Share

BAB 11 SIMALAKAMA

Penulis: SEFARIDA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 

 

 

Gunarso Hadi  bertekat,"Satu persatu masalah dalam hidupku akan kuselesaikan dengan bijak."

 

Saat membuka  notifikasi tertangkap dalam netra matanya di layar ponsel membikin sesak dadanya yang tadi mulai longgar. Dia seakan tak percaya melihat nilai nominal dalam M-banking itu. Lelaki itu terduduk lemas di pinggiran ranjang dalam kamarnya itu. Belum hilang rasa kagetnya, notifikasi dalam layar ponsel muncul kembali.

 

"Ting!"

 Sekilas Gunarso menangkap tulisan yang masih berjalan itu mengenai laporan kinerjanya.

 

Dengan gemetar tangan Gunarso  memegang benda pipih warna biru langit seperti tanpa tulang. Matanya membeliak lebar memastikan nilai nominal yang tertera dalam notifikasi transfer bank dari perusahaannya yang hanya tiga juta rupiah saja seakan tak percaya.

 

"Aku harus menelepon pak Tristan untuk mencari kejelasan mengapa gajiku turun drastis, apa yang akan kugunakan membayar rumah sakit Aina."

 

Tanpa berpikir  panjang panjang Gunarso mencari kontak pak Tristan CEO tempatnya bekerja itu kemudian menekan tombol hijau pada aplikasi dalam ponsel kesayangannya itu.

 

[PT Sakti Gemilang, apa ada yang bisa di bantu pak] 

 

Suara sekertaris pak Tristan menjawab dengan ramah.

 

[Tolong sambungkan dengan pak Tristan, saya Gunarso manajer pemasaran]

 

[Baiklah pak, akan kami sambungkan]

 

[Hallo pak Tristan]

 

[Ya ada apa, tumben kamu menghubungi saya apa ada hal yang mengganggumu hingga meneleponku]

 

[Saya mohon kejelasan tentang gaji saya pak apa tidak salah transfer gaji orang lain]

 

[Tidak, bagian keuangan telah melakukan transfer gaji sesuai dengan standar dan peraturan di perusahaan ini, ada apa? Apa gajimu berlebih?] 

 

[Tidak pak, justeru berkurang sangat jauh]

 

[Apa kamu sudah menjalankan tugas dan kewajibanmu dengan baik? Coba kamu lihat laporan kinerja yang dikirim perusahaan berbarengan dengan transfer gaji kepada setiap karyawan melalui nomer ponsel.]

 

Lelaki ini ingin memberi pelajaran pada Gunarso suami dari teman karibnya itu.

 

[Mulai bulan ini laporan kinerja karyawan akan diberikan setiap bulan kepada setiap karyawan. Karyawan yang kinerjanya baik akan mendapat insentif yang menurun dipotong gajinya apalagi kalau sampai mangkir dari pekerjaannya]

 

Sejenak Gunarso merenungi apa yang dikatakan CEO itu.

 

[Selama ini kinerja saya bagus kok pak.]

 

[Kalau kamu nggak terima silahkan ajukan keberatan ke perusahaan, karena semua dibuat berdasarkan real data yang ada, atau nanti akan saya minta bagian data mengirimkan semuanya ke kamu]

 

[Baiklah pak, terima kasih]

 

Aditya menutup ponselnya kemudian membuka notifikasi yang kedua mengenai laporan kinerjanya.

 

Matanya membulat sempurna melihat laporan kinerjanya yang berbeda dengan keinginanannya.

 

"Huh, Bagas kenapa menghianatiku, padahal sudah ku minta melaporkan aku survey lapangan setiap aku keluar bersama Zana Karunia kenapa disini ditulis tidak masuk semua,"

"Kurang ajar sekali dia, awas nanti kalau ketemu pasti kuremukkan tulangnya dengan tanganku."

Gunarso sungguh geram orang kepercayaannya itu berhianat padanya. Dalam hatinya serasa terbakar, gara- gara Bagas berkata jujur akhirnya dia yang menanggung akibatnya.

 

"Tin!" ... Tin!"

 

Suara mobil Land Rover warna hitam menderu halus  masuk halaman rumah bu Zahra , Gunarso mengintip dari balik kelambu kamarnya. Di netra matanya menangkap mobil mewah itu dengan berdecak  terkagum siapa gerangan tamu ibunya itu. 

 

Gunarso bergegas memanggil ibunya kemudian wanita lembut hati itu membuka pintu dengan penuh tanya siapa tamunya itu.

 

Pintu mobil terbuka seorang laki-laki gagah memakai stelan jas hitam buatan luar negeri keluar dari mobil mewah. Dia berjalan gagah kearah pintu sebelahnya membukakan pintu seorang wanita yang masih lemah.Kemudian menuntunnya perlahan. 

 

"Hati-hati Miana, perhatikan langkahmu."

 

"Ia, Mas Bion, terima kasih telah mengantarku kerumah mertuaku," 

 

"Apa kita mulai disini?" tanya Bion

 

"Lihat situasi dulu Mas, kalau dia di rumah lakukan sesukamu tapi jangan kelewatan," ujar Firda.

 

"Baik Bos," Bion menautkan jari telunjuk dengan ibu jarinya keatas membentuk huruf O pertanda setuju. Firda tersenyum melihat itu. 

 

Bu Zahra terhenyak melihat wanita yang dituntun itu  ternyata menantunya. Firda berjalan tertatih tatih menahan sakit yang masih tersisa, dikepalanya masih ada perban yang menempel begitu pula di kaki kanannya. Bu Zahra langsung berlari menghampiri ikut menuntun menantunya itu.

 

"Aduh nduk, kemana saja kamu dua hari ini?" tanya bu Zahra dengan nada cemas.

 

"Ceritanya panjang bu, nanti kujelaskan didalam." Mata Firda mencari dan  mengawasi keberadaan suaminya ada apa tidak di rumah ini.

 

"Terima kasih ya Nak kau antarkan menantuku ini, ayo masuk dulu kerumah," tawar bu Zahra dengan ramah

 

"Ia bu, saya nggak mungkin meninggalkan Miana di tempat yang kurang aman bu," ujar Bion sambil menyelidik apakah derita Miana ini karena mertuanya atau disebabkan suaminya.

 

"Ia Mas ayo masuk dulu," tambah Firda.

 

"Karena dua wanita cantik memaksaku, jadi aku nggak bisa menolak untuk mampir," seloroh Bion sambil memperkuat pegangan tangannya pada Firda karena hampir terpeleset, dengan sigap dia memeluk wanita itu.

 

Mendengar suara ramai di luar Gunarso pun keluar dari kamarnya. Hatinya berdegup dengan kencang melihat istrinya diantar seorang laki-laki. Emosinya perlahan-lahan terbakar naik apalagi melihat Firda kelihatannya sangat akrab serta mengenalnya dengan baik.

 

"Hai, lepaskan pegangan tanganmu ke istriku," pekik Gunarso. 

 

Giginya gemeretak menahan gejolak didadanya yang hampir tidak bisa dia tahan. Bion menangkap kecemburuan di mata laki-laki di hadapannya itu

 

"Hai, anak tidak tahu diri. Jaga ucapanmu, istrimu  ini sudah ditolong bukannya berterima kasih justeru marah, kamu ini gimana sih?" hardik bu Zahra pada anaknya.

 

"Jika kau merasa suaminya, kenapa bukan Kamu yang membawa pulang istrimu," Bu Zahra masih dengan kemarahannya pada Gunarso.

 

Lelaki yang di marahi ibunya itu hanya terdiam tidak bisa menjawab perkataan ibunya itu. 

 

"Minggir, jangan di tengah jalan. Apa matamu nggak lihat kalau menantuku mau lewat," bentak bu Zahra kesal melihat Gunarso berdiri sambil berkacak pinggang ditengah pintu.

 

Firda membuang pandangan dari Gunarso, mengingat apa yang telah dilakukannya terasa pingin mencabik-cabik muka suaminya itu dengan tangannya. 

 

Bion terus memapah Firda masuk kerumah kuno peninggalan jaman belanda itu. 

 

"Mas kakiku lemas sekali," keluh Firda

 

Mendengar itu Gunarso berusaha mendekat ke Firda tapi sayang kalah sigap dengan Bion yang telah membopong Firda dengan tangannya. Dua  tangan Firda menggantung penuh dileher Bion Adhitama Raharja. 

 

"Dimana kamarmu Miana?" tanya Gunarso 

 

"Dilantai atas Mas Bion," jawab Firda dengan suara keras dan agak manja. 

 

Mendengar itu Gunarso menelan ludah, jakunnya turun naik serta nafasnya memburu. Hatinya seakan tersiram air panas terbakar cemburu.

 

"Apa kau tidak capek Mas menggendongku sampai atas?" tanya Firda.

 

Firda mengetahui kecemburuan suaminya saat bersitatap sekilas dengan matanya itu sehingga dia semakin menambah kadar kemesraannya dengan Bion Adhitama Raharja.

 

"Tentu tidak, Miana," jawab Bion dengan memperlambat langkahnya sambil memandang mata Firda dengan mesra.

 

Melihat itu Gunarso tak dapat menahan diri dia langsung berlari naik tangga terus merebut  Firda dari gendongan Bion. Mereka berdua saling berebut sementara Firda memperkuat pegangannya di leher Bion seakan ingin mengatakan kepada suaminya,

"Aku ya bisa mendapatkan yang lebih dari kamu Mas."

Ditengah perebutan mereka, notifikasi lagu panggilan ponsel disakunya Gunarso berbunyi dengan keras alunan melodi Madu tiga itu.

 

"Lepaskan istriku dari tanganmu itu, satu-satunya yang berhak menggendongnya  adalah aku suaminya," hardik Gunarso pada Bion.

 

"Sejak kapan kau ingat Mas kalau aku istrimu, tuh ada telpon. Angkat dulu mungkin dari candik kesayanganmu itu," pekik Firda sambil sedikit mencibir.

 

Gunarso mundur selangkah dan melepaskan tangannya dari badan Firda, beruntung Bion masih memeganginya.

 

"Ayo angkat nggak usah bingung," ujar Bion sedikit mengejek dan merasa menang karena Firda lebih memilih di gendongan Bion

 

Netra mata Gunarso menangkap dilayar ponsel panggilan itu atas nama bidadari, Bion yang berdiri berdekatan sekilas juga dapat membaca.

 

"Wuik , panggilan dari Bidadari. Kasian angkat saja sang bidadari sedang menunggu jawaban dari malaikatnya tuh," ejek Bion

 

BERSAMBUNG

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 12 KEBINGUNGAN GUNARSO

    GUNARSO BINGUNG#POV GUNARSOGila bener siapa laki-laki itu, tiba-tiba sudah akrab sekali dengan Firda pakai acara gendong-gendongan lagi. Sebenarnya apa yang terjadi pada Firda hingga dia nggak pulang dua hari ini.Kenapa kau telepon disaat yang tidak tepat begini Zana? Jika tidak kuangkat khawatir ada apa-apa dengan Aina. Jika kuangkat aku tidak bisa merebut Firda dari gendongan lelaki itu. Harga diriku sebagai laki-laki akan tercoreng.Aku hanya terdiam memegang tubuh Firda yang masih lengket pada lelaki itu."Ayo angkat ponselmu, bidadarimu sedang menunggu Mas, aku kan hanya setan, abaikan saja aku. Dia lebih butuh kamu sepertinya. Aku sudah ditemani dengan dokter Bion," gertak Firda.

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 13 SUMBER MASALAH

    Di Lantai 2Dion Aditama raharja membawa Firda kekamarnya dengan hati berbunga- bunga merasa dimenangkan oleh Firda dari suaminya.Begitu sudah memasuki kamar , Firda melihat suaminya pergi dia langsung berusaha melompat dari gendongan lelaki itu.Dion masih memeluknya dengan erat seakan sayang mau menurunkan wanita yang selalu mengisi hatinya itu. Dia pandangi wanita cantik dengan sejuta cinta terpancar dari wajahnya yang selalu menyunggingkan senyuman.Firda salah tingkah mendapat tatapan mesra dari mantannya itu, dia berusaha melepas pelukan Dion dan memintanya untuk menurunkannya.“Hai, turunkan aku. Jangan cari kesempatan,” kata Firda ketus sambil menyembunyikan semburat merah dipipinya itu.

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 14 KECEWANYA SEORANG IBU

    Bu Zahra terpana sambil menatap wanita yang memakai setelan gamis warna daun kering itu. Berulangkali dia resapi untaian kata wanita yang selisih umurnya nggak beda jauh dengan usianya itu.Wanitu itu terus berterima kasih pada Gunarso yang telah berjasa mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk perjalanan umrohnya dengan fasilitas VIP.Belum habis kekagetannya, justeru yang di panggil bu Tukha oleh Gunarso itu mengira dirinya sebagai baby sitter untuk cucunya.Rasa pening kepala bu Zahra menyerang perlahan menusuk-nusuk kepalanya seakan ada rangkaian jarum yang terus tak berhenti gerak menghujam.Hati yang selama ini penuh kasih pada anak kesayangan yang bernama Gunarso berangsur melemah tak berdaya berganti rasa kecewa yang mendalam . Tetes demi tetes air mata berebut keluar dari manik mata lembut bu Zahra.Gunarso terdiam tanpa ekspresi, dia tidak berani bersit

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 15 SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

    Gunarso bergegas ke depan, matanya menatap kaget melihat siapa yang datang. Ternyata pak Tristan yang datang sang CEO di perusahaannya.Gunarso masih terkaget dari mana pak Tristan tahu rumahnya di Puri Cempaka Putih ini."Hai apa kabar Gun, lama kita tidak ketemu,""Eh ... iya ...Pak," jawab Gunarso terbata-bata merasa tertangkap basah karena sering mangkir kerja."Kemana saja Kau, hingga seluruh anak buahmu kutanya tidak ada yang tahu keberadaanmu," tanya pak Tristan menyelidik."Anu pak ... Itu anakku baru pulang dari rumah sakit," jawab Gunarso berlibet karena tegang.Pak Tristan membiarkan saja melihat Gunarso yang kebingungan celingak-celinguk bahkan sampai tidak memasukkan dirinya kedalam rumah."Sejak kapan kau pindah kesini? rumahmu bagus, kau pandai sekali investasi barang," ujar pak Tristan santai sedikit menyindir."Hampir dua tahun Pak," jawabnya singkat

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 17 KEPUTUSAN PAK ROIS

    Hari ini sang surya nampak gagah memeluk alam maya pada, suara aneka burung nampak bersahutan saling mengobrol satu sama lain yang sangkarnya bergantungan rapi di teras rumah milik mertuaku. Udara segar masuk perlahan memenuhi ruangan yang baru terbuka jendelanya.Firda telah memakai baju olahraganya dengan rapi, kemudian mengambil sepatu kets warna hitamnya. Hari ini dia akan pergi kerumah pak Haji Rois satu-satunya kakak kandung ayahnya yang masih hidup. Entah sudah berapa kali orang tua itu memintanya untuk datang tapi Firda belum sempat menemuinya.Baru saat ini Firda menyempatkan waktu untuk datang silaturahmi ke pak haji Rois. Selama ini pak haji Rois dan Tristanlah yang mengcover seluruh usaha dari ayahnya Firda yang telah berpulang ke rahmatullah. Firda sangat mempercayai pakdenya itu. Dibawah kendali beliau semua usaha ayahnya terus berkembang.Dengan berkendara motor maticnya dia melaju ditengah pusaran kendaraan dij

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 18 KEHILANGAN KEPERCAYAAN

    Gunarso berjalan dengan gontai sambil mengacak-acak rambutnya menuju ruang tamu. Dia kebingungan harus berbuat apalagi semua ATM nya sudah terkuras habis. Bahkan surat mobilnya pun sudah masuk rumah gadai untuk tambahan biaya rumah sakit Aina. Dia mengepalkan tangannya sangat geram melihat kelakuan Zana yang menghamburkan uang seenaknya, tapi lelaki ini tidak bisa berbuat apa-apa."Bagaimana Pak ?" tanya para developer itu dengan agak sinis."Beri aku waktu satu minggu untuk melunasi semua tunggakan yang kumiliki. Jika gagal tidak bisa melunasi maka aku akan pergi dari rumah ini." Gunarso menegosiasi para developer dengan perasaan tidak nyaman."Baiklah Pak saya tunggu hingga minggu depan. Kami mohon pamit ? Semoga Bapak bisa menepati janji serta dimudahkan rizkinya,”Tiga lelaki dari developer Cempaka Puri itu berlalu dari hadapannya, G

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 19 KEPUTUSAN HAKIM

    Setelah diberi segelas air putih warga untuk menetralisir ketegangan di hati yang berdegup kencang itu. Gunarso melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan mobil yang penyok bumper depan. Dia sudah tidak memperdulikan rasa nyeri ditubuhnya yang menatap stang setir mobil. Dia lajukan terus sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi.Lima menit kemudian nampak di netra matanya gedung Pengadilan Negeri Agama berdiri kokoh didepannya. Mobil avanza putih itu dia belokkan ketempat parkir terdekat. Semua mata yang ada disitu menatapnya dengan keheranan melihat kondisi mobil Gunarso. Begitu sampai dia bergegas turun dari mobilnya dengan sedikit pincang. Lelaki ini menatap nyalang disemua tempat yang dia lalui mencari keberadaan Firda.Hari ini ada tiga persidangan di pengadilan Negeri ini, Gunarso segera bertanya kepada resepsionis yang mengenakan hijab warna khaky itu.“Maaf bu, persidang

Bab terbaru

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 21 RAHASIA FIRDA 1

    Dua buah koper warna abu-abu metallic serta kecoklatan sudah terjejer rapi diruang keluarga. Tatap mata sendu Gunarso pada ibu yang melahirkannya serta mantan istrinya begitu mengiris hati. Sementara dua wanita dihadapannya itu tetap tak bergeming sedikitpun untuk menahan kepergian Gunarso.Bu Zahra melangkah perlahan mendekati anaknya."Gunarso jadilah laki-laki sejati, bertanggung jawablah dengan setiap perbuatan yang kau lakukan. Semoga yang terjadi hari ini menjadi pelajaran berharga untukmu. Ibu ikhlas kamu pergi semoga kamu mendapat kebahagiaan dengan pilihanmu saat ini."Bu Zahra memeluk anak semata wayangnya itu, sambil menepuk-nepuk punggung Gunarso. Walau bagaimanapun dia harus mengeraskan hati agar Gunarso tahu segala kesalahannya. Rasa cintanya terhadap Gunarso hari ini telah berbeda baginya, selama ini dia terus melindungi dan memaafkannya justeru tidak membuat lelaki yang hampir empat puluh tahun itu tidak belajar dari kehidupannya.Lelaki y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 20 ADA MALING

    Dengan langkah yang hampir limbung Gunarso bangkit dari duduknya kemudian menuju mobil avanza yang tak berbentuk rupa itu.Berkali-kali dia mencoba berpikir begitu banyak yang terjadi dalam hidupnya dalam tiga bulan terakhir ini. Rumahnya di Cempaka Puri akan disita, terkena PHK, Aina masuk rumah sakit serta hari ini kehilangan istri yang dicintainya itu.Sepanjang perjalanan tak henti air mata penyesalannya terus menetes, bahkan hari ini dia tidak tahu harus melakukan apa dan tinggal dimana. Pikirannya kalut terus tertuju pada Firda yang menceraikannya beberapa saat yang lalu. Ingin sekali membela diri tapi dia tak mampu mengingat begitu banyak salah yang dia lakukan pada Firda.“Aku harus melakukan apa Tuhan, agar Firda kembali padaku? Haruskah aku menceraikan Zana Karunia wanita yang baru kunikahi hampir satu tahun itu. Wanita yang hari ini telah jadi ibu dari anakku y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 19 KEPUTUSAN HAKIM

    Setelah diberi segelas air putih warga untuk menetralisir ketegangan di hati yang berdegup kencang itu. Gunarso melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan mobil yang penyok bumper depan. Dia sudah tidak memperdulikan rasa nyeri ditubuhnya yang menatap stang setir mobil. Dia lajukan terus sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi.Lima menit kemudian nampak di netra matanya gedung Pengadilan Negeri Agama berdiri kokoh didepannya. Mobil avanza putih itu dia belokkan ketempat parkir terdekat. Semua mata yang ada disitu menatapnya dengan keheranan melihat kondisi mobil Gunarso. Begitu sampai dia bergegas turun dari mobilnya dengan sedikit pincang. Lelaki ini menatap nyalang disemua tempat yang dia lalui mencari keberadaan Firda.Hari ini ada tiga persidangan di pengadilan Negeri ini, Gunarso segera bertanya kepada resepsionis yang mengenakan hijab warna khaky itu.“Maaf bu, persidang

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 18 KEHILANGAN KEPERCAYAAN

    Gunarso berjalan dengan gontai sambil mengacak-acak rambutnya menuju ruang tamu. Dia kebingungan harus berbuat apalagi semua ATM nya sudah terkuras habis. Bahkan surat mobilnya pun sudah masuk rumah gadai untuk tambahan biaya rumah sakit Aina. Dia mengepalkan tangannya sangat geram melihat kelakuan Zana yang menghamburkan uang seenaknya, tapi lelaki ini tidak bisa berbuat apa-apa."Bagaimana Pak ?" tanya para developer itu dengan agak sinis."Beri aku waktu satu minggu untuk melunasi semua tunggakan yang kumiliki. Jika gagal tidak bisa melunasi maka aku akan pergi dari rumah ini." Gunarso menegosiasi para developer dengan perasaan tidak nyaman."Baiklah Pak saya tunggu hingga minggu depan. Kami mohon pamit ? Semoga Bapak bisa menepati janji serta dimudahkan rizkinya,”Tiga lelaki dari developer Cempaka Puri itu berlalu dari hadapannya, G

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 17 KEPUTUSAN PAK ROIS

    Hari ini sang surya nampak gagah memeluk alam maya pada, suara aneka burung nampak bersahutan saling mengobrol satu sama lain yang sangkarnya bergantungan rapi di teras rumah milik mertuaku. Udara segar masuk perlahan memenuhi ruangan yang baru terbuka jendelanya.Firda telah memakai baju olahraganya dengan rapi, kemudian mengambil sepatu kets warna hitamnya. Hari ini dia akan pergi kerumah pak Haji Rois satu-satunya kakak kandung ayahnya yang masih hidup. Entah sudah berapa kali orang tua itu memintanya untuk datang tapi Firda belum sempat menemuinya.Baru saat ini Firda menyempatkan waktu untuk datang silaturahmi ke pak haji Rois. Selama ini pak haji Rois dan Tristanlah yang mengcover seluruh usaha dari ayahnya Firda yang telah berpulang ke rahmatullah. Firda sangat mempercayai pakdenya itu. Dibawah kendali beliau semua usaha ayahnya terus berkembang.Dengan berkendara motor maticnya dia melaju ditengah pusaran kendaraan dij

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 15 SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA

    Gunarso bergegas ke depan, matanya menatap kaget melihat siapa yang datang. Ternyata pak Tristan yang datang sang CEO di perusahaannya.Gunarso masih terkaget dari mana pak Tristan tahu rumahnya di Puri Cempaka Putih ini."Hai apa kabar Gun, lama kita tidak ketemu,""Eh ... iya ...Pak," jawab Gunarso terbata-bata merasa tertangkap basah karena sering mangkir kerja."Kemana saja Kau, hingga seluruh anak buahmu kutanya tidak ada yang tahu keberadaanmu," tanya pak Tristan menyelidik."Anu pak ... Itu anakku baru pulang dari rumah sakit," jawab Gunarso berlibet karena tegang.Pak Tristan membiarkan saja melihat Gunarso yang kebingungan celingak-celinguk bahkan sampai tidak memasukkan dirinya kedalam rumah."Sejak kapan kau pindah kesini? rumahmu bagus, kau pandai sekali investasi barang," ujar pak Tristan santai sedikit menyindir."Hampir dua tahun Pak," jawabnya singkat

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 14 KECEWANYA SEORANG IBU

    Bu Zahra terpana sambil menatap wanita yang memakai setelan gamis warna daun kering itu. Berulangkali dia resapi untaian kata wanita yang selisih umurnya nggak beda jauh dengan usianya itu.Wanitu itu terus berterima kasih pada Gunarso yang telah berjasa mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk perjalanan umrohnya dengan fasilitas VIP.Belum habis kekagetannya, justeru yang di panggil bu Tukha oleh Gunarso itu mengira dirinya sebagai baby sitter untuk cucunya.Rasa pening kepala bu Zahra menyerang perlahan menusuk-nusuk kepalanya seakan ada rangkaian jarum yang terus tak berhenti gerak menghujam.Hati yang selama ini penuh kasih pada anak kesayangan yang bernama Gunarso berangsur melemah tak berdaya berganti rasa kecewa yang mendalam . Tetes demi tetes air mata berebut keluar dari manik mata lembut bu Zahra.Gunarso terdiam tanpa ekspresi, dia tidak berani bersit

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 13 SUMBER MASALAH

    Di Lantai 2Dion Aditama raharja membawa Firda kekamarnya dengan hati berbunga- bunga merasa dimenangkan oleh Firda dari suaminya.Begitu sudah memasuki kamar , Firda melihat suaminya pergi dia langsung berusaha melompat dari gendongan lelaki itu.Dion masih memeluknya dengan erat seakan sayang mau menurunkan wanita yang selalu mengisi hatinya itu. Dia pandangi wanita cantik dengan sejuta cinta terpancar dari wajahnya yang selalu menyunggingkan senyuman.Firda salah tingkah mendapat tatapan mesra dari mantannya itu, dia berusaha melepas pelukan Dion dan memintanya untuk menurunkannya.“Hai, turunkan aku. Jangan cari kesempatan,” kata Firda ketus sambil menyembunyikan semburat merah dipipinya itu.

DMCA.com Protection Status