Beranda / Romansa / Noda Merah Malam Pertama / Tidak bisa mengajak duel

Share

Tidak bisa mengajak duel

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-15 23:10:25
Bab 52

Perempuan itu tersenyum puas. Dia sudah sudah berhasil membuat Ziyad emosi, padahal hanya menggunakan beberapa kalimat. Ah, begitu mudahnya lelaki itu tersulut. Setelah lelaki itu mencapai tahap emosi, maka segala macam kata-kata kotor pasti akan segera berhamburan dari mulutnya dan itulah yang Rayna inginkan.

Ibu kandungnya harus tahu bagaimana sifat asli menantu kesayangannya. Dia harus bisa meluruskan kesalahpahaman ini.

"Terima kasih karena sudah menganggapku sebagai istrimu, Ziyad. Tapi bagiku itu tidak terlalu penting."

Rayna tersenyum tipis. Entah berasal dari mana keberanian ini di dapatkannya, tapi perempuan itu berdiri dengan tegak. Dia mendongakkan wajah, menantang Ziyad. Tak ada sedikitpun ragu di hatinya. Mampung Ziyad sudah memulai, sekalian saja ia hancur-hancuran.

Ziyad pun lantas berdiri. Mereka berhadapan, saling menatap, seolah mengukur kekuatan masing-masing. Detik ini juga, Ziyad di selubungi perasaan gentar, tapi ia berusaha menyembunyikan semuanya, lew
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Noda Merah Malam Pertama   Tong Kosong Nyaring Bunyinya

    Bab 53"Sebenarnya kamu itu siapa?" tanya Nafisa. "Namaku Ravin. Aku hanya orang biasa, Ma. Kebetulan aku adalah atasan Rayna di minimarket...." "Bukan itu maksudku." Nafisa buru-buru meralat. "Apa hubunganmu dengan Rayna? Kenapa kalian terlihat akrab? Dari awal kamu sudah tahu, kan, Rayna sudah punya suami?" Ravin terdiam. Rayna yang merasa jengah lantas angkat bicara. "Sudahlah, Ma. Sebaiknya pembicaraan kita lanjut besok pagi. Lihatlah, Ravin dan teman-temannya sangat lelah, sepulang kerja langsung berangkat kesini, dan harus nyetir pula." Akhirnya Nafisa menyerah. Waktu memang sudah tengah malam. Mereka harus istirahat. Rayna tidur sekamar dengan ibunya. Sementara Ravin, Adam dan Damian tidur di kamar Rayna. Rumah ini hanya memiliki dua kamar tidur. Jadi ya, harap maklum. ***** "Bos yakin mau mengajak kita berdua tidur satu pembaringan?" Adam menunjuk kasur berukuran luas yang terhampar begitu saja di lantai yang terbuat dari kayu. "Memangnya kalian mau tidur dimana?" Ravi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Noda Merah Malam Pertama   Akhir Cerita Kita

    Bab 54 Sementara itu, di waktu subuh menjelang pagi, Ziyad masih meringkuk di tempat tidurnya setelah melakukan perjalanan tanpa henti selama tiga jam. Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk di singgah di salah satu penginapan. Tubuhnya perlu istirahat, demikian juga pikirannya. Lelaki itu tampaknya masih sayang nyawa, sehingga memilih mengistirahatkan diri. Dia pun juga tidak mungkin pulang ke rumahnya dalam keadaan semacam ini. Ibunya pasti akan marah-marah, menyalahkan keputusannya untuk memperjuangkan Rayna, kemudian memprovakasi agar segera melupakan istrinya dan menerima Ghina yang jelas-jelas mengejarnya sampai kini. Buat Ziyad, Ghina tak lebih sebagai partner di ranjang, tempatnya bersenang-senang. Tak ada perasaan cinta dan ia juga tak pernah menjanjikan apapun. Kesepakatan itu sudah ada sejak awal.Kenapa justru sekarang Ghina ingin merubah semuanya, di saat ia serius ingin kembali kepada istri sahnya? "Ah, wanita memang rumit. Aku tidak bisa memahami mereka," gumam Ziyad.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Noda Merah Malam Pertama   Pengakuan Ravin

    Bab 55 "Malam itu aku dan Davina makan malam di restoran yang berada di lantai dasar hotel. Setelah makan malam, kami berbincang sebentar. Tak lama, aku merasa sangat mengantuk. Akupun pamit dengan Davina untuk duluan masuk ke kamar kami." Rayna terus bercerita. "Saking mengantuknya, aku sampai lupa mengunci pintu. Aku merebahkan tubuhku begitu saja di tempat tidur dan langsung terlelap. Namun, tidak di sangka seseorang yang waktu itu berada di dalam keadaan mabuk, masuk ke dalam kamar kami dan ....." "Tak usah di lanjutkan, Nak. Mama sudah mengerti." Perempuan tua itu terisak. "Rayna minta ampun, Ma. Rayna tidak bisa menjaga diri dengan benar." Bibirnya bergetar hebat. Kejujuran ini memang pahit. Apalagi fakta ini sudah disembunyikannya selama lima tahun. Rayna melirik Ravin yang hanya bisa tertunduk kelu. Dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. "Kamu tidak salah, Nak. Ini musibah. Setiap wanita bisa saja mengalami hal ini," ujar Nafisa sembari memeluk p

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Noda Merah Malam Pertama   Rencana Ravin

    Bab 56"Apa katamu?!" Nafisa mendelik. "Ampuni aku, Ma. Akulah yang merenggut kesucian Putri Mama." Dia mengulang pernyataannya. Kening Ravin menyentuh ujung jari kaki perempuan tua itu. "Jadi kamu...." Nafisa tercekat sembari memegang dadanya. "Tega sekali kamu menghancurkan masa depan putriku!" Nafisa ingin berteriak tapi nafasnya sangat sesak. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Melihat itu, Rayna buru-buru menopang tubuh tua itu. "Aku akan tanggung jawab, Ma." "Pertanggungjawaban dari kamu sudah terlambat!" Nafisa mendengus. Matanya berkilat menahan amarah. Disaat seperti inilah rasa pusing itu kembali mendera Nafisa. Seketika ia memegang kepala, sementara tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk menekan dadanya. Nafasnya terasa semakin sesak. Pun keringat dingin kian membanjiri wajahnya yang memucat. Hanya beberapa menit ia mampu bertahan. Setelah itu tubuhnya terkulai di pelukan Rayna. Rayna menjerit histeris. Ravin yang sigap segera membopong tubuh tua itu ke mobil. Ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Noda Merah Malam Pertama   Saksi Kunci

    Bab 57Perempuan itu membuang pandangannya ke arah gerombolan tanaman. Seketika matanya memicing, saat melihat sesuatu yang bergerak-gerak disana. Rayna terkesiap. Tanpa sadar kakinya bergerak melangkah ke arah gerombolan tanaman yang membentuk pagar pembatas area taman itu. "Kenapa, Rayna?" tegur Ravin. "Ada sesuatu yang bergerak disana," tunjuk Rayna. Perempuan itu melangkah kian mendekat. "Aku tidak melihat apapun," protes Ravin. Dia merasa perempuan itu hanya mengada-ngada atau mengalihkan pembicaraan soal rencananya yang akan membawa Nafisa berobat ke ibukota. Ravin paham sifat Rayna yang keras kepala dan sangat sulit menerima bantuan darinya. Rayna tak menanggapi. Kini ia sudah sampai di tempat itu, mengedarkan pandangan. Dia sangat kecewa karena tak ada seorang pun di situ, kecuali hanya orang-orang yang lalu lalang melewati taman ini saja dan itu tak ada satupun orang yang ia kenal. "Mungkin kamu salah lihat kali...." Ravin menarik tangan perempuan itu kembali ke tempat m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22
  • Noda Merah Malam Pertama   Ke Rumah Devano

    Bab 58Setelah memastikan perempuan yang menjadi target mereka sudah meninggalkan tempat itu, Adam, Damian dan dua orang lelaki lainnya segera keluar dari tempat persembunyiannya di balik pohon dan semak-semak. Keempat lelaki itu berpandangan. Adam mengacungkan ponsel dan memutar kembali rekaman video yang memperlihatkan gerak-gerik perempuan itu.Meskipun mereka tidak bisa mendengarkan suara Davina yang lirih, tetapi kamera ponsel itu bisa menangkap dengan jelas wajah asli Davina yang tidak lagi tertutupi oleh topi bercaping yang semula ia kenakan untuk menyamarkan wajahnya."Bagaimana ini, Adam?" tanya Damian."Bagaimana apanya?" Adam mengangkat bahu."Tugas kita hanya sekadar mengawasi dan kita tidak bisa melakukan apapun terhadap perempuan itu. Kalau soal tindakan itu tergantung perintah bos kita," lanjutnya.Ketiganya mengangguk, lalu satu demi satu bergerak meninggalkan tempat itu. Adam dan Damian meninggalkan tempat paling akhir, setelah memastikan semua dalam keadaan aman dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Noda Merah Malam Pertama   Resiko Dari Kegagalan

    Bab 59Devano mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Lelaki muda itu terlihat tenang. Dia seolah tak peduli dengan Davina yqng duduk di sisinya, berkali-kali melirik dengan raut wajah gelisah. Kesal tak mendapat reaksi yang semestinya, Davina berbalik mengarahkan pandangannya ke depan. Perempuan itu seketika terkejut saat menyadari mobil yang mereka tumpangi kini bergerak ke arah luar kota."Kak, kita mau ke mana?" teriak Davina."Bukankah kamu ingin berbicara denganku tentang Rayna? Ini pembicaraan penting, bukan?" sahut Devano, lagi-lagi tanpa menoleh."Ya, tentu saja," tukas Davina."Makanya jangan banyak protes! Nanti kamu akan tahu setelah sampai ke tempat tujuan." Nada bicara lelaki muda itu terdengar datar, sehingga apa yang ada di hatinya sulit di terka.Devano menghentikan mobil di tepi jalan yang sepi. Di kanan dan kiri jalan terhampar pesawahan yang luas. Benar, hampir tidak ada orang lewat di jalur itu, kecuali para pengendara yang akan menuju ke sebuah tempat wisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Noda Merah Malam Pertama   Ini Hanya Sekedar Awal

    Bab 60Di sebuah tempat yang agak sepi tak jauh dari rumah sakit, Adam dan Damian tengah berdiri. Tak sepatah kata pun terucap dari bibir mereka, kecuali mata yang terus menatap jalanan. Hanya yang terlihat dari dua wajah tegas itu seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.Tidak sampai setengah jam kemudian, sebuah motor berhenti tepat di depan keduanya. Seraut wajah menyembul tatkala sang pengendara melepas helm dan masker yang sebelumnya ia kenakan."Bagaimana?" tanya Adam tak sabar."Beres, Bos." Lelaki itu mengacungkan jempol, lalu mengambil ponsel dari saku bajunya."Ini silakan lihat sendiri." Dia menyodorkan ponselnya kepada Adam."Hmm.... Tidak salah lagi. Kedua orang ini pasti memiliki hubungan dengan peristiwa malam itu," duga Adam."Belum bisa dijadikan bukti yang kuat, Dam, lantaran kita tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan," tukas Damian mengingatkan."Ya. Itu memang kekurangannya. Penyelidikan ini kita lakukan secara dadakan. Namun sebagai awal, ku

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25

Bab terbaru

  • Noda Merah Malam Pertama   Jodoh Itu Cerminan Diri

    Bab 139 "Jodoh itu ibarat cerminan diri. Di detik ini aku baru sadar, aku memang tidak pantas untukmu. Kamu memang pantas untuk bersanding dengan Ravin," gumam Ziyad. Matanya tak lepas dari layar ponsel yang menayangkan adegan demi adegan kegiatan Rayna bersama Al-Fatih Mart Foundation. Perempuan muda itu nampak begitu tulus menyalami para orang tua di salah satu panti jompo yang ia kunjungi. Meskipun tak pernah ada lagi kontak dengan Rayna, tetapi lelaki itu senantiasa mengikuti perkembangan Rayna melalui akun media sosial Al-Fatih Mart yang ia follow. Ya, hanya itu jalan satu-satunya untuk mengetahui perkembangan dari perempuan yang bahkan sampai kini masih tetap dia cintai. Semua akses sudah tertutup. Rayna sudah menikah dengan Ravin, bahkan kini memiliki anak, Akalanka Mirza Zahair Narendra. Tak ada gunanya ia terus berharap. Mencintai dalam diam. Itu yang ia lakukan sekarang. Ziyad tersenyum kecut. Biarlah semua orang menganggapnya bodoh. Tapi hanya itu yang tersisa dari sosok

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (2)

    Bab 138 "Selamat, Tuan. Anaknya laki-laki, sehat, tak kurang suatu apapun dan ganteng seperti daddynya," canda dokter Viona. Dia sendiri yang menyerahkan langsung bayi mungil di dalam bedongan itu kepada Ravin. "Terima kasih, Dok." Ini jelas sebuah keajaiban bagi Ravin. Bisa menggendong bayi yang merupakan darah dagingnya sendiri merupakan mimpinya sejak lama dan kini menjadi kenyataan. Ravin melangkah menghampiri sang istri yang terbaring lemah di ranjang. Wanita itu mengulas senyum termanis. "Ini putra kita, Sayang," ujarnya sembari duduk di kursi dekat ranjang. Matanya menatap wajah mungil itu lekat-lekat. "Tentu saja. Terima kasih sudah menyambut kehadirannya." "Apa yang kau katakan, Sayang?!" Refleks tangannya terulur menutup mulut Rayna. "Kehadirannya sudah lama kutunggu dan hari ini aku sangat bahagia karena sekarang aku memiliki seorang pewaris. Pewaris Al-Fatih Mart yang sekarang tumbuh dan berkembang semakin besar, melebarkan sayap sampai ke negeri tetangga," ujarnya

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (1)

    Bab 137 "Bukan, Sayang. Lagi pula aku sudah memutuskan untuk tidak lagi memantau mereka. Dean dan Roy akan ditarik sebagai pengawal pribadiku, menggantikan Adam dan Damian yang telah resmi menjadi pengawal pribadimu mulai hari ini." "Kenapa bisa begitu?" Rayna tersentak. "Karena kita sudah punya kehidupan masing-masing. Ada banyak hal yang lebih penting untuk kita perhatikan, Sayang. Jadi mulai hari ini stop! Ziyad dan keluarganya kita keluarkan dari tema pembicaraan kita sehari-hari. Are you oke?" tegas Ravin. Tangannya terulur menangkup wajah perempuan itu, mendongakkannya, lalu mendekatkan wajahnya sendiri, mengecup bibir ranum itu dengan lembut. Rayna menggeliat. Tubuhnya menghangat seketika. "Berjanjilah untuk move on dari cinta dan suami pertamamu itu, Sayang. Seperti aku juga yang move on dari istri pertamaku," lirih lelaki itu. Rayna menatap pemilik wajah dengan rahang yang tegas itu dalam-dalam. Ada kesungguhan dan ketulusan di sana. Ravin benar. Setelah selesai soal kem

  • Noda Merah Malam Pertama   Pertemuan Dengan Selvi

    Bab 136Perempuan muda itu menoleh. "Kak Rayna!" Suaranya bergetar.Rayna menubruk gadis itu, memeluknya dengan erat, meskipun beberapa detik kemudian menyadari saat mereka berpelukan, ada yang mengganjal. Bukan cuma perutnya, tetapi juga perut Selvi."Selvi, kamu sedang hamil?" Tanpa sadar tangan perempuan itu mengusap perut besar milik Selvi.Gadis itu mengangguk. "Seperti yang Kakak lihat," sahutnya getir"Kamu sudah menikah?" Pertanyaan itu terasa begitu konyol. Otaknya berusaha keras mengingat-ingat. Dia dan Ravin memang memantau Ziyad dan Selvi, meskipun tentu tidak bisa 100%. Sampai sejauh ini suaminya tidak pernah menceritakan soal Selvi. Setiap kali ditanya, Ravin selalu bilang Selvi dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi nyatanya....Laila berinisiatif untuk membawa Selvi, Rayna dan Vania masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan bangunan itu."Ini anak Angga?" Rayna kembali mengusap perut besar Selvi dengan lembut saat mereka sudah duduk di sofa."Iya, Kak." Butir-butir beni

  • Noda Merah Malam Pertama   Kunjungan Ke Dapoer Syifa

    Bab 135"Terima kasih, Sayang. Kamu adalah istriku dan ratuku. Kamu tidak perlu merubah apapun dari dirimu. Semua yang ada pada dirimu sudah sempurna. Aku juga tidak menuntutmu terlibat penuh dalam kegiatan di perusahaan, kalau memang kamu tidak menginginkannya. Cukuplah kamu mendampingiku, setia padaku, karena aku benci dengan yang namanya penghianatan." Ravin menghela nafas berat.Antara Bella dan Rayna sungguh berbeda dan Ravin menerima Rayna mutlak apa adanya. Dia hanya menginginkan kesetiaan, setelah apa yang Bella torehkan kepadanya. Buat apa memiliki istri cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, tetapi punya kebiasaan memelihara pria pemuas hasrat? Ini sangat menjijikan!Keduanya menikmati waktu beberapa saat di taman sebelum akhirnya bangkit. Ravin memeluk pinggang istrinya posesif. Namun baru beberapa langkah keduanya mengayunkan kaki, mendadak ponsel Ravin berdering"Panggilan video dari Axel," cicit Rayna. Sepasang suami istri itu berpandangan."Angkat saja, Hubby. Siapa tahu

  • Noda Merah Malam Pertama   Aku Berjanji, Hubby

    Bab 134 "Istrimu?!" Perempuan yang hanya mengenakan dress di atas lutut tanpa lengan itu mengibaskan rambutnya. "Apakah aku tidak salah dengar? Apakah ini benar-benar istrimu?" Dia menunjuk Rayna dengan ekspresi keheranan. Matanya tak lepas mengamati penampilan Rayna yang mengenakan gamis dengan jilbab yang menutupi kepala sampai tonjolan di dadanya. Memang, pakaian yang dikenakan oleh Rayna berharga cukup mahal dan model kekinian. Namun di mata Chintya, gaya berpakaian Rayna seperti orang udik, kampungan! "Lho, memangnya kenapa, Chintya?" Ravin menatap Chintya dengan pandangan tak suka. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya heran dengan seleramu. Kamu terlihat sangat berubah, Ravin. Aku pikir setelah kamu menceraikan Bella, kamu akan mencari wanita yang jauh lebih baik dari mantan istrimu itu." Chintya mencoba menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil. "Dan Rayna adalah wanita yang jauh lebih baik dari Bella," ujar Ravin sinis. Sekalian saja dia menumpahkan isi hatinya, mampung bert

  • Noda Merah Malam Pertama   Makan Malam Sederhana

    Bab 133"Oh, ya? Benarkah?" Sepasang mata indah itu berbinar-binar menatap tudung saji yang teramat besar menutupi seluruh hidangan di atas meja makan."Benar sekali, Nyonya. Hari ini saya memasak makanan yang merupakan kekayaan kuliner kami orang Melayu." Chef Ehsan melambaikan tangan kepada dua orang wanita berseragam pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Mereka bergegas menghampiri, lalu membuka tudung saji."Inilah nasi lemak khas Malaysia," ujar chef Ehsan bangga."Wow...! Ini sangat keren. Terima kasih, Chef. Kamu memang juru masak yang hebat!" puji Rayna."Terima kasih atas pujian Nyonya. Itu memang sudah tugas saya sebagai chef pribadi keluarga Narendra, sekaligus senior chef di sebuah restoran masakan khas Melayu yang dimiliki oleh keluarga Narendra," sahut chef Ehsan sopan."Keluargamu juga memiliki restoran di sini, Hubby?" Perempuan itu sangat terkejut. Dia menoleh kepada sang suami."Kurang lebihnya seperti itu, Sayang. Daddy Elvan memang menjadi investor terbesar di sal

  • Noda Merah Malam Pertama   Mantan Itu Dibuang Ke Laut Saja!

    Bab 132Dari sebuah bandara kecil yang intensitas penerbangannya tidak terlalu padat, Ravin dan Rayna bertolak ke Kuala lumpur. Rayna yang baru pertama kali menaiki pesawat pribadi terkagum-kagum dengan interior yang dimiliki oleh pesawat pribadi keluarga Narendra. Sungguh sangat mewah. Seumur hidupnya ia tidak pernah menyaksikan ada pesawat yang di dalamnya didesain mirip sebuah rumah."Ini adalah milikmu juga. Kamu bebas menggunakan pesawat ini kemanapun kamu akan bepergian. Kapten Ivan akan senang hati mengantarmu. Beliau adalah seorang pilot dengan jam terbang yang sangat tinggi." Ravin seolah bisa membaca keminderan dari diri wanita itu."Memangnya aku mau kemana?" Rayna tertawa kecil. "Ini adalah pertama kali aku pergi ke luar negeri dan itu pun bersamamu Hubby....""Kasihan," goda Ravin mencubit hidung bangir istrinya. Mereka tengah berbaring di pembaringan. Ravin memeluk Rayna sembari mengelus perut wanita itu. Terasa olehnya permukaannya yang tak lagi rata. Untuk sesaat hat

  • Noda Merah Malam Pertama   Rencana Selvi

    Bab 131 Tangan Selvi terulur mengelus pipi tirus perempuan tua itu. Tak ada rasa hangat sedikitpun dari wajah yang disentuhnya. Tak ada kehidupan. Wajah itu dingin dan beku. Selvi menjerit keras. Tubuhnya seketika lemas tiada berdaya. Namun sebelum tubuh itu terkapar di lantai ruangan, sepasang tangan besar menangkap Selvi, membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Mama sudah tiada." Ziyad berulang kali membisikkan kata-kata itu ke telinga Selvi, meskipun matanya memanas menahan tangisnya. Bagaimanapun ibunya adalah surganya. Ziyad menggendong Selvi keluar dari ruangan itu. Dia membiarkan jenazah ibunya langsung diurus oleh para petugas di rumah sakit. Di ibukota ini ia tidak memiliki siapapun, kecuali bude Darsinah. Fokusnya sekarang adalah menenangkan Selvi yang mengalami shock berat. Saudara ibunya itu datang ke rumah sakit ini bersama keluarganya satu jam kemudian, saat jenazah ibunya sudah siap untuk di shalatkan. Mereka memutuskan untuk menyalatkan jenazah Widya di mushala de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status