Beranda / Romansa / Noktah Merah Pernikahan Firda / BAB 12 KEBINGUNGAN GUNARSO

Share

BAB 12 KEBINGUNGAN GUNARSO

Penulis: SEFARIDA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 

 

 

GUNARSO BINGUNG

 

 

 

#POV GUNARSO

 

 

Gila bener siapa laki-laki itu, tiba-tiba sudah akrab sekali dengan Firda pakai acara gendong-gendongan lagi. Sebenarnya apa yang terjadi pada Firda hingga dia nggak pulang dua hari ini.

 

Kenapa kau telepon disaat yang tidak tepat begini Zana? Jika tidak kuangkat khawatir ada apa-apa dengan Aina. Jika kuangkat aku tidak bisa merebut Firda dari gendongan lelaki itu. Harga diriku sebagai laki-laki akan tercoreng.

 

Aku hanya terdiam memegang tubuh Firda yang masih lengket pada lelaki itu.

 

"Ayo angkat ponselmu, bidadarimu sedang menunggu Mas, aku kan hanya setan, abaikan saja aku. Dia lebih butuh kamu sepertinya. Aku sudah ditemani dengan dokter Bion," gertak Firda.

 

Ditubuhku menjalar rasa panas seperti dialiri listrik tegangan tinggi mendengar itu. Ditengah kepanikanku ponsel yang seharusnya ku tekan tanda merah justeru kebalik menjadi menekan tombol hijau. Akhirnya kulepaskan tubuh Firda yang hampir sepenuhnya dipelukanku itu. Aku harus merelakan istriku dibawa dokter Bion itu.

 

Mata ini menatap nanar melihat Firda lewat dihadapanku digendong lelaki lain. Firda tampak bahagia sekali dalam bopongan dokter tampan itu. Aku tak pungkiri bahwa lelaki yang bernama dokter Bion itu sangat tampan dan mapan. 

 

Kesalahanku pada Firda yang berujung pertikaian di rumah sakit dengan Zana membuat hati  yang gundah rela melepas Firda hari ini. Aku tahu Firda masih sangat marah pada diri ini. Kutarik langkah kaki mundur kebelakang, sundulan tangan dokter Bion seakan mengejekku. Kulihat senyum kemenangan dari dokter itu.

 

Tangan Gunarso mengepal, urat dilehernya nampak menghijau dan giginya gemeretak hingga berbunyi,  ponselnya terus berdering menambah emosi jiwanya semakin memuncak.  Kursi kecil dekat tangga dia tendang dengan kakinya hingga terpental. Bion Adhitama Raharja tersenyum melihat kemarahan Gunarso. 

 

[Mas kok nggak diangkat sih, Aina sekarang boleh pulang, kapan kau menjemputku dari rumah sakit] 

 

Zana mengoceh pada Gunarso dengan nada jengkel.

 

Mati aku uangku di atm tinggal tiga juta, apa yang harus kulakukan, mau minta ke  Firda jelas situasinya tidak mendukung. Bagaimana ini? Haruskah aku pinjam sama ibu, tapi jelas dia tidak akan meminjami.

 

[Zana uangnya Mas Gun nggak cukup untuk bayar rumah sakit, sebentar lagi aku kesana. Uangnya cuma tiga juta saja nanti kurangannya pakai uangmu dulu ya]

 

[Apa Mas ! Mana aku punya uang. Uang yang dari mas Gun minggu kemarin sudah tak buat beli tas Hermes jadi sekarang aku nggak pegang duit] 

 

[Kau sungguh boros sekali Zana, mestinya kamu itu jadi perempuan harus tahu keadaan suami]

 

Amarahku semakin menanjak bagai naik roal coaster  mendengar dia belanja yang tak perlu itu.

 

[Oalah Mas, orang cuma beli tas saja kok aku di marahi sih, lagian kau paling juga memberiku sedikit dari gajimu]

 

[Apa kau bilang? Kau sungguh istri yang tidak pengertian Zana. Yang kau pikirkan hanya untuk dirimu saja. Kau pikir uang yang kumiliki tinggal ambil digentong?]

 

Emosi aku mendengar kata-katanya.

 

[Kamu kan tahu Mas dari awal, aku  butuh penunjang agar tampilanku cantik. Agar kamu tetap sayang sama aku. Semua itu butuh modal tahu? Aku nggak sudi mikir orang lain apalagi mikir istrimu yang membuat mukaku rusak oleh cakarannya.]

 

Aku hanya terdiam mendengar celoteh Zana, dia sungguh beda dengan Firda istriku itu. Selama ini aku telah menyia-nyiakannya dan membohongi. Bahkan dia tidak menuntut apa-apa.

 

Oh Tuhan, aku sungguh telah berbuat salah pada istriku. Apakah ini karma untukku karena mendholimi Firda.

Rasa dongkolku semakin menjadi mendengarnya memaki Firda yang seharusnya dia hormati itu.

 

[Zana kau sungguh keterlaluan!] bentakku.

 

[Sudahlah Mas, aku nggak mau tahu pokoknya Aina juga bagian dari tanggung jawabmu. Karena dia anakmu juga]

 

" Kau telpon dengan siapa Gunarso dari tadi ibu perhatikan urat nadimu sampai mau keluar. Berteriak-teriak seperti tak waras saja, Apa kau menelepon sama selingkuhanmu itu,"

 

Bu Zahra tiba-tiba berdiri di belakang Gunarso, Lelaki itu langsung menurunkan ponselnya diletakkan dibelakang tubuhnya dan tidak menjawab omongan Zana.

 

"Tidak bu, aku telpon sama teman," ujar Gunarso berbohong.

 

"Dengarkan Gunarso jika kau terus berhubungan dengan wanita itu, kemasi seluruh barangmu yang ada di rumah ini.  Ibu tidak ikhlas, juga tidak ridlo. Kau itu, kenapa menukar kebahagiaan sejati dengan kesenangan sesaat," ujar bu Zahra tegas. 

 

Ibu langsung meninggalkanku  yang berada ditaman samping tampak dari wajahnya sangat kecewa melihatku. Aku benar-benar merasa bersalah padanya.

 

Mendengar perkataan ibu seperti itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya menunduk saja sepertinya dia juga tahu kalau aku sedang berbicara dengan Zana.

 

[Mas]

 

[Mas]

 

Masya Alloh aku belum mematikan ponselku, pasti Zana mendengar semua perkataan ibu.

 

 

[Sebentar Zana, tadi ada ibu butuh aku sehingga tertunda omongan kita]

 

[Aku sudah dengar semua omongan ibu Mas, tapi perlu kamu tahu aku nggak mau kau ceraikan. Jika sampai kau menceraikanku maka aku akan bunuh diri, Aina juga kubawa.]

 

Kudengar isak tangis Zana karunia dari telepon sambil mengancamku.

 

[Jangan berbuat bodoh Zana, aku akan kerumah sakit sekarang, menjemputmu dan Aina.]

 

[Zana ... Zana ...]

 

"Klek"

 

Ponsel dimatikan dari sana.

 

Tanpa pikir panjang Gunarso langsung menutup telpon kemudian berlari mencari kunci mobil yang tergantung di tembok. Dia seperti orang kesetanan hingga napasnya terengah-engah  khawatir  kalau Zana berbuat nekat.

 

Lelaki itu sampai lupa jika Firda masih di lantai dua dengan Dokter Dion. Kepanikannnya mendengar Zana yang akan mengakhiri kehidupan membuat dia kalang kabut.

 

"Kau mau pergi kemana Gun?" 

 

Aduh harus kujawab apa ini pada ibu yang tiba-tiba mengekoriku terus.

 

"Keluar sebentar bu," ujarku

 

"Kemana? Kerumah sakit?" tanyanya penuh selidik.

 

 

"Nggak ... Ia ... Ngg ... ," Aku terbata-bata menjawab pertanyaan.

 

"Ia apa nggak?" bentaknya padaku

 

"Ia bu," ujarku sambil menundukkan kepala.

 

"Tunggu, ibu ikut," pintanya padaku. Keringat dingin langsung keluar dari tubuhku padahal cuaca diluar tampak mendung dan sedikit berangin.

 

"Lho ... Kok ibu ikut ?" 

 

Aku melongo tak bisa berkata tidak, pikiranku langsung buntu sebuntunya. Entah akan ada kejadian apa lagi ini.

 

"Ia, sepertinya kau tidak bisa menyelesaikan masalahmu. Ibu harus bertindak tegas dan ikut campur. Selama ini ibu percaya kepadamu, ternyata kau coreng muka ibu  didepan Firda. Aku yakin dia mengira aku tidak mendidikmu dengan baik," Dia tegas menceramahi. 

 

Lidah ini terasa kelu tak berani menjawab perkataan wanita yang melahirkanku itu.

 

Akhirnya ku ajak beliau kerumah sakit, rok terusan motif bunga dengan sedikit polesan make up membuat ibu kedayanganku ini terlihat cantik diusia tuanya ini. Sepanjang perjalanan dia hanya diam tak mengajak bicara. Kulirik dengan ekor mata ini padanya. Ada kilat bening yang terus merembes di bola matanya meluncur di pipi tuanya itu.

 

Hati ini sungguh begitu merasa berdosa padanya. Kenapa aku begitu bodoh sehingga hidupku seperti ini. 

 

Ah ... sudahlah aku harus bisa menyelesaikan semua masalah ini dengan baik dan bijak. Aku harus bertanggung jawab seperti ajaran bapakku. 

Pak, aku merindukan nasehatmu. 

Mobil ini memasuki area rumah sakit  langsung menuju parkir luar yang dekat dengan ruang VIP. Aku berjalan gontai disamping ibu yang masih mendiamkan aku.

 

Ruang Aina nampak terpampang jelas di mataku, hati ini berdetak kencang, penasaran apa yang akan dilakukan ibu. 

 

Ibu tunggu sebentar disini

 

Apa aku tidak boleh masuk, siapa kau mau melarangku

 

Mendengar ada yang berdebat di luar pintu. Tiba- tiba ada seorang wanita paruh baya keluar.

 

Eh ... Nak Gunarso, ayo masuk Nak

 

Gunarso menyalami wanita itu dengan penuh hormat, Bu Zahra memicingkan mata melihat tingkah anaknya.

 

"Oh ya Nak Gun,  terima kasih atas hadiah umrohnya ke ibu. Ibu bahagia sekali kau pilihkan umroh VIP sehingga pelayanannya sangat baik. Ibu jadi nggak kekurangan sesuatu. Eh ... kok nyerocos terus. Apa dia Nak Gun yang akan jadi baby sitter Aina? Kata Zana Aina akan di asuh baby sitter," panjang lebar bu Maftukha ngomong.

 

BERSAMBUNG 

 

 

 

 

 

Bab terkait

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 13 SUMBER MASALAH

    Di Lantai 2Dion Aditama raharja membawa Firda kekamarnya dengan hati berbunga- bunga merasa dimenangkan oleh Firda dari suaminya.Begitu sudah memasuki kamar , Firda melihat suaminya pergi dia langsung berusaha melompat dari gendongan lelaki itu.Dion masih memeluknya dengan erat seakan sayang mau menurunkan wanita yang selalu mengisi hatinya itu. Dia pandangi wanita cantik dengan sejuta cinta terpancar dari wajahnya yang selalu menyunggingkan senyuman.Firda salah tingkah mendapat tatapan mesra dari mantannya itu, dia berusaha melepas pelukan Dion dan memintanya untuk menurunkannya.“Hai, turunkan aku. Jangan cari kesempatan,” kata Firda ketus sambil menyembunyikan semburat merah dipipinya itu.

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 14 KECEWANYA SEORANG IBU

    Bu Zahra terpana sambil menatap wanita yang memakai setelan gamis warna daun kering itu. Berulangkali dia resapi untaian kata wanita yang selisih umurnya nggak beda jauh dengan usianya itu.Wanitu itu terus berterima kasih pada Gunarso yang telah berjasa mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk perjalanan umrohnya dengan fasilitas VIP.Belum habis kekagetannya, justeru yang di panggil bu Tukha oleh Gunarso itu mengira dirinya sebagai baby sitter untuk cucunya.Rasa pening kepala bu Zahra menyerang perlahan menusuk-nusuk kepalanya seakan ada rangkaian jarum yang terus tak berhenti gerak menghujam.Hati yang selama ini penuh kasih pada anak kesayangan yang bernama Gunarso berangsur melemah tak berdaya berganti rasa kecewa yang mendalam . Tetes demi tetes air mata berebut keluar dari manik mata lembut bu Zahra.Gunarso terdiam tanpa ekspresi, dia tidak berani bersit

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 15 SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

    Gunarso bergegas ke depan, matanya menatap kaget melihat siapa yang datang. Ternyata pak Tristan yang datang sang CEO di perusahaannya.Gunarso masih terkaget dari mana pak Tristan tahu rumahnya di Puri Cempaka Putih ini."Hai apa kabar Gun, lama kita tidak ketemu,""Eh ... iya ...Pak," jawab Gunarso terbata-bata merasa tertangkap basah karena sering mangkir kerja."Kemana saja Kau, hingga seluruh anak buahmu kutanya tidak ada yang tahu keberadaanmu," tanya pak Tristan menyelidik."Anu pak ... Itu anakku baru pulang dari rumah sakit," jawab Gunarso berlibet karena tegang.Pak Tristan membiarkan saja melihat Gunarso yang kebingungan celingak-celinguk bahkan sampai tidak memasukkan dirinya kedalam rumah."Sejak kapan kau pindah kesini? rumahmu bagus, kau pandai sekali investasi barang," ujar pak Tristan santai sedikit menyindir."Hampir dua tahun Pak," jawabnya singkat

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 17 KEPUTUSAN PAK ROIS

    Hari ini sang surya nampak gagah memeluk alam maya pada, suara aneka burung nampak bersahutan saling mengobrol satu sama lain yang sangkarnya bergantungan rapi di teras rumah milik mertuaku. Udara segar masuk perlahan memenuhi ruangan yang baru terbuka jendelanya.Firda telah memakai baju olahraganya dengan rapi, kemudian mengambil sepatu kets warna hitamnya. Hari ini dia akan pergi kerumah pak Haji Rois satu-satunya kakak kandung ayahnya yang masih hidup. Entah sudah berapa kali orang tua itu memintanya untuk datang tapi Firda belum sempat menemuinya.Baru saat ini Firda menyempatkan waktu untuk datang silaturahmi ke pak haji Rois. Selama ini pak haji Rois dan Tristanlah yang mengcover seluruh usaha dari ayahnya Firda yang telah berpulang ke rahmatullah. Firda sangat mempercayai pakdenya itu. Dibawah kendali beliau semua usaha ayahnya terus berkembang.Dengan berkendara motor maticnya dia melaju ditengah pusaran kendaraan dij

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 18 KEHILANGAN KEPERCAYAAN

    Gunarso berjalan dengan gontai sambil mengacak-acak rambutnya menuju ruang tamu. Dia kebingungan harus berbuat apalagi semua ATM nya sudah terkuras habis. Bahkan surat mobilnya pun sudah masuk rumah gadai untuk tambahan biaya rumah sakit Aina. Dia mengepalkan tangannya sangat geram melihat kelakuan Zana yang menghamburkan uang seenaknya, tapi lelaki ini tidak bisa berbuat apa-apa."Bagaimana Pak ?" tanya para developer itu dengan agak sinis."Beri aku waktu satu minggu untuk melunasi semua tunggakan yang kumiliki. Jika gagal tidak bisa melunasi maka aku akan pergi dari rumah ini." Gunarso menegosiasi para developer dengan perasaan tidak nyaman."Baiklah Pak saya tunggu hingga minggu depan. Kami mohon pamit ? Semoga Bapak bisa menepati janji serta dimudahkan rizkinya,”Tiga lelaki dari developer Cempaka Puri itu berlalu dari hadapannya, G

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 19 KEPUTUSAN HAKIM

    Setelah diberi segelas air putih warga untuk menetralisir ketegangan di hati yang berdegup kencang itu. Gunarso melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan mobil yang penyok bumper depan. Dia sudah tidak memperdulikan rasa nyeri ditubuhnya yang menatap stang setir mobil. Dia lajukan terus sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi.Lima menit kemudian nampak di netra matanya gedung Pengadilan Negeri Agama berdiri kokoh didepannya. Mobil avanza putih itu dia belokkan ketempat parkir terdekat. Semua mata yang ada disitu menatapnya dengan keheranan melihat kondisi mobil Gunarso. Begitu sampai dia bergegas turun dari mobilnya dengan sedikit pincang. Lelaki ini menatap nyalang disemua tempat yang dia lalui mencari keberadaan Firda.Hari ini ada tiga persidangan di pengadilan Negeri ini, Gunarso segera bertanya kepada resepsionis yang mengenakan hijab warna khaky itu.“Maaf bu, persidang

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 20 ADA MALING

    Dengan langkah yang hampir limbung Gunarso bangkit dari duduknya kemudian menuju mobil avanza yang tak berbentuk rupa itu.Berkali-kali dia mencoba berpikir begitu banyak yang terjadi dalam hidupnya dalam tiga bulan terakhir ini. Rumahnya di Cempaka Puri akan disita, terkena PHK, Aina masuk rumah sakit serta hari ini kehilangan istri yang dicintainya itu.Sepanjang perjalanan tak henti air mata penyesalannya terus menetes, bahkan hari ini dia tidak tahu harus melakukan apa dan tinggal dimana. Pikirannya kalut terus tertuju pada Firda yang menceraikannya beberapa saat yang lalu. Ingin sekali membela diri tapi dia tak mampu mengingat begitu banyak salah yang dia lakukan pada Firda.“Aku harus melakukan apa Tuhan, agar Firda kembali padaku? Haruskah aku menceraikan Zana Karunia wanita yang baru kunikahi hampir satu tahun itu. Wanita yang hari ini telah jadi ibu dari anakku y

Bab terbaru

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 21 RAHASIA FIRDA 1

    Dua buah koper warna abu-abu metallic serta kecoklatan sudah terjejer rapi diruang keluarga. Tatap mata sendu Gunarso pada ibu yang melahirkannya serta mantan istrinya begitu mengiris hati. Sementara dua wanita dihadapannya itu tetap tak bergeming sedikitpun untuk menahan kepergian Gunarso.Bu Zahra melangkah perlahan mendekati anaknya."Gunarso jadilah laki-laki sejati, bertanggung jawablah dengan setiap perbuatan yang kau lakukan. Semoga yang terjadi hari ini menjadi pelajaran berharga untukmu. Ibu ikhlas kamu pergi semoga kamu mendapat kebahagiaan dengan pilihanmu saat ini."Bu Zahra memeluk anak semata wayangnya itu, sambil menepuk-nepuk punggung Gunarso. Walau bagaimanapun dia harus mengeraskan hati agar Gunarso tahu segala kesalahannya. Rasa cintanya terhadap Gunarso hari ini telah berbeda baginya, selama ini dia terus melindungi dan memaafkannya justeru tidak membuat lelaki yang hampir empat puluh tahun itu tidak belajar dari kehidupannya.Lelaki y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 20 ADA MALING

    Dengan langkah yang hampir limbung Gunarso bangkit dari duduknya kemudian menuju mobil avanza yang tak berbentuk rupa itu.Berkali-kali dia mencoba berpikir begitu banyak yang terjadi dalam hidupnya dalam tiga bulan terakhir ini. Rumahnya di Cempaka Puri akan disita, terkena PHK, Aina masuk rumah sakit serta hari ini kehilangan istri yang dicintainya itu.Sepanjang perjalanan tak henti air mata penyesalannya terus menetes, bahkan hari ini dia tidak tahu harus melakukan apa dan tinggal dimana. Pikirannya kalut terus tertuju pada Firda yang menceraikannya beberapa saat yang lalu. Ingin sekali membela diri tapi dia tak mampu mengingat begitu banyak salah yang dia lakukan pada Firda.“Aku harus melakukan apa Tuhan, agar Firda kembali padaku? Haruskah aku menceraikan Zana Karunia wanita yang baru kunikahi hampir satu tahun itu. Wanita yang hari ini telah jadi ibu dari anakku y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 19 KEPUTUSAN HAKIM

    Setelah diberi segelas air putih warga untuk menetralisir ketegangan di hati yang berdegup kencang itu. Gunarso melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan mobil yang penyok bumper depan. Dia sudah tidak memperdulikan rasa nyeri ditubuhnya yang menatap stang setir mobil. Dia lajukan terus sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi.Lima menit kemudian nampak di netra matanya gedung Pengadilan Negeri Agama berdiri kokoh didepannya. Mobil avanza putih itu dia belokkan ketempat parkir terdekat. Semua mata yang ada disitu menatapnya dengan keheranan melihat kondisi mobil Gunarso. Begitu sampai dia bergegas turun dari mobilnya dengan sedikit pincang. Lelaki ini menatap nyalang disemua tempat yang dia lalui mencari keberadaan Firda.Hari ini ada tiga persidangan di pengadilan Negeri ini, Gunarso segera bertanya kepada resepsionis yang mengenakan hijab warna khaky itu.“Maaf bu, persidang

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 18 KEHILANGAN KEPERCAYAAN

    Gunarso berjalan dengan gontai sambil mengacak-acak rambutnya menuju ruang tamu. Dia kebingungan harus berbuat apalagi semua ATM nya sudah terkuras habis. Bahkan surat mobilnya pun sudah masuk rumah gadai untuk tambahan biaya rumah sakit Aina. Dia mengepalkan tangannya sangat geram melihat kelakuan Zana yang menghamburkan uang seenaknya, tapi lelaki ini tidak bisa berbuat apa-apa."Bagaimana Pak ?" tanya para developer itu dengan agak sinis."Beri aku waktu satu minggu untuk melunasi semua tunggakan yang kumiliki. Jika gagal tidak bisa melunasi maka aku akan pergi dari rumah ini." Gunarso menegosiasi para developer dengan perasaan tidak nyaman."Baiklah Pak saya tunggu hingga minggu depan. Kami mohon pamit ? Semoga Bapak bisa menepati janji serta dimudahkan rizkinya,”Tiga lelaki dari developer Cempaka Puri itu berlalu dari hadapannya, G

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 17 KEPUTUSAN PAK ROIS

    Hari ini sang surya nampak gagah memeluk alam maya pada, suara aneka burung nampak bersahutan saling mengobrol satu sama lain yang sangkarnya bergantungan rapi di teras rumah milik mertuaku. Udara segar masuk perlahan memenuhi ruangan yang baru terbuka jendelanya.Firda telah memakai baju olahraganya dengan rapi, kemudian mengambil sepatu kets warna hitamnya. Hari ini dia akan pergi kerumah pak Haji Rois satu-satunya kakak kandung ayahnya yang masih hidup. Entah sudah berapa kali orang tua itu memintanya untuk datang tapi Firda belum sempat menemuinya.Baru saat ini Firda menyempatkan waktu untuk datang silaturahmi ke pak haji Rois. Selama ini pak haji Rois dan Tristanlah yang mengcover seluruh usaha dari ayahnya Firda yang telah berpulang ke rahmatullah. Firda sangat mempercayai pakdenya itu. Dibawah kendali beliau semua usaha ayahnya terus berkembang.Dengan berkendara motor maticnya dia melaju ditengah pusaran kendaraan dij

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 15 SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

    Gunarso bergegas ke depan, matanya menatap kaget melihat siapa yang datang. Ternyata pak Tristan yang datang sang CEO di perusahaannya.Gunarso masih terkaget dari mana pak Tristan tahu rumahnya di Puri Cempaka Putih ini."Hai apa kabar Gun, lama kita tidak ketemu,""Eh ... iya ...Pak," jawab Gunarso terbata-bata merasa tertangkap basah karena sering mangkir kerja."Kemana saja Kau, hingga seluruh anak buahmu kutanya tidak ada yang tahu keberadaanmu," tanya pak Tristan menyelidik."Anu pak ... Itu anakku baru pulang dari rumah sakit," jawab Gunarso berlibet karena tegang.Pak Tristan membiarkan saja melihat Gunarso yang kebingungan celingak-celinguk bahkan sampai tidak memasukkan dirinya kedalam rumah."Sejak kapan kau pindah kesini? rumahmu bagus, kau pandai sekali investasi barang," ujar pak Tristan santai sedikit menyindir."Hampir dua tahun Pak," jawabnya singkat

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 14 KECEWANYA SEORANG IBU

    Bu Zahra terpana sambil menatap wanita yang memakai setelan gamis warna daun kering itu. Berulangkali dia resapi untaian kata wanita yang selisih umurnya nggak beda jauh dengan usianya itu.Wanitu itu terus berterima kasih pada Gunarso yang telah berjasa mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk perjalanan umrohnya dengan fasilitas VIP.Belum habis kekagetannya, justeru yang di panggil bu Tukha oleh Gunarso itu mengira dirinya sebagai baby sitter untuk cucunya.Rasa pening kepala bu Zahra menyerang perlahan menusuk-nusuk kepalanya seakan ada rangkaian jarum yang terus tak berhenti gerak menghujam.Hati yang selama ini penuh kasih pada anak kesayangan yang bernama Gunarso berangsur melemah tak berdaya berganti rasa kecewa yang mendalam . Tetes demi tetes air mata berebut keluar dari manik mata lembut bu Zahra.Gunarso terdiam tanpa ekspresi, dia tidak berani bersit

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 13 SUMBER MASALAH

    Di Lantai 2Dion Aditama raharja membawa Firda kekamarnya dengan hati berbunga- bunga merasa dimenangkan oleh Firda dari suaminya.Begitu sudah memasuki kamar , Firda melihat suaminya pergi dia langsung berusaha melompat dari gendongan lelaki itu.Dion masih memeluknya dengan erat seakan sayang mau menurunkan wanita yang selalu mengisi hatinya itu. Dia pandangi wanita cantik dengan sejuta cinta terpancar dari wajahnya yang selalu menyunggingkan senyuman.Firda salah tingkah mendapat tatapan mesra dari mantannya itu, dia berusaha melepas pelukan Dion dan memintanya untuk menurunkannya.“Hai, turunkan aku. Jangan cari kesempatan,” kata Firda ketus sambil menyembunyikan semburat merah dipipinya itu.

DMCA.com Protection Status