“Mith, lihat,” ucap Anin yang ada di sampingnya. Wanita itu memperlihatkan ponsel miliknya, yang menampilkan sebuah aplikasi chatting. “Ini aku lagi chat sama admin dari produk pakaian olahraga yang waktu itu pakai jasa kita,” terang Anin.Mitha mengangguk, dia tentu mengingatnya. “Berkat foto dari kita, penjualan mereka meningkat. Mereka berterima kasih, karena hasil foto produknya bagus,” imbuhnya lagi.“Syukurlah, aku seneng dengernya. Ya, walau kita di sini harus kerja ekstra, bahkan sampai lembur. Tapi lihat testimoni konsumen jadi auto happy,” timpal Mitha. “Bener banget. Ngomong-omong selain fotonya bagus, dia juga memuji model kita. Katanya pas banget sama ekspektasi mereka.”Mitha tiba-tiba terdiam, bahkan sorot matanya kini mendadak kosong. Pikirannya terbawa ke arah lain. “Apa aku bilang sama Mbak Puspa, supaya jadiin Keyza talent model tetap, ya? Kayaknya oke kalau pakai jasa dia, untuk produk-produk yang menonjolkan sisi elegan dan sexy,” papar Anin. Suara Anin masih
“Mitha!” seru Cakra, yang melihat Mitha tersungkur. Dengan cepat, Cakra meninggalkan Candra yang baru saja dia pukul dengan keras. Segera menghampiri Mitha yang sudah terkulai, tak sadarkan diri. “Mitha!” Cakra mencoba untuk memanggil nama wanita yang kini ada di dalam rengkuhannya. Pipi Mitha ditepuk pelan-pelan, berusaha untuk menyadarkan wanita itu. Namun, usahanya tak berhasil. Karena Mitha masih memejamkan matanya dengan pipi kiri yang terlihat memerah. “Kurang ajar kamu, Cakra!” seru Candra yang tak terima diperlakukan kasar oleh adiknya. Candra langsung menoleh dengan tatapan tajam. “Kamu yang kurang ajar! Bisa-bisanya kamu memukul istrimu sampai dia pingsan seperti ini!” raung Cakra. Dadanya bergemuruh dan bahunya sudah naik turun dengan cepat. “Halah, paling dia pura-pura pingsan. Dia itu playing victim.” Mendengar cibiran yang keluar dari mulut Candra, emosi Cakra semakin tersulut. “Apa kamu bilang?” geramnya. Namun, jika bukan karena Mitha sepertinya Cakra sudah m
Kedua pupil Mitha membulat, saat mendengar alasan Cakra membawanya ke tempat ini. Tangan Mitha ditarik sekuat tenaga untuk keluar dari mobil.“Sakit,” ringis Mitha.Mobil yang tadi membawa mereka ke tempat itu, seketika pergi meninggalkan Mitha dan Cakra.“Cak, lepas nggak?” pinta Mitha yang menahan tangan Cakra dengan tangan kanannya.Sayangnya Cakra menggeleng, dia menarik Mitha untuk mendekat ke arah kantor polisi.“Cakra!” seru Mitha, yang ternyata sukses membuat Cakra tersentak.Untung saja parkiran di sana sepi dan juga tidak terlalu terang. Sehingga kecil kemungkinan orang lain mendengar suara Mitha yang sedikit meninggi.“Lepas! Kamu itu kenapa, sih? Aku baru keluar dari rumah sakit. Aku capek, aku ingin istirahat!” terang Mitha, yang kesabarannya sudah perlahan terkikis.Cakra langsung berbalik dan berhadapan dengan Mitha sekarang.“Aku tahu, setelah ini kita pulang. Kita buat laporan dulu.” Cakra masih tetap teguh dengan niat awalnya.Bagi Cakra, membiarkan Candra terus berl
Saking sedikit merasa aneh, Mitha tidak berkedip sejak tadi. Bolak-balik dia memeriksa akun yang baru saja mengikutinya. Sebuah akun dengan followers berjuta-juta, bahkan akun itu sudah centang biru.“Ini tidak salah, kan?” gumam Mitha lagi, yang masih tak percaya.Maksudnya, Mitha tak begitu dekat dengan Keyza. Apalagi jika mengingat kisah masa lalu, sebenarnya hubungan antara Mitha dan Keyza tidak begitu baik. Kemarin mereka bisa bertegur sapa, tidak lain karena sikap keprofesionalan mereka.“Mitha!”Suara Anin memecah pikiran Mitha, dia tersentak dan langsung menoleh ke arah temannya.“Kenapa?” tanya Mitha.“Tadi kamu istirahat di mana? Aku cari-cari kok nggak ada.”“Oh … di pantri. Aku lagi malas keluar cari makan soalnya.”Anin hanya mengangguk, “Ngomong-omong, Mbak Puspa mau jadiin Keyza talent tetap. Mereka lagi nego harga dulu,” terang Anin.“Oh,” ucap Mitha, yang nampaknya tak begitu tertarik.Ponsel yang tadi sempat dipegang oleh Mitha, ia simpan di samping mouse komputernya
Sudah pukul sembilan, tapi Mitha masih sendirian di rumah. Baik Candra maupun Cakra, tidak ada satu pun mereka di rumah. Namun, entah kenapa Mitha malah lebih penasaran dengan keberadaan Cakra, dibanding dengan suaminya sendiri.Pandangan Mitha tertuju pada bingkai foto yang tertempel di dinding. Pada bingkai tersebut tersemat sebuah foto pernikahan Mitha dan Candra. Dia menatap lekat-lekat foto tersebut, dan Mitha merasakan gejolak kekesalan dalam dirinya.“Kenapa aku harus menikah dengan Mas Candra, sih? Kenapa bukan dengan Cakra saja?”Mitha mulai mempertanyakan pada dirinya sendiri. Ada perasaan sesal yang sekarang sedang dirasakan oleh Mitha. Dia ingin menceritakan keluh kesahnya pada kedua orang tuanya.“Ah, aku nggak bisa merepotkan dan membuat ibu dan bapak khawatir lagi. Mereka sudah ikhlas merawatku sejak kecil. Bahkan menyekolahkanku dengan keadaan susah payah. Padahal aku hanya anak angkat mereka,” desah Mitha.Kedua matanya kini berkaca, mengingat bagaimana perjuangan ked
Sudah hampir tiga minggu Candra tidak pulang ke rumah. Tidak ada rasa penasaran sedikit pun pada istrinya. Padahal terakhir mereka bertemu, Mitha pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. “Aku pulang.” Suara seorang wanita yang dinantinya, memecah keheningan. Candra yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya langsung melirik ke arah pintu. Keyza baru saja pulang bekerja. Candra segera berdiri menyambut kedatangan wanita yang sejak dulu dan sampai saat ini dia cintai. “Tumben sekali kamu pulang lebih pagi?” kata Candra. Sekarang baru pukul sepuluh malam, padahal minggu ini Keyza mendapatkan jadwal untuk pulang tengah malam. “Aku sedang tidak enak badan, Mas,” jawab Keyza. Dia langsung menghampiri Candra dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Melihat wajah lelah Keyza, Candra langsung duduk dan memandang lekat wanita itu. “Mau aku buatkan minuman?” tanya Candra. Perlakuan Candra pada Keyza dan Mitha, bagaikan langit dan bumi. Keyza selalu dia puja dan diperlakukan dengan
Candra benar menjemput sang ibu di stasiun. Untung saja keretanya delay beberapa jam. Sehingga Candra tidak perlu izin pulang lebih dulu. Kemudian membawanya pulang ke rumah.“Mama kenapa nggak ngomong dulu, sih, kalau mau ke sini?” cerocos Candra.Jujur saja Candra merasa kesal dengan kedatangan sang ibu yang mendadak. Karena mau tidak mau Candra harus kembali ke rumah ini. Padahal dia sudah memiliki rencana spesial malam ini.“Surprise!” ucap Rifah sambil mengangkat kedua tangannya. Wajahnya berbinar, memberikan kejutan pada sang anak.Decakan keras terdengar dari mulut Candra, dan itu bisa didengar oleh Rifah. Seketika wanita itu mendekat ke arah anaknya.“Kenapa? Kamu nggak suka Mama datang?” tanya Rifah sedikit ketus.Melihat raut wajah ibunya yang berubah kesal, membuat Candra mencengkram kelopak matanya. Dia menarik napas, lalu menarik kedua sudut bibirnya.“Bukan begitu Mama, Sayang.” Candra merangkul sang ibu. Dia tidak boleh membuat ibunya marah, karena itu akan menjadi keru
Untuk beberapa saat, Mitha mematung sambil memandang miris kotak pemberian dari sang ibu. Sedih rasanya ketika sang ibu mertua lebih bersemangat dengan hubungan rumah tangga mereka. Keheningan itu pecah, ketika Candra kembali hadir di tengah-tengah mereka. “Sudah selesai makan malamnya?” tanya Candra yang melihat sendok dan garpu pada piring Rifah juga Mitha dalam posisi tertutup. “Sudah,” jawab Rifah. Candra menarik tipis kedua ujung bibirnya, “Ya sudah, ayo kita pulang!” ajak Candra. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Candra masih memiliki waktu untuk menyelinap, lalu pergi dari rumah. Tadi Candra mendapatkan panggilan dari Keyza, dia sudah menunggunya di apartemen. Hanya saja Candra sedikit berbohong tentang keberadaannya. Dia tidak ingin Keyza tahu, kalau sebenarnya Candra sedang bersama dengan Mitha. “Pulang?” kata Rifah. Candra menarik kepalanya ke belajkang, alisnya terlihat mengerut. “Kalian tidak akan pulang,” imbuh Rifah. Mata Candra membeliak, mendengar ucapan
Baru kali ini—sejak beberapa tahun terakhir— Mitha diajak makan malam berdua bersama suaminya. Sungguh, Mitha dibuat terkejut oleh Candra. Karena pasalnya kini mereka sudah berada di sebuah restoran Jepang.“Kamu mau ramen seperti biasa kan?” tanya Candra pada Mitha.“Boleh, kebetulan aku lagi pengin ramen,” jawab Mitha Dalam hati Mita bertanya; apakah suaminya benar-benar masih mengingat menu favoritnya?“Mas, saya pesan dua beef ramen, kuahnya toripaitan. Minumnya Ocha.” Candra kemudian membuka halaman pada buku menu.“Side dish-nya, karaage 1 dan ekado goreng 1,” imbuh Candra. Mitha sedikit terkejut karena Candra benar-benar masih mengingat menu favoritnya.Setelah mencatat pesanan Candra, pramusaji itu pun segera pergi dan membuat kan pesanan mereka.Hening sejenak, seolah tidak ada yang berani lebih dulu untuk berbicara. Sesekali Mitha mengintip untuk melihat Candra. Terlihat suaminya itu sedang sibuk dengan ponselnya.“Maaf, tadi ada chat dari Faisal. Masalah kerjanya,” ucap
Tas yang dibawa Mitha barusan—milik Keyza—adalah tas yang pernah Mitha inginkan. Mitha pernah melihat tas tersebut di mobil suaminya. Namun, sang suami mengatakan bahwa itu milik atasannya. Melihat Keyza memiliki tas itu, entah kenapa Mitha merasa sangat iri. Padahal bisa saja Keyza memiliki tas itu karena atas jerih payahnya sendiri. “Mbak, boleh nggak aku pakai anting ini?” tanya Keyza yang menunjukkan perhiasan yang tersemat di daun telinganya. Puspa mengamati sebuah anting dengan mata berbentuk bunga berwarna salem. Selain itu anting itu sedikit panjang. “Boleh. Malah kayaknya cocok sama look pertama sama ketiga, deh.” Puspa melemparkan pandangan ke arah gaun yang masih tergantung. “Wah, Mbak Keyza sengaja atau kebetulan pakai anting ini?” tanya Puspa. Keyza tersenyum, “Sengaja, sih, Mbak. Kemarin Mbak Puspa kan kirim foto gaunnya. Aku coba cari perhiasan yang sekiranya cocok sama gaun yang bakal aku pakai hari ini. Syukurlah kalau Mbak Puspa setuju,” terang Keyza .“Wah, Mb
Semalaman Mitha tidak bisa tidur. Pikirannya kalut, karena khawatir jika skandal dia dengan sang adik ipar terendus oleh suaminya. Candra sungguh bersikap sedikit aneh. Dia sama sekali tidak memancing keributan dengan Mitha. Bahkan kini dia mau sarapan bersama dengan istri dan adiknya. Di samping Candra, nampak Cakra yang melirik pada sang kakak. Mitha bisa melihat dengan jelas, bahwa Cakra juga merasa sedikit gugup. Pasalnya, Mitha semalam mengirim pesan pada Cakra untuk bisa menjaga jarak dengannya, karena sang suami sudah kembali. “Ayok, Mith,” ucap Candra seraya meraih tas miliknya dan berdiri di ambang pintu. “Eh?” Mitha nampak memasang wajah bingung, “ayo?” tanyanya dengan nada bergumam. “Ayo berangkat kerja,” ajak Candra lagi.Kedua alis Mitha terangkat, bahkan kini kepalanya sedikit tertarik ke belakang. Apa Mitha tidak salah dengar?“Aku akan mengantarmu ke kantor,” kata Candra menegaskan. Ada angin dari mana, sampai Candra mau mengantar Mitha ke kantor? Keanehan itu ti
“Mith?” Seseorang memanggil Mitha, tapi wanita itu nampaknya tidak mendengar. Tatapannya kosong, dan dirinya diam mematung tepat di depan kompor. “Mitha?” Panggil orang itu lagi.Sayangnya, Mitha masih tidak merespon. Sepertinya kedua telinga Mitha disumpal oleh benda asing. Sehingga dia tidak bisa mendengar suara apa pun. Bahkan suara air khas dari teko yang sedang dimasak pun, Mitha tidak bisa mendengarnya. Pria yang memanggil Mitha adalah Cakra. Melihat tingkah wanita itu yang nyatanya sedang melamun, membuat Cakra mendekat. Kemudian tanpa basa-basi, Cakra tiba-tiba mengecup pipi Mitha. Ya. Usaha Cakra itu membuahkan hasil. Mitha tersentak dan langsung menoleh ke arah Cakra.“Ish! Kamu apa-apaan, sih, Cak?” sewot Mitha yang sepertinya tidak terima ketika mendapatkan serangan tiba-tiba. Cakra mengangkat kedua alisnya, “Cium kamu. Lagian dari tadi aku manggil, tapi kamu nggak nyaut. Itu tuh, airnya udah mateng,” ucap Cakra sambil menunjuk teko di atas kompor oleh dagunya. Panda
“Serius, Mitha nggak penasaran kamu ke mana?” tanya Keyza.Wanita itu sedang tidur bersama dengan pria yang dicintainya. Candra menempelkan dagunya di puncak kepala Keyza.“Iya. Sekedar chat juga nggak pernah,” jawab Candra. Akan tetapi, nada bicara Candra terdengar mengusik perasaan Keyza. “Bagus dong,” celetuk Keyza.Namun, Candra tak menanggapi. Terlihat tatapannya seperti sedang menerawang sesuatu. “Mas, apa mungkin Mitha juga berselingkuh?” Keyza nampaknya sedang memprovokasi Candra. “Hah?” Umpan yang diberikan Keyza, kini disantap oleh sang ikan. Keyza bangkit, merubah posisinya menjadi duduk menatap Candra yang sedang tertidur. “Iya, itu mungkin saja, bukan?” lempar Keyza lagi.Namun, Candra menggeleng sambil tersenyum meremehkan.“Tidak mungkin. Siapa juga yang mau sama Mitha?” celetuk Candra.Tiba-tiba saja otak Candra memunculkan bayangan sosok Mitha. Dia mencoba menerawang bagaimana bentuk fisik Mitha. Namun, ada satu hal yang mengusik hati Candra. Entah kenapa, dia m
Mitha terbangun dengan kondisi masih tak berbusana. Begitupun dengan Cakra yang ada di sampingnya. Dia beringsut bangkit dari tempat tidur. Namun, saat dirinya hendak duduk, tangan Cakra langsung memeluknya. Seolah melarang Mitha untuk beranjak dari posisinya.“Biarkan aku memelukmu lebih lama lagi, Mitha,” ucap Cakra dengan suara yang parau, khas bangun tidur. Mitha melipat bibirnya. Dia memandang wajah Cakra yang masih terpejam. Memorinya memutar kejadian semalam, di mana mereka saling menciptakan irama erotis yang membara. Otak Mitha juga menangkap ekspresi wajah Cakra yang begitu sangat menggairahkan, ketika mereka sedang berbagi peluh bersama. Sedetik kemudian, Mitha menggeleng sambil memejamkan matanya. “Cakra,” panggil Mitha, dia mencoba melepaskan pelukannya. “Hmm?” Cakra hanya berdeham.“Sudah siang, kita harus pergi dari sini,” ucap Mitha. “Lima menit lagi. Cuman di sini aku bisa lebih dekat denganmu, Mith,” timpal Cakra. Namun, Mitha menggeleng, “Sudah cukup, Cak.” D
Entah kenapa hati Cakra tidak tenang. Ibunya memberi tahu bahwa Mitha dan Candra sedang menghabiskan malam bersama di hotel. Cakra yang mengetahui bagaimana kisah kakak dan kakak iparnya itu, merasa khawatir dengan keadaan Mitha. Dengan cepat Cakra menyusul mereka ke hotel yang dimaksud.“Cakra?” Mitha terkejut saat mendapati adik iparnya berdiri di hadapannya. Tak hanya Mitha yang kaget. Cakra juga dibuat terlonjak dengan kondisi Mitha, yang hanya mengenakan pakaian tipis. Perlahan sisi kejantanan Cakra mulai bangkit.“Di mana, Mas Candra?” tanya Cakra.Mitha memungut handuk yang sempat ia kenakan tadi. Kemudian dia langsung menutupi tubuhnya dengan handuk tersebut. “Per-pergi,” jawab Mitha dengan gugup.Cakra mendengar suara lift berhenti. Dengan cepat dia masuk ke dalam kamar Mitha, lalu menutup pintunya rapat.Tubuh Mitha menegang, ketika mendapati Cakra ada di hadapannya dengan jarak yang lumayan dekat. Dia mendongak memperhatikan Cakra.“Terus, sedang apa kamu mengenakan paka
Untuk beberapa saat, Mitha mematung sambil memandang miris kotak pemberian dari sang ibu. Sedih rasanya ketika sang ibu mertua lebih bersemangat dengan hubungan rumah tangga mereka. Keheningan itu pecah, ketika Candra kembali hadir di tengah-tengah mereka. “Sudah selesai makan malamnya?” tanya Candra yang melihat sendok dan garpu pada piring Rifah juga Mitha dalam posisi tertutup. “Sudah,” jawab Rifah. Candra menarik tipis kedua ujung bibirnya, “Ya sudah, ayo kita pulang!” ajak Candra. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Candra masih memiliki waktu untuk menyelinap, lalu pergi dari rumah. Tadi Candra mendapatkan panggilan dari Keyza, dia sudah menunggunya di apartemen. Hanya saja Candra sedikit berbohong tentang keberadaannya. Dia tidak ingin Keyza tahu, kalau sebenarnya Candra sedang bersama dengan Mitha. “Pulang?” kata Rifah. Candra menarik kepalanya ke belajkang, alisnya terlihat mengerut. “Kalian tidak akan pulang,” imbuh Rifah. Mata Candra membeliak, mendengar ucapan
Candra benar menjemput sang ibu di stasiun. Untung saja keretanya delay beberapa jam. Sehingga Candra tidak perlu izin pulang lebih dulu. Kemudian membawanya pulang ke rumah.“Mama kenapa nggak ngomong dulu, sih, kalau mau ke sini?” cerocos Candra.Jujur saja Candra merasa kesal dengan kedatangan sang ibu yang mendadak. Karena mau tidak mau Candra harus kembali ke rumah ini. Padahal dia sudah memiliki rencana spesial malam ini.“Surprise!” ucap Rifah sambil mengangkat kedua tangannya. Wajahnya berbinar, memberikan kejutan pada sang anak.Decakan keras terdengar dari mulut Candra, dan itu bisa didengar oleh Rifah. Seketika wanita itu mendekat ke arah anaknya.“Kenapa? Kamu nggak suka Mama datang?” tanya Rifah sedikit ketus.Melihat raut wajah ibunya yang berubah kesal, membuat Candra mencengkram kelopak matanya. Dia menarik napas, lalu menarik kedua sudut bibirnya.“Bukan begitu Mama, Sayang.” Candra merangkul sang ibu. Dia tidak boleh membuat ibunya marah, karena itu akan menjadi keru