Share

Noktah Merah Pernikahan Firda
Noktah Merah Pernikahan Firda
Penulis: SEFARIDA

BAB 1 Telephone Aneh

Penulis: SEFARIDA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 

 

BAB 1 

 

TELEPHONE ANEH

 

Drttt ... drttt ... drttttt.

Ponselku bergetar, nada sambung lagu putus atau terus dari Judika, penyanyi yang terkenal itu terus mengalun syahdu. Netraku bergerak  ke layar ponsel  yang berada disebelah buku kerja di samping gelas kopi yang tinggal separuh ini. 

 

Aku melihat nomer yang tak kukenal masuk ke ponsel kesayanganku.  Aku terkejut  saat menatap profil nomer aplikasi hijau itu tertera gambar  mas Gunarso. 

 

Apakah Lelaki yang menjadi suamiku saat ini berganti nomer pikirku dalam hati.  Aku buru-buru mengangkatnya khawatir ada sesuatu  yang penting, belum sempat ku buka mulut ini, aku mendengar seorang wanita.

 

“Mas Gun, ih … jangan ditekan dengan keras Mas. Sakit Mas, pelan-pelan Mas,” kata suara wanita diseberang sana.

 

Aku tersentak kaget, tak bersuara mendengar rengekan dari seorang wanita yang tak kukenali. Telinga ini kupasang dengan seksama memastikan rengekan siapakah ini yang begitu manja. 

 

Tanpa pikir panjang kutekan tombol loudspeaker dalam aplikasi hijau itu agar aku bisa jelas mendengar. Suara begitu jelas yang ku dengar  percakapan tak pantas diantara mereka melalui ponselku itu.

 

“Tenang sayang, pasti kau akan merasakan kenyamanan yang bikin ketagihan ketemu aku. Bagaimana rasa pijatanku di kakimu ini?” tanya lelaki itu riang yang lamat-lamat kudengar dari ponsel tersebut. Aku belum bisa memastikan apakah benar itu suamiku atau bukan.

 

“Teruskan Mas, aduh ... sakit Mas,” kembali kudengar suara perempuan itu mengaduh dan berteriak kesakitan.

 

Hatiku terus bergolak, sedang apakah mereka? benarkah ini suamiku? Lelaki yang menikahiku enam belas tahun lalu, yang berjanji setia sampai mati denganku. 

 

Aku menunggu suara laki-laki itu menjawab. 

 

“Bagaimana? Enakkan? Mas istirahat dulu capek nanti aku pijat lagi. Makanya lain kali hati-hati,” jawab laki-laki itu seperti kelelahan.

 

Jleb, begitu mendengar suara itu hatiku terasa panas, jantung ini bagaikan berisi granat yang siap meledakkan seluruh isi kota.

 

 Itu benar-benar suara Mas Gunarso, bukankah jam segini seharusnya dia masih bekerja. Kok bisa bersama dengan  seorang   wanita. Siapakah dia?

 

Belum tuntas rasa penasaranku, wanita itu kembali bersuara.

 

"Mas kapan aku kau buatkan surat, masak hanya terbatas sah saja. Tidakkah kau ingin mengenalkan aku pada istrimu serta ibumu," ujar wanita itu seperti menghiba.

 

Apa maksudnya dengan surat yang diminta wanita itu ? Mengapa dia minta dikenalkan padaku beserta ibu, apakah suamiku menikah lagi tanpa sepengetahuanku." bathinku dalam hati.

 

"Entah apa yang telah dilakukan mereka, tidak … tidak, nggak mungkin suamiku melakukan penghianatan serta menodai kesetiaanku dengan menikahi orang lain lagi. Gumamku dalam hati

 

Aku menenangkan hati yang dipenuhi cemburu  serta menenangkan pikiran yang dipenuhi sak wasangka. Rasa sakit dihati menjalar keseluruh tubuh. Jantung yang kumiliki berdegup kencang bergerak naik turun bagai roller coaster ini.

 

"Sabarlah, pasti aku menemukan jalan keluar terbaik. Aku belum berani memberitahukan ke istriku tentang kita," jawab suamiku.

 

Begitu banyak tanya dalam hatiku, rasanya aku pingin membanting ponsel ini. Mendengar semua percakapan dua orang  itu. Awas jika kau pulang pasti aku akan balas dendam padamu mas jika kau benar-benar menipuku.

 

Rasa panas di hatiku seperti ingin membakar apapun yang kulihat.

 

“Saat kita bersama, jangan pernah singgung tentang istriku jika kamu ingin terus bersama dalam mahligai ini,” Lelaki yang terindikasi suamiku  itu berkata tegas pada wanita yang belum kukenal itu. 

 

Aku benar-benar down mendengar jawaban lelaki yang kusebut suami   pada wanita itu, seakan aku adalah wanita yang membosankan dan sudah tak berarti lagi baginya. 

 

Air mata Firda meleleh sempurna dipipi putihnya.

 

“Mana ponselku sayang,” suara suamiku menanyakan pada si wanita yang membuatku cemburu.

 

“Itu Mas Gun dibawah bahumu,” jawab wanita itu.

 

"Oh Tuhan, kenapa ponsel ini memanggil hampir satu jam, kontak siapa ini, aduh ini nomer kontaknya Firda istriku. Gawat ini.” 

 

Suara suamiku itu panik langsung mematikan nomer ponselnya yang terhubung kepadaku.

 

Aku pencet nomor ponsel  itu kembali tapi sudah tidak on lagi. Tulang yang kumiliki seakan remuk tak kuat menahan berat tubuh ini mendengar permintaan  wanita itu.

 

Aku terduduk diatas lantai yang berwarna putih. Untung sekali di kantor ini tinggal aku, semua temanku masih berada dikelasnya masing-masing. 

 

Pikiranku melayang seakan ingin mati saja. Sikap manisnya selama ini hanya untuk mengelabuhi diriku saja.

 

Bagaiman jika Rania dan Raksa tahu kalau Bapaknya ternyata seorang laki-laki yang memiliki istri lagi selain ibunya. Seribu tanya dibenak ini, justeru membuat pusing kepalaku.

 

Aku terus berpikir, suamiku tak pernah nampak mencurigakan. Bahkan selalu pulang  tepat waktu. Jikalau harus terlambat maka Dia akan meneleponku. 

 

Ada apa ini? Apa ada yang salah pada diriku hingga suamiku tergoda ingin beristri lagi dengan wanita lain . Aku terus mengolak-alik setiap kejadian, tapi tetap tak kutemukan kejanggalan. Begitu pandainya suamiku itu menyimpan rahasia.

 

Semilir angin membiusku terus tenggelam dalam pikiranku yang penuh dengan tanya dan luka. Tak terasa waktu berlalu.

 

 Ku lihat jam dinding kantorku menunjukkan jam satu tepat.  Semua orang dikantorku sudah berseliweran dan berkemas untuk pulang. Maklum hari sabtu pasti mereka pingin banget segera pulang untuk ketemu keluarganya.

 

" Firda nggak pulangkah?". Tanya Indah rekanku sekantor.

 

"ntar lagi, masih nanggung nih pekerjaanku belum kelar semua tinggal koreksi pekerjaan siswa kurang 15 lembar."jawabku berbohong sambil pura-pura tetap mengotak atik lembar jawaban tugas siswaku.

 

"Ya udah, selamat lembur ya semoga nanti ada helikopter yang bawa uang banyak untuk upah lemburmu," jawab konyol indah.  

 

Temanku itu tertawa terkekeh kekeh dan terus ngeloyor pergi menuju parkiran depan untuk mengambil sepeda motor bebek merah kesayangannya

 

Aku hanya tersenyum sambil ku beliakkan mataku menatapnya sambil tertawa agar aku tidak terlihat bersedih. 

 

Indah ini memang teman yang menyenangkan. Dia selalu hadir saat aku berada di fase apapun kehidupanku.

 

Saat aku senang dia teman yang membahagiakan. Saat aku melakukan kesalahan dia pula teman yang tak segan mengingatkanku. 

 

Saat aku sedih dia pula teman yang menentramkan hatiku dengan segala saran bijaknya. Aku bersyukur memiliki teman seperti dia

 

Waktu terus berlalu sungguh tiada berasa, rasa penatku tiba tiba datang dan aku masih malas untuk  pulang. Mengingat kejadian tadi, aku takut khilaf saat  menghadapi    Mas Gunarso. Aku harus bisa menenangkan hatiku.

 

Aku harus menyusun rencana agar Mas Gunarso mau berterus terang kepadaku jika memang dia mempunyai istri lagi tanpa sepengetahuanku.

 

Aku harus bisa membuatnya jera, jika dia bisa tidak jujur padaku, apa dia pikir hanya dia saja yang bisa seperti itu. 

 

“Akan kuladeni Mas tantanganmu kali ini. Anda jual saya beli,” batinku sambil menyusun rencana.

 

 

Bersambung

 

Sebaiknya diapakan ya si Gunarso itu? Jawab dong di komentar

Komen (5)
goodnovel comment avatar
EnKa Jasmine
semangatt... basmi saja laki macam itu
goodnovel comment avatar
Adindatsaa
aduh sungguh malang nasibmu Firda
goodnovel comment avatar
Adindatsaa
Aduhh kasian firda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 2 Dirumah Ibu

    Perlahan ku setir sepeda motorku keluar dari kantor sekolahku menembus jalan raya yang padat merayap.Hawa yang panas dijalan semakin memperkuat rasaku hari ini. Ya Alloh apakah yang harus kulakukan, rasa amarah ini benar benar tak bisa kubendung tak terasa airmata mengalir. Pikiranku terus mengembara dengan ponsel yang salah kuterima tadi.Entah kesengajaan atau tidak aku tak tahu, dihati dan pikiranku berkembang berbagai rasa yang berkecamuk.“Tin!"tiba - tiba suara bel mobil dari belakangku berbunyi sangat keras yang mengagetkan lamunanku yang sedang menjulang tinggi keangkasa“Hoe!""Mbak kalau nyetir jangan sambil ngelamun!” jerit sopir truk dari belakangku yang membua

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 3 Emosi Jiwa

    BAB 3EMOSI JIWA"Maaf pak jika berkenan tolong sebutkan nama bapak, agar saya tak menduga duga jika tidak berkenan telpon saya tutup. Aku berpura-tak mengenal nomer ponsel ini."Tunggu ... tunggu jangan ditutup dulu telponnya, Benarkah kamu nggak mengingat suaraku lagi Miana?" jelas orang itu.Mak jleb sekali rasanya mendengar nama akhirku disebut. Selama ini yang memanggil nama akhirku hanya satu orang yaitu Mas Bion saja.Mengapa ia masih memanggilku seperti itu?Apa maksudnya?Tiba tiba mataku gelap sekali rasanya, keringat dingin mengucur diseluruh tubuhku. Aku tak mampu mengangkat telpon."Miana, Miana kamu masih mendengarku kan? Aku minta maaf miana jika aku mengejutkanmu. Aku dapat nomer telp

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 4 Kenangan Pahit

    BAB 4KENANGAN PAHITFirda beranjak dari tempat duduknya, ia buka almari tuanya itu. Matanya celingukan mencari sesuatu, tangannya pun ikut menyibak tumpukan buku"Ya ,ini yang kucari ." Firda mengambil buku diary warna merah jambu kenangannya dulu. Satu persatu ia buka baris kenangannya itu hingga terhenti pada tulisan sembilan belas tahun yang berbaris rapiSurabaya, 13 Desember 2000Benarkah ia datang dalam kesunyian?Menemuiku dalam ribuan mimpiWajahmu yang sendu bersahajaTutur katamu lembut nan bijaksanaGerak gerikmu yang selalu melindungikuSelalu membiusku dalam kerinduanKemanakah Engkau pergi?Serasa waktu belum berlaluKau ucap janji setia

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 5 Kuhantam Pelan-Pelan

    #Kuhantam Pelan-PelanSubhanalloh, aku sungguh malu mendengar penuturan pak Soleh, sungguh nggak pantes melihat perejengannya yang seperti juragan tapi bergaya hidup pelit seperti itu. Aku pamit pak Sholeh sambil membawa nasi goreng dalam kresek.Aku berjalan sambil menenteng satu bungkus nasi goreng lawar kearah mobil suamiku yang berjarak dua puluh meter dari warungnya pak Soleh."Ayo Mas, kita pulang," kataku singkat sambil menutup pintu mobil dengan keras.Sepanjang jalan aku diam, dan tak berusaha mencari perhatian lagi dari mas Gunarso. Dia melirik, aku pura-pura tidur sambil bersandar di kursi mobil.Sesampai dirumah, mas Gunarso memarkirkan mobil dan aku langsung lari kedapur mengambil satu piring untuk meletakkan nasi goreng. Kugeletakkan begitu saja diatas meja makan tanpa ku buka, disam

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 6 GUNARSO SALAH KAPRAH

    BAB 6GUNARSO SALAH KAPRAHTiba-tiba bola mata ini melihat kertas kuitansi terselip diantara tumpukan buku dekat meja riasku yang menggantung seperti mau jatuh.Mata ini serasa tak percaya melihat isi kuitansi ini tertanggal bulan lalu, pengeluaran sejumlah seratus lima puluh juta untuk keperluan umroh dua orang atas nama Zana Karunia dan Maftukha dibawah tanda tangan penyetornya atas nama Gunarso Hadi Prayoga .Dalam hatiku penuh tanya siapa gerangan mereka berdua ini. Harus kuselidiki mereka hari ini mumpung hari minggu.Secepatnya aku bersolek didepan cermin dan berganti pakaian olahraga yang nyaman untuk jogging pagi ini. Pintu kamar ku buka, mas Gunarso kuperhatikan masih tertidur pulas diatas sofa berselimut kain tebal milik Randi.“Mau kemana Ma ?”Tiba-tiba suamiku terbangun mungkin karena terdengar handel pintu yang kubuka tadi.“Mau jalan-jalan Pa, mumpung ha

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 7 MENGUNTIT MAS GUNARSO

    Dia buka ponselnya di aplikasi hijau itu, rentetan pesan masuk sangat banyak. Laporan panggilan tak terjawab bertubi-tubi. Satu persatu pesan Gunarso jawab hingga berhenti di pesan dari kontak nama Bidadari,[Mas Hadi, cepat datang kerumah kita , Aina Mas … Aina]Gunarso lingak-linguk melihat istrinya yang masih di kamar sibuk membersihkan kamar. Dengan cepat dia keluar rumah dan menelpon Zana Kirania, gadis penjual rokok yang dinikahi secara siri oleh Gunarso tujuh bulan lalu.["Ada apa Yang dengan Aina?"] dengan mesra memanggil istri sirinya.[Aina badannya panas Mas Hadi, terus ada ruam-ruam merah hampir diseluruh tubuhnya] dengan nada penuh kecemasan.[Bawa dulu kerumah sakit sayang, nanti Mas Hadi langsung kesana sehabis kerja][Apa nggak bisa ijin nggak masuk Mas?][Jatah cutiku sudah habis, Sayang dan aku sudah sering nggak masuk karena mendampingimu.][Nggak mau, pokoknya Mas Hadi harus dampingi aku unt

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 8 KARANGAN BUNGA

    #Karangan Bunga Untuk Si CandikAku tertegun, bagaimana uang tidak habis dalam sekejap jika gaya hidupnya seperti ini. Kuingat tujuh bulan terakhir ini mas Gun mengurangi anggaran uang belanjaku sangat banyak. Ternyata di buat untuk si ganjen itu.drttAlunan suara panggilan ponselku mengalun merdu, terbaca dilayar ponsel nama Tristan.[Bos sedang di mana, laporan yang kau minta sudah kukirim via email][Dirumah sakit, lagi jadi detektif conan][Lagakmu Bos seperti lagi menggarap mission impossible saja, emang lagi buntuti siapa Mrs Bean]Tristan tertawa ngakak sedikit mengejek ke Firda teman kuliahnya dulu itu.[Anak candiknya mas Gun sakit] seloroh firda pelan[Hah, sebaik itu kah dirimu hingga harus mengurus anak tirimu]kata Tristan dengan nada tinggi.[Aku ingin menangkap basah mereka, tapi kalau terlalu cepat kok enak betul, aku ingin mas Gun merasakan puting beliung dalam hidu

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 9 PERGULATAN AMARAH

    #Pergulatan AmarahBu Zahra tiba-tiba melepas pegangan tangan Firda. Dia melangkahkan kakinya kearah anak lelakinya itu dengan gontai, air mata yang meleleh dia sapu dengan tangannya. Gejolak bathinnya bergemuruh meluap-luap didada mertua Firda ituFirda hanya memandangi mertuanya yang telah pergi dari sampingnya itu. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan mertuanya itu."Plak!"Tamparan keras dilayangkan bu Zahra di pipi Gunarso hingga empat kali. Laki-laki itu sangat kaget karena tiba-tiba ibu yang melahirkan ada didepannya. Dia tidak menyadari jika ibunya mengawasi sejak tadi . Gunarso pasrah tak berkutik dihadapan ibunya."Lho siapa kamu kok tiba-tiba menampar suamiku, dasar wanita tua nggak tahu adat," teriak Zana melihat suaminya ditampar tanpa melawan."Apa katamu, coba ulangi!"Bu Zahra menatap tajam penuh dengan emosi yang menguasai hatinya, mencoba mengenali perempuan yang memakai rok seksi pendek

Bab terbaru

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 21 RAHASIA FIRDA 1

    Dua buah koper warna abu-abu metallic serta kecoklatan sudah terjejer rapi diruang keluarga. Tatap mata sendu Gunarso pada ibu yang melahirkannya serta mantan istrinya begitu mengiris hati. Sementara dua wanita dihadapannya itu tetap tak bergeming sedikitpun untuk menahan kepergian Gunarso.Bu Zahra melangkah perlahan mendekati anaknya."Gunarso jadilah laki-laki sejati, bertanggung jawablah dengan setiap perbuatan yang kau lakukan. Semoga yang terjadi hari ini menjadi pelajaran berharga untukmu. Ibu ikhlas kamu pergi semoga kamu mendapat kebahagiaan dengan pilihanmu saat ini."Bu Zahra memeluk anak semata wayangnya itu, sambil menepuk-nepuk punggung Gunarso. Walau bagaimanapun dia harus mengeraskan hati agar Gunarso tahu segala kesalahannya. Rasa cintanya terhadap Gunarso hari ini telah berbeda baginya, selama ini dia terus melindungi dan memaafkannya justeru tidak membuat lelaki yang hampir empat puluh tahun itu tidak belajar dari kehidupannya.Lelaki y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 20 ADA MALING

    Dengan langkah yang hampir limbung Gunarso bangkit dari duduknya kemudian menuju mobil avanza yang tak berbentuk rupa itu.Berkali-kali dia mencoba berpikir begitu banyak yang terjadi dalam hidupnya dalam tiga bulan terakhir ini. Rumahnya di Cempaka Puri akan disita, terkena PHK, Aina masuk rumah sakit serta hari ini kehilangan istri yang dicintainya itu.Sepanjang perjalanan tak henti air mata penyesalannya terus menetes, bahkan hari ini dia tidak tahu harus melakukan apa dan tinggal dimana. Pikirannya kalut terus tertuju pada Firda yang menceraikannya beberapa saat yang lalu. Ingin sekali membela diri tapi dia tak mampu mengingat begitu banyak salah yang dia lakukan pada Firda.“Aku harus melakukan apa Tuhan, agar Firda kembali padaku? Haruskah aku menceraikan Zana Karunia wanita yang baru kunikahi hampir satu tahun itu. Wanita yang hari ini telah jadi ibu dari anakku y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 19 KEPUTUSAN HAKIM

    Setelah diberi segelas air putih warga untuk menetralisir ketegangan di hati yang berdegup kencang itu. Gunarso melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan mobil yang penyok bumper depan. Dia sudah tidak memperdulikan rasa nyeri ditubuhnya yang menatap stang setir mobil. Dia lajukan terus sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi.Lima menit kemudian nampak di netra matanya gedung Pengadilan Negeri Agama berdiri kokoh didepannya. Mobil avanza putih itu dia belokkan ketempat parkir terdekat. Semua mata yang ada disitu menatapnya dengan keheranan melihat kondisi mobil Gunarso. Begitu sampai dia bergegas turun dari mobilnya dengan sedikit pincang. Lelaki ini menatap nyalang disemua tempat yang dia lalui mencari keberadaan Firda.Hari ini ada tiga persidangan di pengadilan Negeri ini, Gunarso segera bertanya kepada resepsionis yang mengenakan hijab warna khaky itu.“Maaf bu, persidang

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 18 KEHILANGAN KEPERCAYAAN

    Gunarso berjalan dengan gontai sambil mengacak-acak rambutnya menuju ruang tamu. Dia kebingungan harus berbuat apalagi semua ATM nya sudah terkuras habis. Bahkan surat mobilnya pun sudah masuk rumah gadai untuk tambahan biaya rumah sakit Aina. Dia mengepalkan tangannya sangat geram melihat kelakuan Zana yang menghamburkan uang seenaknya, tapi lelaki ini tidak bisa berbuat apa-apa."Bagaimana Pak ?" tanya para developer itu dengan agak sinis."Beri aku waktu satu minggu untuk melunasi semua tunggakan yang kumiliki. Jika gagal tidak bisa melunasi maka aku akan pergi dari rumah ini." Gunarso menegosiasi para developer dengan perasaan tidak nyaman."Baiklah Pak saya tunggu hingga minggu depan. Kami mohon pamit ? Semoga Bapak bisa menepati janji serta dimudahkan rizkinya,”Tiga lelaki dari developer Cempaka Puri itu berlalu dari hadapannya, G

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 17 KEPUTUSAN PAK ROIS

    Hari ini sang surya nampak gagah memeluk alam maya pada, suara aneka burung nampak bersahutan saling mengobrol satu sama lain yang sangkarnya bergantungan rapi di teras rumah milik mertuaku. Udara segar masuk perlahan memenuhi ruangan yang baru terbuka jendelanya.Firda telah memakai baju olahraganya dengan rapi, kemudian mengambil sepatu kets warna hitamnya. Hari ini dia akan pergi kerumah pak Haji Rois satu-satunya kakak kandung ayahnya yang masih hidup. Entah sudah berapa kali orang tua itu memintanya untuk datang tapi Firda belum sempat menemuinya.Baru saat ini Firda menyempatkan waktu untuk datang silaturahmi ke pak haji Rois. Selama ini pak haji Rois dan Tristanlah yang mengcover seluruh usaha dari ayahnya Firda yang telah berpulang ke rahmatullah. Firda sangat mempercayai pakdenya itu. Dibawah kendali beliau semua usaha ayahnya terus berkembang.Dengan berkendara motor maticnya dia melaju ditengah pusaran kendaraan dij

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 15 SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

    Gunarso bergegas ke depan, matanya menatap kaget melihat siapa yang datang. Ternyata pak Tristan yang datang sang CEO di perusahaannya.Gunarso masih terkaget dari mana pak Tristan tahu rumahnya di Puri Cempaka Putih ini."Hai apa kabar Gun, lama kita tidak ketemu,""Eh ... iya ...Pak," jawab Gunarso terbata-bata merasa tertangkap basah karena sering mangkir kerja."Kemana saja Kau, hingga seluruh anak buahmu kutanya tidak ada yang tahu keberadaanmu," tanya pak Tristan menyelidik."Anu pak ... Itu anakku baru pulang dari rumah sakit," jawab Gunarso berlibet karena tegang.Pak Tristan membiarkan saja melihat Gunarso yang kebingungan celingak-celinguk bahkan sampai tidak memasukkan dirinya kedalam rumah."Sejak kapan kau pindah kesini? rumahmu bagus, kau pandai sekali investasi barang," ujar pak Tristan santai sedikit menyindir."Hampir dua tahun Pak," jawabnya singkat

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 14 KECEWANYA SEORANG IBU

    Bu Zahra terpana sambil menatap wanita yang memakai setelan gamis warna daun kering itu. Berulangkali dia resapi untaian kata wanita yang selisih umurnya nggak beda jauh dengan usianya itu.Wanitu itu terus berterima kasih pada Gunarso yang telah berjasa mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk perjalanan umrohnya dengan fasilitas VIP.Belum habis kekagetannya, justeru yang di panggil bu Tukha oleh Gunarso itu mengira dirinya sebagai baby sitter untuk cucunya.Rasa pening kepala bu Zahra menyerang perlahan menusuk-nusuk kepalanya seakan ada rangkaian jarum yang terus tak berhenti gerak menghujam.Hati yang selama ini penuh kasih pada anak kesayangan yang bernama Gunarso berangsur melemah tak berdaya berganti rasa kecewa yang mendalam . Tetes demi tetes air mata berebut keluar dari manik mata lembut bu Zahra.Gunarso terdiam tanpa ekspresi, dia tidak berani bersit

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 13 SUMBER MASALAH

    Di Lantai 2Dion Aditama raharja membawa Firda kekamarnya dengan hati berbunga- bunga merasa dimenangkan oleh Firda dari suaminya.Begitu sudah memasuki kamar , Firda melihat suaminya pergi dia langsung berusaha melompat dari gendongan lelaki itu.Dion masih memeluknya dengan erat seakan sayang mau menurunkan wanita yang selalu mengisi hatinya itu. Dia pandangi wanita cantik dengan sejuta cinta terpancar dari wajahnya yang selalu menyunggingkan senyuman.Firda salah tingkah mendapat tatapan mesra dari mantannya itu, dia berusaha melepas pelukan Dion dan memintanya untuk menurunkannya.“Hai, turunkan aku. Jangan cari kesempatan,” kata Firda ketus sambil menyembunyikan semburat merah dipipinya itu.

DMCA.com Protection Status