Home / Romansa / Noktah Merah Pernikahan Firda / BAB 8 KARANGAN BUNGA

Share

BAB 8 KARANGAN BUNGA

Author: SEFARIDA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

#Karangan Bunga Untuk Si Candik

Aku tertegun, bagaimana uang tidak habis dalam sekejap jika gaya hidupnya seperti ini. Kuingat tujuh bulan terakhir ini mas Gun mengurangi anggaran uang belanjaku sangat banyak. Ternyata di buat untuk si ganjen itu.

drtt

Alunan suara panggilan ponselku mengalun merdu, terbaca dilayar ponsel nama Tristan.

[Bos sedang di mana, laporan yang kau minta sudah kukirim via email] 

[Dirumah sakit, lagi jadi detektif conan]

[Lagakmu Bos seperti lagi menggarap mission impossible saja, emang lagi buntuti siapa Mrs Bean] 

Tristan tertawa ngakak sedikit mengejek ke Firda teman kuliahnya dulu itu.

[Anak candiknya mas Gun sakit] seloroh firda pelan

[Hah, sebaik itu kah dirimu hingga harus mengurus anak tirimu] 

kata Tristan dengan nada tinggi.

[Aku ingin menangkap basah mereka, tapi kalau terlalu cepat kok enak betul, aku ingin mas Gun merasakan puting beliung dalam hidupnya]

ujar Firda pada sahabatnya itu.

[Terus apa rencanamu?] 

tanya Tristan pada teman sekaligus Bosnya itu.

[Tolong pesankan karangan bunga duka cita  dan kirim ke rumah sakit Ayah Bunda yang besar dikirim ke ruang VIP 1, kirim jam empat sore]

[Emang mati anaknya?]

[Ya nggak lah, masih dirawat diruang itu]

[Tulisannya apa Bos]

[Dengar dan simak baik-baik ya, TURUT BERDUKA CITA ATAS SAKITNYA ANAK  (ZANA KIRANIA) DAN AYAH ANAKKU (GUNARSO ADHITAMA RAHARJA) 

[Yakin kamu ?]

[Yakin sekali] ujar Firda mantap.

[Baiklah bu Bos] jawab Tristan kemudian menutup teleponnya.

Gunarso dan Zana Kirania sibuk menenangkan Aina yang terus menangis. Firda hanya mengamatinya dari jarak sekitar sepuluh meter, Wik warna blonde dan kaca mata hitamnya membuat dia tidak dikenali.

Ada rasa miris dan gemas menatap suami dan candiknya itu. Andaikan dia tidak merencanakan sesuatu yang lebih besar ingin sekali dia mendatangi mereka berdua terus menyatroninya.

❤️❤️❤️

Firda masuk kerumah mertuanya disambut tawa anak-anak  yang ceria. Mereka semua sudah menyiapkan barang-barang yang akan di bawa.

Sembari menunggu anak-anak Firda bercakap-cakap dengan mertuanya itu.

"Bu, hari ini anak-anak saya bawa pulang semua. Ibu nggak apa-apa kan? Masa liburan mereka sudah habis, biar mereka konsentrasi dengan pelajarannya dirumah," kata Firda meminta ijin.

"Ia Firda, jika anak-anak libur kirim kesini lagi. Aku senang mereka disini. Rumah jadi ramai canda tawa mereka. Kamu kok sendirian, mana suamimu ?"seloroh ibu mertua Firda.

Firda menghela napas panjang mendapat pertanyaan mertuanya itu.

"Kau bertengkar dengan suamimu ? tanya mertuanya itu. Firda menggeleng lemah.

"Bu, jika almarhum Bapak hidup dan dia punya wanita simpanan apa yang akan ibu lakukan?" tanya Firda tiba-tiba mengalihkan perhatian ibu mertuanya.

Wanita paruh baya itu menarik napas yang dalam hingga kedasar hatinya,

"Jika ibu mendapat perlakuan seperti itu hal yang pertama ibu lakukan adalah mencari bukti, kemudian mengusutnya hingga tuntas," ujar ibunya mantap.

"Kalau begitu ijinkan aku melakukan hal yang sama untuk mas Gunarso bu," ijin Firda pada mertuanya itu.

"Apakah Gunarso berselingkuh?" tanya wanita itu.

"Aku tidak tahu kepastiannya Bu, Aku masih mencari bukti," jawab Firda 

"Bukti apa yang sudah kau temukan?" tanya mertuanya.

Firda mengambil ponsel di tasnya, satu persatu photo dia tunjukkan pada mertuanya itu.

Wanita anggun dan baik hati itu menitikkan air mata, tak menyangka kalau anak yang selama ini dia anggap baik ternyata sebaliknya.

"Aku akan mengajukan cerai Bu dengan mas Gunarso, jika dia tidak mau menghentikan perbuatannya," ujar Firda.

"Sabar dulu Firda, ibupun tidak setuju jika dia  melakukan keburukan seperti itu. Ibu berada di pihak kamu," jawab wanita itu mantap dan bijak.

"Ayo kita selidiki bersama Firda, jika ibu bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Maka aku akan menghukumnya," ajak ibu mertuanya itu.

"Baiklah bu, nanti ibu ikut Firda kerumah sakit sekitar jam setengah empat untuk membuktikan kebenarannya," ujar Firda.

"Ia Firda, ibu pasti ikut," jawab mertuanya.

"Baiklah bu," jawab Firda

Sejurus kemudian bu Zahra berpikir.

"Coba telepon suamimu dan loudspeaker biar ibu dengar apa yang di ucapkan," perintah bu Zahra.

Firda mengeluarkan ponselnya lalu menekan nomer telpon Gunarso. Setelah bunyi tut lima kali baru diangkat oleh suaminya itu.

[Hallo Assalamualaikum]

[Waalaikum salam]

[Kamu berada dimana Mas, kok dari tadi belum pulang]

[Jangan cerewet kok kepo saja sama urusan orang laki-laki] 

Jawab Gunarso agak ketus karena capek bergantian menggendong bayi dengan Zana.

[Kamu sebenarnya di mana Mas kok rame banget, masih di rumah sakitkah untuk check up]

[ia, ada perlu apa ?]

[Kok ada suara bayi menangis, bayinya siapa?]

[Ba-bayinya pasien dirumah sakit ini] 

dengan sedikit terbata dia menjawab

[Bukan anakmu kan?] tanya Firda vulgar

Gunarso tersedak sampai batuk-batuk mendengar pertanyaan istrinya yang spontan itu

[Bu-bukanlah] katanya ragu seakan takut.

[Aku ingin memberi tahu kalau aku dirumah ibu Mas, nanti nggak usah di jemput. Aku sama anak-anak mau naik taxi online saja]

Dari ponsel terdengar suara wanita berkata sangat jelas

[Mas kok nelpon terus, aku capek gantian nggendong Aina dong.]

[Suara wanita siapa itu mas?]

Jantung Gunarso seakan lepas mendapat pertanyaan dari Firda. Dia langsung menepis Zana agar tidak ngomong dulu. Wanita muda itu cemberut merasa diabaikan.

[Oh, itu pasien yang memanggil suaminya meminta bantuan menggendong anaknya. Ya sudah aku nanti tidak menjemput. Aku pulang agak terlambat]

[Baiklah Mas, Assalamualaikum]

Firda menutup ponselnya dan melihat raut muka ibu Zahra yang tak seperti biasanya.

"Firda kita selidiki sekarang saja, ayo kerumah sakit sekarang insting ibu dia tidak sedang check up," ujar bu Zahra.

Terserah ibu saja, aku mengikuti. Sengaja Firda membiarkan, agar ibu Zahra mengetahui sendiri kelakuan anaknya itu dengan mata kepalanya. 

Firda mengirimkan pesan pada Tristan agar mengirimkan karangan bunga setinggi dua meter dan selebar satu setengah meter dipercepat sebelum dirinya sampai ke rumah sakit bersama mertuanya. 

Firda juga menginstruksikan pula melakukan pemberitahuan via email dan kurir surat peringatan mangkir kerja dari perusahaan disertai dengan bukti.

Bu Zahra bergegas mandi dan menyiapkan diri, begitu pula dengan Firda. Tepat pukul tiga sore mereka berangkat ke rumah sakit Ayah Bunda. Secara tidak langsung Firda menjadi penunjuk jalan setelah hampir seharian membuntuti suaminya.

Firda menuntun bu Zahra menyusuri koridor rumah sakit. Beliau heran kenapa anaknya check up dirumah sakit anak. Firda tak menjelaskan apapun pada mertuanya itu.

 

Di depan ruang paviliun satu Firda menghentikan langkahnya dia telah melihat karangan bunga besar sesuai pesanannya. Sepertinya Gunarso dan Zana belum tahu walaupun semua orang yang lewat di ruangan ini kasak kusuk sambil mengintip kaca pembatas ruangan itu.

"Orang terkenalkah Firda yang sakit didalam hingga mendapat karangan bunga sebesar itu," tanya bu Zahra yang hanya melihat rangkaian indah bunganya saja. Dia tidak melihat tulisan dan nama yang tertera disitu.

Firdapun tak memberi tahu pada mertuanya itu.

" Brak," 

pintu ruangan paviliun satu di buka dengan keras.

Gunarso keluar didepan pintu di buntuti seorang wanita.

"Sudah cukup, kamu jangan merajuk terus. Aku seharian sudah bersamamu bahkan aku telah membohongi istriku," seloroh Gunarso dengan suara keras sambil membentak wanita yang sedang memegang lengan kanannya itu.

"Tapi aku nggak berani sendiri Mas, nanti malam disini. Pokoknya kamu harus tidur disini," jawab wanita itu memelas.

"Panggil asisten saja atau ibumu suruh menemanimu, aku tidak bisa Zana, kau kan dari awal sudah tahu kalau aku laki-laki beristri selama ini aku sudah memanjakanmu dengan materi apa masih kurang. Rumah mewah di Cempaka Puri  juga sudah kubelikan untukmu sebagai kompensasi saat malam aku tidak bisa bersamamu," seloroh Gunarso kesal.

Begitu asyiknya mereka berdebat tanpa tahu ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka. Air mata mengembang di pelupuk mata dua orang wanita itu. Tulang kaki Firda serasa tidak berpijak ke tanah, badannya lemas mendengar semua perdebatan suami dan candiknya itu.

Bu Zahra tiba-tiba melepas pegangan tangan Firda. Dia melangkahkan kakinya kearah anak lelakinya itu  dengan gontai, air mata yang meleleh dia sapu dengan tangannya. 

Firda hanya memandangi mertuanya yang telah pergi dari sampingnya itu. Wanita itu tidak tahu apa yang akan dilakukan mertuanya itu.

Related chapters

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 9 PERGULATAN AMARAH

    #Pergulatan AmarahBu Zahra tiba-tiba melepas pegangan tangan Firda. Dia melangkahkan kakinya kearah anak lelakinya itu dengan gontai, air mata yang meleleh dia sapu dengan tangannya. Gejolak bathinnya bergemuruh meluap-luap didada mertua Firda ituFirda hanya memandangi mertuanya yang telah pergi dari sampingnya itu. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan mertuanya itu."Plak!"Tamparan keras dilayangkan bu Zahra di pipi Gunarso hingga empat kali. Laki-laki itu sangat kaget karena tiba-tiba ibu yang melahirkan ada didepannya. Dia tidak menyadari jika ibunya mengawasi sejak tadi . Gunarso pasrah tak berkutik dihadapan ibunya."Lho siapa kamu kok tiba-tiba menampar suamiku, dasar wanita tua nggak tahu adat," teriak Zana melihat suaminya ditampar tanpa melawan."Apa katamu, coba ulangi!"Bu Zahra menatap tajam penuh dengan emosi yang menguasai hatinya, mencoba mengenali perempuan yang memakai rok seksi pendek

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 10 KERESAHAN DUA INSAN

    #POV FIRDAKelopak mata ini serasa berat kubuka seakan ada beban yang menindih diatasnya. Lamat-lamat ada sinar putih yang masuk di netra mata ini.Begitu mata terbuka seribu tanya dalam pikiran yang terus mengembara. Atap putih ini, jendela besar warna hijau toska yang beda dengan kamarku dirumah. Selang infus yang menggantung diatasku serta tangan yang begitu sulit kugerakkan."Dimanakah aku, disurgakah ini? Kenapa sepi sekali?""Kenapa badanku terasa sakit seperti ini, mengapa ada infus yang menggantung di atasku. Apa yang terjadi padaku ?"Batinku terus bertanya."Kau sudah sadar Miana sayang ?"Aku menoleh perlahan pada suara yang menanyaiku."Mas Bion?" pekikku kaget melihat lelaki berseragam dokter itu berdiri disamping ranjang."Ia aku, Sayang," ujar mas Bion sambil terus menatapku.Aku merasa risih dipanggil sayang seperti itu seakan-akan aku masih pujaan hatinya sa

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 11 SIMALAKAMA

    Gunarso Hadi bertekat,"Satu persatu masalah dalam hidupku akan kuselesaikan dengan bijak."Saat membuka notifikasi tertangkap dalam netra matanya di layar ponsel membikin sesak dadanya yang tadi mulai longgar. Dia seakan tak percaya melihat nilai nominal dalam M-banking itu. Lelaki itu terduduk lemas di pinggiran ranjang dalam kamarnya itu. Belum hilang rasa kagetnya, notifikasi dalam layar ponsel muncul kembali."Ting!"Sekilas Gunarso menangkap tulisan yang masih berjalan itu mengenai laporan kinerjanya.Dengan gemetar tangan Gunarso memegang benda pipih warna biru langit seperti tanpa tulang. Matanya membeliak lebar memastikan nilai nominal yang tertera dalam notifikasi transfer bank dari perusahaannya yang hanya tiga juta rupiah saja seakan tak percaya."Aku harus menelep

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 12 KEBINGUNGAN GUNARSO

    GUNARSO BINGUNG#POV GUNARSOGila bener siapa laki-laki itu, tiba-tiba sudah akrab sekali dengan Firda pakai acara gendong-gendongan lagi. Sebenarnya apa yang terjadi pada Firda hingga dia nggak pulang dua hari ini.Kenapa kau telepon disaat yang tidak tepat begini Zana? Jika tidak kuangkat khawatir ada apa-apa dengan Aina. Jika kuangkat aku tidak bisa merebut Firda dari gendongan lelaki itu. Harga diriku sebagai laki-laki akan tercoreng.Aku hanya terdiam memegang tubuh Firda yang masih lengket pada lelaki itu."Ayo angkat ponselmu, bidadarimu sedang menunggu Mas, aku kan hanya setan, abaikan saja aku. Dia lebih butuh kamu sepertinya. Aku sudah ditemani dengan dokter Bion," gertak Firda.

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 13 SUMBER MASALAH

    Di Lantai 2Dion Aditama raharja membawa Firda kekamarnya dengan hati berbunga- bunga merasa dimenangkan oleh Firda dari suaminya.Begitu sudah memasuki kamar , Firda melihat suaminya pergi dia langsung berusaha melompat dari gendongan lelaki itu.Dion masih memeluknya dengan erat seakan sayang mau menurunkan wanita yang selalu mengisi hatinya itu. Dia pandangi wanita cantik dengan sejuta cinta terpancar dari wajahnya yang selalu menyunggingkan senyuman.Firda salah tingkah mendapat tatapan mesra dari mantannya itu, dia berusaha melepas pelukan Dion dan memintanya untuk menurunkannya.“Hai, turunkan aku. Jangan cari kesempatan,” kata Firda ketus sambil menyembunyikan semburat merah dipipinya itu.

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 14 KECEWANYA SEORANG IBU

    Bu Zahra terpana sambil menatap wanita yang memakai setelan gamis warna daun kering itu. Berulangkali dia resapi untaian kata wanita yang selisih umurnya nggak beda jauh dengan usianya itu.Wanitu itu terus berterima kasih pada Gunarso yang telah berjasa mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk perjalanan umrohnya dengan fasilitas VIP.Belum habis kekagetannya, justeru yang di panggil bu Tukha oleh Gunarso itu mengira dirinya sebagai baby sitter untuk cucunya.Rasa pening kepala bu Zahra menyerang perlahan menusuk-nusuk kepalanya seakan ada rangkaian jarum yang terus tak berhenti gerak menghujam.Hati yang selama ini penuh kasih pada anak kesayangan yang bernama Gunarso berangsur melemah tak berdaya berganti rasa kecewa yang mendalam . Tetes demi tetes air mata berebut keluar dari manik mata lembut bu Zahra.Gunarso terdiam tanpa ekspresi, dia tidak berani bersit

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 15 SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

    Gunarso bergegas ke depan, matanya menatap kaget melihat siapa yang datang. Ternyata pak Tristan yang datang sang CEO di perusahaannya.Gunarso masih terkaget dari mana pak Tristan tahu rumahnya di Puri Cempaka Putih ini."Hai apa kabar Gun, lama kita tidak ketemu,""Eh ... iya ...Pak," jawab Gunarso terbata-bata merasa tertangkap basah karena sering mangkir kerja."Kemana saja Kau, hingga seluruh anak buahmu kutanya tidak ada yang tahu keberadaanmu," tanya pak Tristan menyelidik."Anu pak ... Itu anakku baru pulang dari rumah sakit," jawab Gunarso berlibet karena tegang.Pak Tristan membiarkan saja melihat Gunarso yang kebingungan celingak-celinguk bahkan sampai tidak memasukkan dirinya kedalam rumah."Sejak kapan kau pindah kesini? rumahmu bagus, kau pandai sekali investasi barang," ujar pak Tristan santai sedikit menyindir."Hampir dua tahun Pak," jawabnya singkat

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

Latest chapter

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 21 RAHASIA FIRDA 1

    Dua buah koper warna abu-abu metallic serta kecoklatan sudah terjejer rapi diruang keluarga. Tatap mata sendu Gunarso pada ibu yang melahirkannya serta mantan istrinya begitu mengiris hati. Sementara dua wanita dihadapannya itu tetap tak bergeming sedikitpun untuk menahan kepergian Gunarso.Bu Zahra melangkah perlahan mendekati anaknya."Gunarso jadilah laki-laki sejati, bertanggung jawablah dengan setiap perbuatan yang kau lakukan. Semoga yang terjadi hari ini menjadi pelajaran berharga untukmu. Ibu ikhlas kamu pergi semoga kamu mendapat kebahagiaan dengan pilihanmu saat ini."Bu Zahra memeluk anak semata wayangnya itu, sambil menepuk-nepuk punggung Gunarso. Walau bagaimanapun dia harus mengeraskan hati agar Gunarso tahu segala kesalahannya. Rasa cintanya terhadap Gunarso hari ini telah berbeda baginya, selama ini dia terus melindungi dan memaafkannya justeru tidak membuat lelaki yang hampir empat puluh tahun itu tidak belajar dari kehidupannya.Lelaki y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 20 ADA MALING

    Dengan langkah yang hampir limbung Gunarso bangkit dari duduknya kemudian menuju mobil avanza yang tak berbentuk rupa itu.Berkali-kali dia mencoba berpikir begitu banyak yang terjadi dalam hidupnya dalam tiga bulan terakhir ini. Rumahnya di Cempaka Puri akan disita, terkena PHK, Aina masuk rumah sakit serta hari ini kehilangan istri yang dicintainya itu.Sepanjang perjalanan tak henti air mata penyesalannya terus menetes, bahkan hari ini dia tidak tahu harus melakukan apa dan tinggal dimana. Pikirannya kalut terus tertuju pada Firda yang menceraikannya beberapa saat yang lalu. Ingin sekali membela diri tapi dia tak mampu mengingat begitu banyak salah yang dia lakukan pada Firda.“Aku harus melakukan apa Tuhan, agar Firda kembali padaku? Haruskah aku menceraikan Zana Karunia wanita yang baru kunikahi hampir satu tahun itu. Wanita yang hari ini telah jadi ibu dari anakku y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 19 KEPUTUSAN HAKIM

    Setelah diberi segelas air putih warga untuk menetralisir ketegangan di hati yang berdegup kencang itu. Gunarso melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan mobil yang penyok bumper depan. Dia sudah tidak memperdulikan rasa nyeri ditubuhnya yang menatap stang setir mobil. Dia lajukan terus sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi.Lima menit kemudian nampak di netra matanya gedung Pengadilan Negeri Agama berdiri kokoh didepannya. Mobil avanza putih itu dia belokkan ketempat parkir terdekat. Semua mata yang ada disitu menatapnya dengan keheranan melihat kondisi mobil Gunarso. Begitu sampai dia bergegas turun dari mobilnya dengan sedikit pincang. Lelaki ini menatap nyalang disemua tempat yang dia lalui mencari keberadaan Firda.Hari ini ada tiga persidangan di pengadilan Negeri ini, Gunarso segera bertanya kepada resepsionis yang mengenakan hijab warna khaky itu.“Maaf bu, persidang

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 18 KEHILANGAN KEPERCAYAAN

    Gunarso berjalan dengan gontai sambil mengacak-acak rambutnya menuju ruang tamu. Dia kebingungan harus berbuat apalagi semua ATM nya sudah terkuras habis. Bahkan surat mobilnya pun sudah masuk rumah gadai untuk tambahan biaya rumah sakit Aina. Dia mengepalkan tangannya sangat geram melihat kelakuan Zana yang menghamburkan uang seenaknya, tapi lelaki ini tidak bisa berbuat apa-apa."Bagaimana Pak ?" tanya para developer itu dengan agak sinis."Beri aku waktu satu minggu untuk melunasi semua tunggakan yang kumiliki. Jika gagal tidak bisa melunasi maka aku akan pergi dari rumah ini." Gunarso menegosiasi para developer dengan perasaan tidak nyaman."Baiklah Pak saya tunggu hingga minggu depan. Kami mohon pamit ? Semoga Bapak bisa menepati janji serta dimudahkan rizkinya,”Tiga lelaki dari developer Cempaka Puri itu berlalu dari hadapannya, G

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 17 KEPUTUSAN PAK ROIS

    Hari ini sang surya nampak gagah memeluk alam maya pada, suara aneka burung nampak bersahutan saling mengobrol satu sama lain yang sangkarnya bergantungan rapi di teras rumah milik mertuaku. Udara segar masuk perlahan memenuhi ruangan yang baru terbuka jendelanya.Firda telah memakai baju olahraganya dengan rapi, kemudian mengambil sepatu kets warna hitamnya. Hari ini dia akan pergi kerumah pak Haji Rois satu-satunya kakak kandung ayahnya yang masih hidup. Entah sudah berapa kali orang tua itu memintanya untuk datang tapi Firda belum sempat menemuinya.Baru saat ini Firda menyempatkan waktu untuk datang silaturahmi ke pak haji Rois. Selama ini pak haji Rois dan Tristanlah yang mengcover seluruh usaha dari ayahnya Firda yang telah berpulang ke rahmatullah. Firda sangat mempercayai pakdenya itu. Dibawah kendali beliau semua usaha ayahnya terus berkembang.Dengan berkendara motor maticnya dia melaju ditengah pusaran kendaraan dij

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 15 SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

    Gunarso bergegas ke depan, matanya menatap kaget melihat siapa yang datang. Ternyata pak Tristan yang datang sang CEO di perusahaannya.Gunarso masih terkaget dari mana pak Tristan tahu rumahnya di Puri Cempaka Putih ini."Hai apa kabar Gun, lama kita tidak ketemu,""Eh ... iya ...Pak," jawab Gunarso terbata-bata merasa tertangkap basah karena sering mangkir kerja."Kemana saja Kau, hingga seluruh anak buahmu kutanya tidak ada yang tahu keberadaanmu," tanya pak Tristan menyelidik."Anu pak ... Itu anakku baru pulang dari rumah sakit," jawab Gunarso berlibet karena tegang.Pak Tristan membiarkan saja melihat Gunarso yang kebingungan celingak-celinguk bahkan sampai tidak memasukkan dirinya kedalam rumah."Sejak kapan kau pindah kesini? rumahmu bagus, kau pandai sekali investasi barang," ujar pak Tristan santai sedikit menyindir."Hampir dua tahun Pak," jawabnya singkat

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 14 KECEWANYA SEORANG IBU

    Bu Zahra terpana sambil menatap wanita yang memakai setelan gamis warna daun kering itu. Berulangkali dia resapi untaian kata wanita yang selisih umurnya nggak beda jauh dengan usianya itu.Wanitu itu terus berterima kasih pada Gunarso yang telah berjasa mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk perjalanan umrohnya dengan fasilitas VIP.Belum habis kekagetannya, justeru yang di panggil bu Tukha oleh Gunarso itu mengira dirinya sebagai baby sitter untuk cucunya.Rasa pening kepala bu Zahra menyerang perlahan menusuk-nusuk kepalanya seakan ada rangkaian jarum yang terus tak berhenti gerak menghujam.Hati yang selama ini penuh kasih pada anak kesayangan yang bernama Gunarso berangsur melemah tak berdaya berganti rasa kecewa yang mendalam . Tetes demi tetes air mata berebut keluar dari manik mata lembut bu Zahra.Gunarso terdiam tanpa ekspresi, dia tidak berani bersit

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 13 SUMBER MASALAH

    Di Lantai 2Dion Aditama raharja membawa Firda kekamarnya dengan hati berbunga- bunga merasa dimenangkan oleh Firda dari suaminya.Begitu sudah memasuki kamar , Firda melihat suaminya pergi dia langsung berusaha melompat dari gendongan lelaki itu.Dion masih memeluknya dengan erat seakan sayang mau menurunkan wanita yang selalu mengisi hatinya itu. Dia pandangi wanita cantik dengan sejuta cinta terpancar dari wajahnya yang selalu menyunggingkan senyuman.Firda salah tingkah mendapat tatapan mesra dari mantannya itu, dia berusaha melepas pelukan Dion dan memintanya untuk menurunkannya.“Hai, turunkan aku. Jangan cari kesempatan,” kata Firda ketus sambil menyembunyikan semburat merah dipipinya itu.

DMCA.com Protection Status