Beberpa menit kemudian Ayana masih terbaring di sebuah sofa, pandangannya yang masih buram berusaha mencoba melihat sekeliling dan dia melihat Septha tengah duduk di samping dirinya. Septha mencoba menyadarkan Ayana dengan minyak angin yang dia genggam, tercium dari baunya yang khas dan menyengat.
“Hari ini kan jadwal pemeriksaan Ayana, kenapa kau tidak membawanya?” tanya Hanna yang tengah mengomeli Septha. “Iya, tapi Mbak Aya menolak untuk melakukan pemeriksaan katanya masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan,” sahut Septha. Ditengah pendengaran yang masih samar Ayana mendengar perdebatan tersebut. Dia langsung bangun dan berkata, “Sudah kalian jangan berdebat. Ini semua salahku.” “Ayana, kamu pasti kelelahan. Kita ke Rumah Sakit sekarang,” ajak Hanna yang begitu khawatir terlihat dari raut wajahnya. Ayana sudah tidak bisa menolak lagi, kali ini dia harus segera pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan semua kesehatan tubuhnya. Ayana yang sering meminum wine, sudah sering diperingati oleh Dokter agar menghentikan hal itu. Kata Dokter, meskipun minuman itu sangat nikmat tetapi, jika sering di konsumsi akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi tubuh dan semua orang tahu akan hal itu, mereka khawatir kalau efek buruk itu menyerang tubuh Ayana di kemudian hari. Sesampainya di Rumah Sakit. Ayana yang sudah berganti pakaian dengan pakaian pasien hanya bisa terbaring dengan selang infus yang terpasang ditangannya. Tubuhnya begitu lemas dan tidak memiliki tenaga sedikit pun. “Ya ampun Ayana. Apa yang kamu rasakan hari ini?” tanya Dokter Lingga. Dokter Lingga adalah Dokter pribadi Ayana dan dia baru saja masuk ke ruangan inap yang Ayana tempati. “Tidak tahu, Dok.” Ayana menjelaskan semua yang dia rasakan kepada Dokter Lingga, seorang Dokter tampan yang banyak digemari oleh para kaum hawa. “Nanti aku akan mengambil sample darah agar semuanya bisa terdeteksi. Mungkin butuh beberapa jam untuk mengetahui hasilnya.” “Baiklah Dok, terima kasih.” Setelah Dokter Lingga keluar tidak lama Ibu datang dan masuk ke ruang rawat inap Ayana. Raut wajahnya terlihat begitu panik, dia menyimpan tas mahalnya di sofa dan langsung menghampiri anak semata wayangnya. Laras bersikap seperti para Ibu pada umumnya, dia menanyakan kabar dan keadaan Ayana, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, sifat ibu kembali ke semula. “Kan, begini kalau kamu tidak menurut dengan apa yang Ibu katakan. Kalau kamu menikah, mungkin kamu tidak harus bekerja terlalu keras seperti ini. Lihat dirimu sekarang, sangat tidak enak dipandang mata! Pokoknya mau tidak mau, kau harus cepat menikah!” tegas Ibu. “Bu, bisakah membahas hal itu nanti. Ibu tidak lihat kedua tanganku sedang ditusuk jarum?” tanya Ayana meminta belas kasih dari sang ibu. Belum saja Ayana tenang setelah mendengar ocehan Laras, tiba-tiba Hanna masuk ke dalam ruangan inapku dengan raut wajahnya yang panik, “Gawat! Berita kamu pingsan di acara tadi sudah tersebar luas. Para Wartawan sudah memenuhi depan Rumah Sakit, dia ingin tahu sebenarnya penyakit apa yang sedang kamu derita!” Ayana menghela napas dalam. Beginilah enak dan tidak enaknya menjadi seorang selebriti terkenal, apa yang Ayana alami pasti beritanya langsung tersebar, berbeda dengan dia dulu ketika Ayana masih belum terkenal, mungkin mau dia mati sekalipun tidak ada yang tahu dan tidak ada yang peduli. “Sampaikan kepada para media, hasil pemeriksaannya belum keluar dan masih membutuhkan waktu beberapa jam lagi menunggu hasil tersebut,” kata Ayana berpesan kepada Hanna. “Baiklah, akan aku sampaikan,” sahut Hanna patuh dan kemudian dia pergi kembali.Keesokan harinyaHanna sibuk dengan pekerjaannya dan hari ini Ayana hanya berdua dengan Septha di dalam ruangan rawat inap. Sudah menjadi jadwal, Dokter Lingga masuk ke ruangan untuk memeriksa keadaan Ayana. Dia menyapa Ayana seperti biasa dengan ramah, tetapi ada raut wajah yang berbeda dari Dokter Lingga yang begitu berbeda terlihat dari garis wajahnya. “Bolehkah aku bicara berdua denganmu sebentar?” tanya Dokter Lingga. Ayana menyuruh Septha untuk keluar, begitupun Dokter Lingga yang menyuruh Perawat pendampingnya keluar dari ruang rawat inap Ayana. Dokter Lingga duduk tepat di samping Ayana, dia mengeluarkan sebuah benda yang tidak Ayana ketahui jelas jenisnya. “Ini hanya untuk membuktikan kalau pemeriksaanku yang salah,” kata Dokter Lingga. “Apa itu?” tanya Ayana bingung. “Ini alat tes kehamilan,” jawab Dokter Lingga sambil menatap dalam ke kedua mata Ayana. “Apa? Untuk apa? Dok, please jangan bercanda. Tidak mungkin aku hamil, menikah saja aku belum!” tegas Ayana. “Tapi, hasil pemeriksaan menyatakan kalau kamu hamil, Ay! Aku juga tidak percaya, sehingga aku membawa alat ini dan ingin membuktikannya sendiri. Bahkan Perawat di depan pun belum mengetahui hasil pemeriksaan ini.” “Ok, kalau begitu akan aku buktikan kalau hasil pemeriksaan itu salah!” Dibantu Dokter Lingga tubuh Ayana dipapah menuju toilet. Dokter Lingga memberitahu Ayana cara menggunakan alat pemeriksaan kehamilan itu, Dokter tampan itu menatap mata Ayana seakan meyakinkannya kalau apa yang akan dia lakukan hari ini adalah hal biasa dan tidak berbahaya. “Tenanglah dan lakukan dengan baik,” kata Dokter Lingga dan kemudian dia keluar dari toilet. Dengan tangan yang bergetar dan berharap apa yang Dokter Lingga katakan itu salah, Ayana mulai menggunakan alat tersebut. Aku memasukan alat tersebut ke sebuah cairan bening sedikit menguning itu dengan detak jantung yang begitu berdebar.“Tidak, tidak mungkin. Aku yakin Dokter Lingga salah kali ini.”Seketika kedua mataku membelalak ketika melihat 2 garis merah terpampang nyata dan jelas di alat tersebut, aku begitu kaget bercampur bingung ketika melihat hasil tersebut. Pertanyaan demi pertanyaan mulai mengisi benakku. Tentang Apa dan siapa kini memenuhi pikiranku. Bagaimana, aku seorang wanita yang belum menikah, bisa hamil? Bagaimana karirku dan bagaimana pandangan semua orang kepadaku?“Dokter!” panggilku lirih.Dokter Lingga yang ada di luar langsung masuk, mungkin dia kaget melihat aku yang terduduk tidak berdaya di toilet, sehingga dia langsung membantu aku untuk berdiri dan membawa alat tes kehamilan dari genggaman tanganku.“Berbaring dan tenanglah,” pinta Dokter Lingga kepadaku.“Dok, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau berita ini tersebar luas. Aku tidak mau karirku hancur!’“Itu alasanku merahasiakan hasil pemeriksaan milikmu. Tenang saja, aku akan bungkam dan tidak akan berbicara hal ini kepada siapapun. Aku akan membuat hasil pemeriksaan lain, agar para Wartawan percaya kalau kamu hanya kelelahan. Sekarang tugasmu hanya menikah dengan pria yang sudah membuat kamu hamil, Ay!” perintah Dokter Lingga yang mencemaskan karirku dan juga diriku.“Masalahnya! Aku tidak tahu, siapa Ayah dari anak ini, Dok!”“Apa?” Mungkin Dokter Lingga kaget mendengar jawaban dariku, terlihat kedua matanya yang membulat.Aku dan Dokter Lingga terdiam sejenak. Aku menceritakan kejadian ketika aku sedang berada Bali kepada Dokter Lingga. Dokter Lingga pun mengatakan kalau hari itu bisa saja terjadi, mengingat masa subur dan menstruasiku yang tepat dengan usia kandunganku yang sudah menginjak 4 minggu ini.“Begini saja. Aku mohon dengan sangat kepada Dokter, tolong rahasiakanlah masalah ini. Jangan sampai ibuku, Septha, Mbak Hanna apalagi para media mengetahui hal ini. Aku akan mencari jalan lain, agar nama baikku dan karirku tidak hancur,” pintaku kepada Dokter Lingga.“Iya baiklah, akan aku jaga rahasia ini.”Aku yang sudah lama mengenal Dokter Lingga, yakin kalau dia sangat bisa dipercaya. Namun, sekarang bukan itu masalahnya. Apa yang harus aku lakukan dengan janin yang ada di dalam kandunganku? Menggugurkannya atau membiarkan dia tumbuh?Satu minggu sudah Ayana berada di Rumah Sakit dan hari ini Ayana sudah bisa pulang dengan kondisi tubuh yang terasa sehat. Atas bantuan dari Dokter Lingga, Ayana berhasil mengatasi berita mengenai kesehatannya yang simpang siur yang ada di luar sana dan atas bantuan dari Dokter Lingga juga Ayana hanya mengonsumsi obat-obat khusus Ibu hamil selama berada di Rumah Sakit. Setelah hampir satu minggu ini dan selama berada di rumah sakit, Ayana sudah memutuskan dan bertekad dengan sangat yakin kalau dia akan mempertahankan bayi yang ada dalam kandungannya. Ayana tidak mau menambah dosa dengan menggugurkan janin tersebut. Ayana sangat yakin pasti dia memiliki jalan keluar untuk mengatasi masalah yang akan terjadi kepada dirinya di kemudian hari. “Hari ini kamu istirahat saja. Jika kesehatanmu sudah mulai pulih, kamu bisa melanjutkan syuting yang sempat tertunda,” kata Hanna. “Iya Mbak, mungkin besok aku sudah siap untuk kembali syuting.”
Ayana tidak mau difitnah begitu saja oleh artis baru terkenal tersebut, dia harus menunjukan siapa dia sebenarnya kepada artis baru itu. Kebetulan dan sepertinya dewi fortuna baru saja berpihak kepadanya, Ayana harus beradegan dengan Briana secara langsung, di adegan tersebut menceritakan Ayana harus menunjukan rasa marahnya kepada Briana dan katanya amarah itu harus terlihat natural dan memuncak."Camera! Rol! Action!" teriak Pak Sutradara menandakan Ayana harus memulai keahliannya untuk berakting.Ayana menatap kedua mata Briana dengan sangat tajam, dengan luka yang ada di wajah dan sekujur tubuhnya dia mulai menampar wajah Briana. Bepura-pura melayangkan tamparan keras tidak dilakukan oleh Ayana, dia melakukan tampan keras itu secara nyata dan membuat Briana benar-benar merasakan sakit dan perih di pipinya."Awh sakit," rintih Briana membuat pengambilan gambar kali ini gagal."Briana, seharusnya kamu jangan merintih kesakitan seperti itu. Tidak ada dialog 'awh sakit' di naskah!" ko
Sesuai dengan permintaan sang ibu malam ini Ayana bertemu dengan seorang pria pilihan ibunya yang akan dijodohkan dengannya. Pria tersebut tampaknya tahu kalau wanita yang akan di kunjungi adalah seorang selebritis terkenal, sehingga dia memesan tempat makan malam di sebuah ruangan VIP yang tertutup dan dijaga ketat oleh para petugas keamanan, tidak sembarangan orang bisa masuk di tempat makan tersebut yang tempatnya di hotel bintang lima yang berada di tengah kota Bandung.Ayana terlihat berpakaian rapih, cantik dan anggun. Dia memakai midi dress berwarna hitam, sepatu high heels hitam dan tas merah tua yang elegan, tidak hanya itu dia juga memakai riasan wajah yang terlihat sexy terlihat dari warna lipstik yang dia gunakan berwarna merah darah."Nona Ayana Birdie?" tanya salah seorang pria berpakaian rapi berdasi seorang Manager Hotel."Iya, saya.""Mari ikut saya, Nona," ajaknya dengan sangat ramah.Tidak lama Ayana berhenti di depan sebuah pintu tinggi yang sudah ada dua penjaga d
Ayana menyetuji perjodohan yang direncanakan oleh ibunya, dia bersedia menikah dan menjadi istri dari seorang pengusaha muda yang bernama Diptha Candhana berusia 32 tahun. Setelah menyiapkan beberapa persiapan pernikahan mulai dari gaun pernikahan, undangan, cincin kawin, hari ini Ayana Birdie akan dipersunting oleh seorang pria yang sangat dia sukai yaitu Diptha Candhana. Pernikahan mereka berdua digadang-gadang akan menjadi sebuah pernikahan termewah tahun ini, hotel mewah bintang lima milik keluarga Candhana akan menjadi saksi terikatnya cinta kasih Ayana dan Diptha. Banyak orang yang mendukung pernikahan mereka, ada pula yang iri dan cemburu melihat dua insan cantik dan tampan dipersatukan menjadi satu. Banyak pria dan wanita yang ingin berada di posisi mereka saat ini. "Ya ampun, Anda sangat cantik Nona," puji merias wajah dan rambut ketika melihat Ayana sudah siap menemui pangerannya yang sudah menunggu di depan sana. "Terima kasih," jawab Ayana sambil tersenyum ramah. Dengan
Entah apa yang sudah Diptha lakukan semalam yang jelas dia tidak pulang kembali ke Hotel setelah dia mengetahui hal yang mengejutkan semalam. Ayana yang baru saja selesai mandi tampak sedang duduk di kursi dengan hidangan sarapan tepat di hadapannya, kedua matanya tertuju kepada sebuah pantai yang menghampar luas di luar jendela besar sana. Pikiranya di penuhi dengan ke khawatiran dan juga kegelisahan tentang Diptha yang akan menerimanya atau justru malah melepaskannya setelah Diptha tahu kalau Ayana tidak sesuai dengan apa yang suaminya itu bayangkan. Apa yang akan di katakan orang jika baru satu malam saja menikah Ayana bercerai? Dan bagaimana bayi yang ada dalam kandungannya? Lamunan Ayana buyar ketika dia mendengar seseorang masuk dan membuka pintu, Ayana menoleh dan melihat ternyata yang datang itu suaminya. "Kamu pulang, Mas?" tanya Ayana disertai dengan senyumanya yang hangat. Diptha tidak menjawab sama sekali, dia malah masuk ke dalam kamar dengan raut wajahnya yang dingin
Semua mata tertuju kepada Ayana, tidak sedikit pengunjung Mall secara diam-diam mengambil foto dan video Ayana yang tengah berbelanja dengan ibu mertuanya. Ada yang senang melihat Ayana seorang selebriti terkenal secara langsung, ada juga yang iri melihat Ayana yang hidupnya dirasa sempurna. Namun, kekaguman mereka tiba-tiba berubah ketika ada sebuah artikel yang mengatakan kalau hubungannya dengan suaminya hanya sebatas bisnis dan tidak ada cinta di antara mereka. Sontak hal tersebut pun membuat kaget Hanna dan Septha selaku orang yang selama ini kenal kepada Hanna. "Mbak, kenapa orang-orang usil seperti ini sangat cepat membuat opini yang buruk?" tanya Septha."Aku juga enggak tahu, mungkin mereka iri karena setelah menikah dengan keluarga Chandana karir Ayana akan semakin melejit," jawab Hanna yang masih membaca dengan teliti artikel tersebut, "apa yang harus aku lakukan dan bagaimana caraku memberitahu Ayana mengenai berita ini?""Sulit Mbak, lihat saja penjagaan yang dilakukan
“Jadi, kau sungguh akan pergi dariku?” tanya seorang wanita cantik dengan air mata yang ada sudah mengisi setiap relung matanya. “Maafkan aku, aku tidak bisa mempertahankan kisah cinta kita. Aku harus menikah dengan wanita pilihan kedua orang tuaku. Selamat tinggal,” balas seorang pria yang menggunakan jas lengkap berdasi.“Tidak. Aku mohon jangan pergi! Lantas bagaimana denganku?” tanya si wanita yang menggenggam erat tangan si pria.Si pria menghempaskan genggaman tangan wanitanya dan kemudian berkata dengan lirih, “Maaf.”Wanita cantik itu berlutut melepaskan kepergian sang kekasih, dia menangis terisak seorang diri di pinggir jalan tanpa memperdulikan banyaknya orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Wanita berambut panjang itu merasakan sakit yang begitu luar biasa di dalam hatinya dan sesak di dalam dadanya, dia masih tidak menyangka seorang kekasih yang sudah menjalin hubungannya sejak lama meninggalkannya karena terhalang restu kedua orang tuanya. “CUT!” Sang Sutradara bert
Ayana sedang bersiap untuk pergi ke pesta makan malam yang diadakan oleh Pak Sutradara, hal tersebut membuat Ayana sibuk dan melupakan masalah semalam yang sampai saat ini masih belum dia ingat siapa pria tersebut. Dia pikir selama tidak ada perubahan dalam dirinya yang begitu jelas dan signifikan, dia rasa itu semua akan baik-baik saja. “Ya ampun Mbak Aya! Kamu masih belum siap juga? Pak Sutradara sudah menunggumu dari tadi,” kata Septha yang menerobos masuk ke dalam kamar hotel yang Ayana tempati. “Iya, iya. Ayo kita pergi sekarang,” sahut Ayana sambil sedikit merapikan kembali riasan wajahnya. Acara penutupan malam ini diadakan di sebuah restaurant mewah tepat pinggir pantai. Karena acara makan malam ini tidak diliput oleh media sama sekali, Ayana berani mengenakan baju seksi berwarna putih. Dia menggunakan pakaian berjenis one shoulder dress. Dress yang Ayana kenakan membuat satu sisi bahu yang mulusnya terbuka, apalagi potongan dress yang panjang membelah sampai atas lutut mem
Semua mata tertuju kepada Ayana, tidak sedikit pengunjung Mall secara diam-diam mengambil foto dan video Ayana yang tengah berbelanja dengan ibu mertuanya. Ada yang senang melihat Ayana seorang selebriti terkenal secara langsung, ada juga yang iri melihat Ayana yang hidupnya dirasa sempurna. Namun, kekaguman mereka tiba-tiba berubah ketika ada sebuah artikel yang mengatakan kalau hubungannya dengan suaminya hanya sebatas bisnis dan tidak ada cinta di antara mereka. Sontak hal tersebut pun membuat kaget Hanna dan Septha selaku orang yang selama ini kenal kepada Hanna. "Mbak, kenapa orang-orang usil seperti ini sangat cepat membuat opini yang buruk?" tanya Septha."Aku juga enggak tahu, mungkin mereka iri karena setelah menikah dengan keluarga Chandana karir Ayana akan semakin melejit," jawab Hanna yang masih membaca dengan teliti artikel tersebut, "apa yang harus aku lakukan dan bagaimana caraku memberitahu Ayana mengenai berita ini?""Sulit Mbak, lihat saja penjagaan yang dilakukan
Entah apa yang sudah Diptha lakukan semalam yang jelas dia tidak pulang kembali ke Hotel setelah dia mengetahui hal yang mengejutkan semalam. Ayana yang baru saja selesai mandi tampak sedang duduk di kursi dengan hidangan sarapan tepat di hadapannya, kedua matanya tertuju kepada sebuah pantai yang menghampar luas di luar jendela besar sana. Pikiranya di penuhi dengan ke khawatiran dan juga kegelisahan tentang Diptha yang akan menerimanya atau justru malah melepaskannya setelah Diptha tahu kalau Ayana tidak sesuai dengan apa yang suaminya itu bayangkan. Apa yang akan di katakan orang jika baru satu malam saja menikah Ayana bercerai? Dan bagaimana bayi yang ada dalam kandungannya? Lamunan Ayana buyar ketika dia mendengar seseorang masuk dan membuka pintu, Ayana menoleh dan melihat ternyata yang datang itu suaminya. "Kamu pulang, Mas?" tanya Ayana disertai dengan senyumanya yang hangat. Diptha tidak menjawab sama sekali, dia malah masuk ke dalam kamar dengan raut wajahnya yang dingin
Ayana menyetuji perjodohan yang direncanakan oleh ibunya, dia bersedia menikah dan menjadi istri dari seorang pengusaha muda yang bernama Diptha Candhana berusia 32 tahun. Setelah menyiapkan beberapa persiapan pernikahan mulai dari gaun pernikahan, undangan, cincin kawin, hari ini Ayana Birdie akan dipersunting oleh seorang pria yang sangat dia sukai yaitu Diptha Candhana. Pernikahan mereka berdua digadang-gadang akan menjadi sebuah pernikahan termewah tahun ini, hotel mewah bintang lima milik keluarga Candhana akan menjadi saksi terikatnya cinta kasih Ayana dan Diptha. Banyak orang yang mendukung pernikahan mereka, ada pula yang iri dan cemburu melihat dua insan cantik dan tampan dipersatukan menjadi satu. Banyak pria dan wanita yang ingin berada di posisi mereka saat ini. "Ya ampun, Anda sangat cantik Nona," puji merias wajah dan rambut ketika melihat Ayana sudah siap menemui pangerannya yang sudah menunggu di depan sana. "Terima kasih," jawab Ayana sambil tersenyum ramah. Dengan
Sesuai dengan permintaan sang ibu malam ini Ayana bertemu dengan seorang pria pilihan ibunya yang akan dijodohkan dengannya. Pria tersebut tampaknya tahu kalau wanita yang akan di kunjungi adalah seorang selebritis terkenal, sehingga dia memesan tempat makan malam di sebuah ruangan VIP yang tertutup dan dijaga ketat oleh para petugas keamanan, tidak sembarangan orang bisa masuk di tempat makan tersebut yang tempatnya di hotel bintang lima yang berada di tengah kota Bandung.Ayana terlihat berpakaian rapih, cantik dan anggun. Dia memakai midi dress berwarna hitam, sepatu high heels hitam dan tas merah tua yang elegan, tidak hanya itu dia juga memakai riasan wajah yang terlihat sexy terlihat dari warna lipstik yang dia gunakan berwarna merah darah."Nona Ayana Birdie?" tanya salah seorang pria berpakaian rapi berdasi seorang Manager Hotel."Iya, saya.""Mari ikut saya, Nona," ajaknya dengan sangat ramah.Tidak lama Ayana berhenti di depan sebuah pintu tinggi yang sudah ada dua penjaga d
Ayana tidak mau difitnah begitu saja oleh artis baru terkenal tersebut, dia harus menunjukan siapa dia sebenarnya kepada artis baru itu. Kebetulan dan sepertinya dewi fortuna baru saja berpihak kepadanya, Ayana harus beradegan dengan Briana secara langsung, di adegan tersebut menceritakan Ayana harus menunjukan rasa marahnya kepada Briana dan katanya amarah itu harus terlihat natural dan memuncak."Camera! Rol! Action!" teriak Pak Sutradara menandakan Ayana harus memulai keahliannya untuk berakting.Ayana menatap kedua mata Briana dengan sangat tajam, dengan luka yang ada di wajah dan sekujur tubuhnya dia mulai menampar wajah Briana. Bepura-pura melayangkan tamparan keras tidak dilakukan oleh Ayana, dia melakukan tampan keras itu secara nyata dan membuat Briana benar-benar merasakan sakit dan perih di pipinya."Awh sakit," rintih Briana membuat pengambilan gambar kali ini gagal."Briana, seharusnya kamu jangan merintih kesakitan seperti itu. Tidak ada dialog 'awh sakit' di naskah!" ko
Satu minggu sudah Ayana berada di Rumah Sakit dan hari ini Ayana sudah bisa pulang dengan kondisi tubuh yang terasa sehat. Atas bantuan dari Dokter Lingga, Ayana berhasil mengatasi berita mengenai kesehatannya yang simpang siur yang ada di luar sana dan atas bantuan dari Dokter Lingga juga Ayana hanya mengonsumsi obat-obat khusus Ibu hamil selama berada di Rumah Sakit. Setelah hampir satu minggu ini dan selama berada di rumah sakit, Ayana sudah memutuskan dan bertekad dengan sangat yakin kalau dia akan mempertahankan bayi yang ada dalam kandungannya. Ayana tidak mau menambah dosa dengan menggugurkan janin tersebut. Ayana sangat yakin pasti dia memiliki jalan keluar untuk mengatasi masalah yang akan terjadi kepada dirinya di kemudian hari. “Hari ini kamu istirahat saja. Jika kesehatanmu sudah mulai pulih, kamu bisa melanjutkan syuting yang sempat tertunda,” kata Hanna. “Iya Mbak, mungkin besok aku sudah siap untuk kembali syuting.”
Beberpa menit kemudian Ayana masih terbaring di sebuah sofa, pandangannya yang masih buram berusaha mencoba melihat sekeliling dan dia melihat Septha tengah duduk di samping dirinya. Septha mencoba menyadarkan Ayana dengan minyak angin yang dia genggam, tercium dari baunya yang khas dan menyengat.“Hari ini kan jadwal pemeriksaan Ayana, kenapa kau tidak membawanya?” tanya Hanna yang tengah mengomeli Septha.“Iya, tapi Mbak Aya menolak untuk melakukan pemeriksaan katanya masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan,” sahut Septha.Ditengah pendengaran yang masih samar Ayana mendengar perdebatan tersebut. Dia langsung bangun dan berkata, “Sudah kalian jangan berdebat. Ini semua salahku.”“Ayana, kamu pasti kelelahan. Kita ke Rumah Sakit sekarang,” ajak Hanna yang begitu khawatir terlihat dari raut wajahnya.Ayana sudah tidak bisa menolak lagi, kali ini dia harus segera pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan semua kesehatan tubuhnya. Ayana yang sering meminum wine, sudah
Satu Bulan Kemudian Kilatan cahaya lampu dari sebuah kamera seorang Kameraman sudah menjadi pemandangan biasa bagi Ayana. Tahun ini dia kembali mendapatkan penghargaan sebagai Artis terbaik yang sudah pasti malam ini para Wartawan tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk mewawancarai Ayana dan lain sebagainya. Bukan sebuah mimpi bagi Ayana, tetapi itulah kenyataannya. Dia Ayana Birdie seorang Artis papan atas yang tengah terkenal tahun ini. “Bagaimana perasaan Anda ketika kembali mendapat penghargaan di tahun ini?” tanya salah satu Wartawan. “Pastinya aku sangat bersyukur dan bahagia atas semua yang telah aku raih,” jawab Ayana dengan senyuman ramahnya. Setelah menjawab beberapa pertanyaan wartawan Ayana segera masuk ke dalam mobil dibantu para Petugas Keamanan yang melerai jalannya dan juga langkah kakinya dari kerumunan para Wartawan dan Fans. Mustahil bagi Ayana menjawab semua pertanyaan Wartawan yang tidak ada habisnya, apalagi ketika ada yang bertanya ‘Kapan akan mengakhiri masa
Ayana sedang bersiap untuk pergi ke pesta makan malam yang diadakan oleh Pak Sutradara, hal tersebut membuat Ayana sibuk dan melupakan masalah semalam yang sampai saat ini masih belum dia ingat siapa pria tersebut. Dia pikir selama tidak ada perubahan dalam dirinya yang begitu jelas dan signifikan, dia rasa itu semua akan baik-baik saja. “Ya ampun Mbak Aya! Kamu masih belum siap juga? Pak Sutradara sudah menunggumu dari tadi,” kata Septha yang menerobos masuk ke dalam kamar hotel yang Ayana tempati. “Iya, iya. Ayo kita pergi sekarang,” sahut Ayana sambil sedikit merapikan kembali riasan wajahnya. Acara penutupan malam ini diadakan di sebuah restaurant mewah tepat pinggir pantai. Karena acara makan malam ini tidak diliput oleh media sama sekali, Ayana berani mengenakan baju seksi berwarna putih. Dia menggunakan pakaian berjenis one shoulder dress. Dress yang Ayana kenakan membuat satu sisi bahu yang mulusnya terbuka, apalagi potongan dress yang panjang membelah sampai atas lutut mem