" jawab Celia yang ingin tahu sifat asli calon suaminya. Pembicaraan orang tua mereka sepertinya sudah pasti akan terjadi pernikahan kilat beberapa hari ke depan. Itu sedikit membuat Celia tak nyaman. Dia tidak ingin memilih suami seperti membeli kucing dalam karung. "Okay, aku pasti akan menemuimu di sana besok pagi, Celia. Ngomong-ngomong,
"Master Morgan, ini berita yang sangat gawat!" Alfons Boudin berlari masuk tanpa mengetuk pintu kantor bosnya lebih dahulu."Ada apa, Alfons?" tanya Morgan dengan dahi berkerut.Alfons menata napasnya yang tersengal-sengal di kursi seberang Morgan lalu menjawab, "Sir, wanita incaran Anda akan menikah besok di The Catedral of Saint Peter The Apostle!""WHAT?!" Morgan sontak bengong. "Yeah, ini bukan hoaks. Nona Celia Richero akan menikah dengan Harry Livingstone karena dijodohkan oleh papanya, Sir!" tutur Alfons.Morgan menghela napas. Sebenarnya dia ingin mengamuk. Berbulan-bulan dia menunggu Celia kembali ke Kansas. Namun, justru wanita itu akan dipersunting menjadi istri pria lain."Apa Celia setuju dinikahkan dengan pria pilihan papanya?" tanya Morgan tenang sekalipun penasaran. Dia kuatir calon suami Celia tidak menikahi wanita itu karena cinta melainkan terpaksa atau lebih buruknya hanya demi harta.Alfons mengendikkan bahunya, dia hanya mengetahui highlight berita itu dari Matt
"Morgan, ada kabar mengejutkan dari Kansas!" ujar Celia seusai suaminya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk setengah basah di pinggul.Alis Morgan berkerut penasaran ada apa gerangan. "Katakan saja, Celia. Aku tak akan terkena serangan jantung mendengar kabar itu!" sahutnya dengan wajah cemas lalu duduk di sebelah istrinya di tepi ranjang."Esme dan Austin akan bercerai. Sidang perceraian pertama mereka akan dilaksanakan besok pagi waktu Kansas," jawab Celia. Dilema antara senang maupun sedih."Hmm ... terus terang aku tidak terlalu menyukai Austin, mantan tunanganmu itu, Celia. Dia terlalu banyak drama, perselingkuhannya dengan wanita lain bisa jadi penyebab keretakan rumah tangga mereka!" Morgan berkomentar jujur sesuai penilaian pribadinya.Celia pun menghela napas lalu memeluk Morgan dari samping. "Aku beruntung gagal menikahi Austin. Tadinya kupikir dia akan langgeng bersama
Celia membuka matanya ketika cahaya mentari pagi menyusup dari kaca jendela balkon. Kamar hotel tempatnya menginap menjadi terang dan dia pun merenggangkan otot-ototnya sambil duduk di atas ranjang. Celia menoleh ke arah suaminya yang masih terlelap di sisinya.Namun, ketika dia ingin beranjak dari tempat tidur, suara Morgan mengejutkannya. "Babe, kau sudah bangun? Mau ke mana?""Hubby, aku ke toilet sebentar ya. Kamu tidurlah lagi kalau masih mengantuk!" jawab Celia lalu beranjak ke arah kamar mandi.Morgan menyusulnya dengan langkah cepat lalu menunggu Celia selesai berkemih. Dia juga sama sesak kencing. "Apa kamu lapar, Darling? Sepertinya sarapan hotel sudah tersedia pukul 07.00, bagaimana kalau kita mencuci muka lalu turun saja?" tawarnya yang segera ditanggapi dengan anggukan oleh Celia.Seperti yang dikatakan oleh Morgan, sarapan untuk tamu hotel telah tersedia lengkap di restoran. Pasan
"TING TONG." Bel pintu unit apartemen Clara Knightley berbunyi, tak lama wanita paruh baya berusia 42 tahun itu membukakan pintu untuk Austin."Hai, Clara. Apa kau sedang menungguku, Babe?" Austin memindai tubuh molek nan sintal yang hanya berbalut lingerie merah semi transparan itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.Tangan wanita itu segera meraih lengan Austin dengan tak sabar agar masuk ke unit apartemen mewahnya. Clara langsung mengunci lagi pintunya. "Kau membuatku menunggu lama, Boy! Apa sudah makan malam?" ucap Clara dengan suara lembut memanja sambil berlenggak-lenggok di depan Austin.Pria muda itu menggeleng lesu. "Aku sedang banyak masalah, tadi orang tuaku memarahiku di rumah!" Dia pun digandeng ke arah meja makan yang penuh sajian lezat menggoda."Temani aku makan malam kalau begitu, Austin. Kebetulan aku terlambat pulang kantor tadi karena menemui beberapa teman di bar. Kami merencana
Menu makan malam yang dipesan Morgan via room service disajikan di meja balkon kamar. Sekali pun angin badai sempat menerjang kota Auckland siang hingga sore tadi, tetapi suasana malam dengan pemandangan arah pelabuhan sayang untuk dilewatkan. Lampu-lampu kapal yang terapung-apung di dermaga beserta lalu lintas maritim menjadi daya tarik tersendiri bagi Morgan dan Celia yang duduk di teras sembari menikmati makanan buatan chef hotel bintang lima itu."Udara masih terasa dingin dan basah ya, Hubby? Aku berharap besok cuaca cerah sehingga liburan kita di New Zealand tidak terganggu. Berapa hari kita akan berada di sini?" ujar Celia sambil menyantap hidangan steak daging sapi jenis Angus yang empuk sekali pun tebal."Sekitar tiga atau empat hari, kita hanya dua malam di hotel ini sebelum berpindah agak ke pedesaan, Baby Girl. Pemandangan alam daerah peternakan lebih memukau dan itu yang terkenal dari New Zealand. Besok kita menjajahi kota
Pagi itu Esmeralda berangkat ke pusat kebugaran dengan menyetir mobil sendirian. Di tas jinjingnya, dia membawa pakaian kantor dan alat mandi serta beberapa kosmetik di sebuah make up pouch. Dia sengaja tak memberi tahu Austin tentang kepergiannya melakukan senam yoga sesuai rekomendasi Dokter Jeffrey Norton tadi malam.Handphone miliknya dalam mode silent, dia tak ingin ada gangguan saat menjalani senam yoga perdana. Sesampainya di parking lot, Esmeralda memilih sebuah tempat yang masih kosong untuk mobilnya lalu bergegas turun dari kendaraan.Sesosok pria berjalan memasuki gedung tiga lantai bertuliskan Callis Body Shape berukuran raksasa dengan simbol siluet tubuh ramping estetik warna biru muda dan pink. Esmeralda seperti mengenali pria tersebut dari belakang. Dia pun segera mengejarnya dan berseru, "Morning, Dok!"Dokter Jeffrey Norton membalik badan dan mengulas senyuman ramah. "Good day, Esmeralda. Senang me
Vonis hukuman untuk Emilia Pilscher karena dalam kasus tersebut tidak menimbulkan kerugian materi maupun menghilangkan nyawa siapa pun mendapat keringanan dari hakim negara bagian Kansas. Akan tetapi, pengacara handal keluarga Richero tetap bersikeras adanya hukuman penjara bagi wanita itu dan dikabulkan dengan beberapa bulan masa pidana. Leonardo Chavez memprotes keputusan hakim yang menilai bahwa Emilia Pilscher bukan penjahat berbahaya. Sementara untuk kasus penembakan atas Morgan di rumah sakit yang menimbulkan cedera di bagian punggung korban, kesalahan dijatuhkan kepada Hugo Clarke. Vonis pidana selama dua tahun di Penjara Federal Kansas City, Missouri. Pengacara yang disewa jasanya mewakili Morgan tidak melancarkan keberatan apa pun.Seusai proses hukum Emilia dan kaki tangannya diakhiri dengan pembacaan vonis di persidangan. Keduanya digelandang naik mobil khusus tahanan polisi. Mereka akan dijebloskan ke sel penjara selama masa pidana yang ditentukan hakim. Tuan Arnold Rich
"Ouch ... pegal sekali punggungku!" keluh Celia ketika turun dari kabin pesawat. Penerbangan yang seharusnya pagi sempat tertunda hingga jelang tengah hari karena angin topan melanda New Zealand.Alhasil, Celia dan Morgan harus terlunta-lunta menunggu di Bandara Bora Bora selama tiga jam lebih. Baru setelah mengobrol dengan Esmeralda via telepon, panggilan boarding itu terdengar.Morgan pun menyahut seraya berjalan merangkul bahu istrinya, "Nanti sesampai di hotel akan kupijat punggungmu, Baby Girl. Sabar ya!"Para pengawal Morgan membantu mengambil koper mereka di bagian klaim barang kargo pesawat. Sementara itu Celia dan Morgan melihat-lihat toko souvenir di Bandara Auckland. Barang-barang brand internasional terpajang di outlet resmi yang berjejer di bandara, toko barang oleh-oleh makanan dan kerajinan tangan turut menyemarakkan deretan area window shopping."Aku ingin membeli topi ber
"Austin, kau langsung pulang saja ke rumah keluarga Robertson. Aku jelas tak akan mau melayanimu malam ini!" ucap Esmeralda setelah mobil Hennesey Venom GT itu berhenti di depan pintu teras kediaman Richero."Esme, maafkan aku kalau perkataanku tadi menyinggung perasaanmu!" Austin menahan tangan Esmeralda yang akan turun dari mobil.Pasangan suami istri itu saling bertukar pandang dalam diam sebelum Esmeralda berbicara, "Besok siang kita diskusikan saat lunch break. Aku akan menghubungi Mister Alfred Dunhill agar menenani kita!""Apa maksudmu, Esme? Untuk apa lawyer ikut berbincang dengan kita?" tanya Austin dengan jantung mencelos. Dia tak mengerti tujuan istrinya.Esmeralda tak ingin bertengkar dengan Austin karena jiwa raganya terlalu lelah setelah berjibaku seharian di kantor. " Sudah ya, aku turun dulu!" tukas wanita bermata hijau bak zamrud itu lalu lekas-lekas keluar dari mobil dan
"Darling please, jangan ceraikan aku! Aku sangat mencintaimu, Esme—" Austin memeluk istrinya yang sudah berganti pakaian kantor bersih nan rapi."Ish ... kau ini, aku sudah berdandan. Jangan kau buat lusuh lagi penampilanku, heran sekali ... kau sendiri seorang CEO, masa tidak paham kalau menemui klien harus dengan penampilan yang representatif?!" omel Esmeralda. Pasalnya, sang suami menempel terus kepadanya.Austin melepaskan kedua lengan kekarnya dari tubuh ramping Esmeralda lalu berkata, "Ya sudah, nanti seusai kerja akan aku jemput untuk mengantarmu pulang ke rumah!""Hmm ... okay. Sampai nanti, Austin!" tukas Esmeralda seraya bergegas keluar terlebih dahulu membawa tas tangannya dari ruang CEO.Esther sudah siap mendampinginya turun ke meeting room di lantai sebelas. Sekretaris Esmeralda itu tidak berkomentar sama sekali melihat pakaian bosnya telah berganti. Bukan rahasia lagi bagin