Share

Bab 47. Panik

Penulis: Roro Halus
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-04 13:00:55

Zen berlari setelah mendengar teriakan Mia dan benar saja, Ridwan sudah tergeletak di lantai.

Zen kemudian menggendong Bosnya di punggungnya.

"Mia, ambilkan ponselku, Cepat!" teriak Zen.

Zen berusaha menggendong Ridwan yang besar.

Mia berlari tergopoh-gopoh mengikuti Zen yang berjalan cepat.

Hingga sampai mobil, Zen bergegas tancap gas.

Sedangkan Mia kembali menghandle beberapa pekerjaan Zen yang belum selesai.

Mobil itu melaju kencang sambil menghubungi dokter langganan di rumah sakit pusat milik Kahraman corp.

Setelah lima menit, mobil itu sampai.

Perjalanan yang biasa ditempuh 15 menit, kini Zen hanya menempuh lima menit perjalanan.

Dokter sudah menunggu di sana dan langsung membawa Ridwan untuk mendapatkan penanganan.

Sedang Zen duduk diluar sambil menetralkan nafasnya sebelum menghubungi nyonya besar.

"Hallo Zen, ada apa?" tanya Ameer sesaat setelah menerima pan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 48. pill malapetaka

    Terdengar seperti suara ramai-ramai, bercampur isak tangis Mama Sofiya dan bunyi panjang monitor. Zahra mulai limbung dan terduduk di kursi ruang tamu sederhananya. "Mah ...!" suara Zahra tertahan hingga akhirnya panggilan itu berakhir. Zahra semakin lemas dan panik hingga Zahra kembali menelpon nomor Mamahnya. Namun sepertinya ponsel Mama Sofiya sudah Nonaktif. Zahra sangat kalut, kemudian terdengar suara Adzan magrib. Perbedaan waktu Yaman lebih lambat empat jam dari Indonesia. Sehingga di Yaman baru saja memasuki waktu magrib, dan di Indonesia sudah jam 10 malam. Zahra segera mengambil air wudhunya dan bergegas melakukan sholat magrib seorang diri di kamarnya. Memohonkan doa untuk kesembuhan sang suami. Suara riuh disertai isak tangis mama Sofiya sebelum panggilan mati terngiang dikepalanya. Hingga Zahra tanpa sadar meneteskan air mata. Zahra melanjutkan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 49. Penantian

    Dan siang itu panggilan video antara Ridwan dan Zahra berakhir. Menyisakan hati yang masih berdarah-darah. Kesalahpahaman kembali merasuki hubungan pernikahan mereka. Zahra memutuskan untuk mengikuti permintaan suaminya. Mengabaikan tidurnya dan pergi menemui Umi Awiyah untuk minta ditemani membeli pil penunda kehamilan. "Umi, Apa menikah itu berat?" tanya Zahra saat mobil itu mulai melaju keluar dari pondok. Umi tersenyum dan mengusap lengan Zahra, "Apa yang kamu takutkan, Nak?" "Tidak ada, Umi. Zahra hanya bertanya?" jawab Zahra. Umi Awiyah tau saat ini Zahra di penuhi banyak kekhawatiran. Entah apa yang dipikirkan putri angkatnya itu, yang jelas dia sedang beradaptasi dengan pernikahan. Pernikahan yang bukan normalnya pernikahan pada umumnya. Tentu Zahra akan diliputi rasa cemas. "Tergantung dimana tujuanmu, Ra. Tergantung di pelabuhan cinta mana kapal kalian ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 50. Memupuk kesalahpahaman

    Zahra mundur beberapa langkah mendengar ucapan Ridwan Sejujurnya Zahra belum siap melakukan itu lagi, karena ulah Ridwan dua minggu lalu. Ridwan yang melihat Zahra mundur, akhirnya tertawa terbahak-bahak. Ekspresi ketakutan Zahra sangat lucu dimata Ridwan. Ditambah tubuh Zahra yang mungil, Ridwan seperti seorang Om-Om yang akan memperkosa anak dibawah umur. Melihat Ridwan tertawa membuat Zahra mencebikkan bibirnya. "Aku bercanda, Ra!" kata Ridwan menarik Zahra mendekat.Zahra diam tanpa ekspresi apapun, "Tapi aku tidak bercanda!"Ridwan kemudian menarik Zahra menuju pelukannya, mengusap lembut rambut panjang Zahra. "Aku mengaku kalah. Aku memang sangat merindukan istri sexyku!" kata Ridwan. Zahra mendengus, "Usss!" Ridwan selalu berbunga-bunga saat bersama dengan Zahra. Setiap tingkah Zahra terasa sangat membahagiakan untuk Ridwan. "Memangnya Zahra tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 51. Jangan Mati

    Tidak menyesali hanya ada dalam angan Zahra. Nyatanya Zahra menyesali penolakannya dan berada dalam penantian lagi. Sekuat apapun Zahra memalingkan dan tidak memikirkan Ridwan, nyatanya Ridwan menghantuinya. Bayangan Ridwan menukar real dalam jumlah banyak membuat Zahra sedih. Bukankah seharusnya mereka berlibur dengan real itu? Zahra harusnya berkata terus terang kegelisahannya bukannya tiba-tiba marah dengan Ridwan. Namun kini Ridwan tak kunjung kembali setelah satu minggu kembali ke Istanbul. Zahra berfikir, mereka kini suami istri dan jika ada yang kurang harus saling melengkapi. Namun disisi lain, Zahra kesal dan berharap Ridwan yang memulai lebih dulu. Bukankah Ridwan kepala keluarga dirumah ini. Karena Zahra tak mendapat kabar Ridwan satu minggu ini. Zahra memutuskan untuk mencari berita sang direktur Kahraman corp itu. Zahra mengetik, [Berita terkini Kahram

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 52. berpeluh sore hari.

    Ridwan yang melihat Zahra sudah berkaca-kaca kemudian memeluknya erat. "Mas ada di sini, Mas gak mati, Ra!" jawab Ridwan. Zahra mengangguk dalam pelukan Ridwan, "Aku takut,"Ridwan kemudian mengusap lembut kepala Zahra. "Aku tidak bangun selama depalan hari, dokter meminta Mas benar-benar bedrest agar tidak terkena yang ke empat!" lanjut Ridwan. Zahra kemudian melonggarkan pelukan dan menatap Ridwan dengan intens. "Jangan merasa bersalah, Jangan menyembunyikan sendiri, Jangan serangan jantung lagi, Mas!" kata Zahra. Ridwan mengangguk sambil tersenyum, "Iya, Sayangku!" "Maafkan aku ya, Mas! Aku marah-marah tanpa bertanya terlebih dahulu!" kata Zahra pelan karena merasa bersalah. Ridwan kemudian mengecup bibir Zahra singkat, "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas yang salah, Sayang!".Mendengar jawaban Ridwan Zahra menjadi lega, entah dorongan dari mana Zahra mendekatkan wajahnya pada Ridwa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 53. Makhluk ghoib.

    Ridwan meledakkan tawanya saat Zahra memberi ancaman padanya. Hati Ridwan tiba-tiba menghangat dengan omelan Zahra. Cklek! "Waalaikumsalam, Sabar Nak!" jawab Ridwan sambil membuka pintu. Fatih langsung berlari menuju gendongan Ayahnya, "Fatih rindu sekali, Yah!" Ridwan memeluk Fatih dalam gendongannya, menutup pintu dan berjalan masuk menuju kamar. "Ayah jauh lebih rindu dengan Fatih!" jawab Ridwan menciumi wajah putranya. "Fatih tidak percaya!" kata Fatih melipat tangannya di depan sambil menatap tajam Ayahnya. Ridwan tersenyum dan menoel pipi Fatih yang duduk di pangkuannya, "Kenapa begitu?" Fatih menghindar, "Ayah minggu lalu hanya menemui Ibu dan Nenek Kakek, Ayah tidak menemui Fatih. Ayah tidak rindu dengan Fatih!" Fatih memang sangat kesal dengan Ridwan selama seminggu ini karena Ayahnya datang dan pergi tanpa bertemu dengannya. Ridwan gemas sekali pada Fatih.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 54. Muhammad Al-Fatih

    Zahra memilih menghiraukan suara bisikan di sebelahnya dan melanjutkan ceritanya. "Ibu melihat pahatan indah itu, dan bayangan ibu jatuh pada seorang tentara Allah, Muhammad Al-Fatih!" lanjut Zahra. Zahra mengusap wajah putranya dan mencium keningnya. "Dengan gagah berani membawa bendera tauhid, meringsek gerbang Konstantinopel dengan berseru, [NABI KAMI TIDAK PERNAH BOHONG]!" kata Zahra dengan ekspresi bangga. "Konon, ketika Nabi membelah batu dan muncul percikan, Nabi bersabda jika suatu saat nanti romawi akan kalah, Dan saat itu Rasulullah sedang di kepung oleh bani Qurais dalam perang khardaq!" lanjut Zahra. Ridwan dan Fatih menata Zahra dengan pandangan penuh cinta. Terbawa oleh cinta yang Zahra punya untuk Rasul dan pada tentaranya. "Kemudian setelah itu dari jaman Khulafaur Rasyidin, para penerus Nabi berambisi menakutkan Romawi," ucap Zahra seperti tengah masuk dalam ceritanya. "Membangun pasukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 55. Istanbul

    Ridwan tidak menyangkan pria kecil yang dingin dan mengeluarkan aura permusuhan saat pertama bertemu itu berusaha mencarinya. Ada sesak tersendiri saat anak laki-lakinya yang masih kecil punya pemikiran seperti itu.Dada Ridwan berdebar. Ridwan kemudian memeluk Fatih dan Zahra lebih erat. Meluapkan rasa bersalah pada dua orang di depannya itu. "Maafkan, Ayah. Mari kita ke Turki dan berkeliling di sana!" jawab Ridwan.Sore ini hati Ridwan membuncah dan anak istrinya hanya mengangguk dalam Pelukannya. Malam itu pun mereka bertiga tidur bersama di ranjang sempit dan keras milik Zahra. Menikmati saat bersama dan getaran hati masing-masing. Memeluk orang-orang terkasih adalah kebahagiaan yang tak bisa digambarkan. Zahra, Ridwan, dan Fatih sama-sama sedang dilanda kebahagiaan. Hingga pagi datang begitu cepat. Selesai sholat dan sarapan, Zahra menuju rumah Umi Awiyah untuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07

Bab terbaru

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Extra Part [BONUS BUAT ZEYENG-ZEYENG]

    Tega atau tidak tega, mau atau tidak mau, Papa Ameer tetap membawa jenazah Zahra menuju rumah duka. Ridwan yang masih sangat terpukul dengan kenyataan mendadak ini hanya bisa diam. Kaca mata hitam bertengger di hidungnya untuk menutupi mata bengkak Ridwan. Kabar meninggalnya istri dari CEO ternama itu menjadi perbincangan dunia maya. Hingga banyak Paparazi yang mencuri lihat keadaan rumah duka. Ridwan laki-laki perkasa yang gagah itu, nyatanya tak mampu mengangkat jenasah orang terkasihnya dengan kedua tangannya. Walau begitu, Ridwan dengan sisa tenaganya ikut masuk ke liang lahat mengantarkan sang istri ke peristirahatan terakhirnya. Dibuka sedikit kain kafan yang membungkus jenazah sang istri.Diciumnya kening pucat itu, "Beristirahatlah dengan tenang istriku, kau istri sholehah, aku ridho dengan semua yang engkau lakukan baik yang aku ketahui maupun tidak! Tunggu aku, Sayang!" lirihnya.Kata-k

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 147. Allah menguji dengan apa yang dicintai

    Ridwan langsung menarik Delena menjauhi Zahra. "Auuu, S—sakit!" rintih Zahra memegangi perutnya. Ridwan tanpa ampun mendorong Delena dengan penuh emosi hingga terjatuh dengan keras. Bruk! "Arkhh!" pekik Delena. Ridwan berbalik dan langsung menggendong istrinya berlari kembali menuju ruangan dokter Aruni. "S—sakit, Mas! Aaaaaaa," rintih Zahra sambil menangis karena sakit yang teramat pada perutnya. "Sabar, Sayang! Kamu wanita hebat! Bertahanlah!" jawab Ridwan tersengal. Darah mulai turun seiring dengan lari Ridwan.Mama Sofiya dan Umi Aisyah berlari mengejar Ridwan dengan penuh kepanikan melihat Zahra dan darah yang terus menetes. Teriakan Zahra masih memenuhi telinga mereka dan air mata tak bisa lagi dua ibu itu bendung. Kekhawatiran memenuhi diri mereka. Ridwan kemudian meletakkan di ranjang dokter Aruni yang kebetulan di lantai dasar. "Dokter!" teriak Ri

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 146. Tragedi berdarah

    "Ha? Mau ini? Mau diapakan? Digoreng? Ya, jangan dong sayang!" canda Ridwan. "Iihhh, Mas!" jawab Zahra cemberut. Entah kenapa Zahra sangat merindukan kehangat suaminya. Dan Ridwan yang tidak ingin mengecewakan istrinya itu menuntun sang istri menuju walk in closed. Karena di ranjang ada Fatih dan sofa sangat tidak memungkinkan.Apalagi kamar mandi, mengingat perut Zahra yang sangat besar. Ridwan mengambil kasur busa kecil dan diletakkan di meja kaca tengah ruangan yang berisi printilan penunjang penampilan, seperti jam tangan, berlian Zahra, belt dan masih banyak lagi. Ridwan mengunci walk in closed itu takut jika Fatih terbangun dan mencari. Ridwan menggendong sang istri dan dia dudukan di meja itu. Kemudian Ridwan mulai mencumbu bibir Zahra sambil tangannya berkelana membuka penutup tubuh Zahra. Dan mencari benda kenyal kesukaannya. "Ahhh, Mas!" desah Zahra. Zahra

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 145. Kembali ke Turki

    Trauma itu nyatanya bukan hanya dimiliki oleh Zahra. Fatih kecil itu juga mengalami trauma karena kejadian liburan kala itu. Ridwan kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Fatih dan memeluk erat putranya itu. "Ayah hanyut bukan karena kamu, Sayang. Itu semua takdir, Ayah menyelamatkan kamu karena kamu harta yang sangat berharga!" kata Ridwan. Fatih masih diam seribu bahasa. "Fatih tidak boleh menyalahkan diri Fatih, bukankah daun yang jatuh saja atas izin Allah?" tanya Ridwan. Fatih mengangguk menjawab pertanyaan Ayahnya. "Bukankah berarti Ayah hanyut atas izin Allah?" tanya Ridwan lagi. Dan kembali Fatih mengangguk, "Maaf, Ayah!" jawabnya. Ridwan mengangguk dan menggandeng tangan putranya, "Ayo berangkat!" pekik Ridwan. Dan mereka duduk di kursi mereka untuk take of dan mengudara menuju Indonesia. 13 jam mengudara dengan sekali transit tidak membuat mereka bertiga kehilangan

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 144. Ke Indonesia

    Suara kelegaan dengan riang itu nyatanya tetap membawa kesan tersendiri untuk Zahra. Zahra menangkap ada gurat kesedihan dibalik ucapan Fatih.Jantung Zahra terasa nyeri dan tidak karuan menatap putranya."Maafkan Ibu ya, Nak!" lirih Zahra.Fatih menggeleng, "Tidak Bu, bukan salah Ibu. Ayo kita pulang ke rumah, sudah sore!" ajak Fatih. Zahra mengangguk dan pamit pada Umi Awiyah untuk kembali ke rumahnya. Kemudian Zahra dan Fatih berjalan keluar dari rumah Umi Awiyah dan menuju ke rumahnya yang bersebelahan dengan Umi Awiyah. Ridwan menyusul setelah Fatih sempat mengabarkan jika mereka akan kembali ke rumah. "Maafkan Ibu ya, Nak!" lirih Zahra lagi sambil menggandeng Fatih. Fatih hanya diam tanpa kata sampai memasuki rumah dan Fatih membawa Ibunya untuk duduk di atas ranjangnya. "Bu, Fatih tidak bersedih dan bukan salah Ibu, Ini semua takdir yang sudah Allah gariskan untuk Fatih!" kata Fat

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 143. Tarim

    Ridwan kemudian memeluk Zahra sambil tertawa ringan, begitu juga dengan Zahra. Ridwan menciumi Zahra dengan gemas mengingat tingkah sang istri. "Terima kasih sudah hadir di hidup Mas, Ra!" gumam Ridwan. Zahra tersenyum, "Terima kasih juga, Mas sudah hadir di hidup Zahra, memberi warna baru dalam perjalanan hidup Zahra!" Ridwan mengangguk, "Mari terus bergandengan tangan sampai kita tua, Sayang!" ajaknya. "Sampai maut memisahkan kita, Mas!" jawab Zahra membenahi kata Ridwan. "Iya, tapi Mas maunya berdoa sampai mau memisahkan kita waktu tua nanti, Sayang!" kata Ridwan. "Aamiin," jawab Zahra. Ridwan kembali memeluk istrinya dengan erat seolah sangat takut kehilangan. "Ra, Selama menikah denganmu, Mas tidak pernah merasakan perasaan yang naik turun!" kata Ridwan. Zahra kemudian menatap suaminya intens, "Benarkah, Mas?"Ridwan mengangguk, "Rasa cinta ini terus bertambah dan bertam

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 142. Perjalanan.

    Tamparan panas itu mendarat sepenuhnya di pipi putih dan mulus Delena. Hingga Delena terdorong karena kuatnya tamparan sang Papa, kemudian dipegangnya pipinya yang panas itu.Delena tak bisa menyembunyikan sakit hatinya karena perlakuan yang dia terima dari Papa dan Mamanya. "Pah, Delena tidak pernah menyangka Papa akan memihak wanita itu! Aku anakmu, Pah!" teriak Delena tak terima. "Papa tidak memihak Zahra, tapi tidak mendukungmu, Delena! Beraninya kamu melemparkan tubuhmu seperti jalang pada sahabat Papa!" pekik Papa Edar. Papa Edar terlihat memerah dengan mata tajam penuh aura mencekam membuat Delena tak berani lagi membantah."Jawab, Del! Kenapa?" teriak Papa Edar.Delena menatap Papanya tak kalah tajam, "Karena hanya Paman Emir yang bisa membantu melancarkan rencanaku!" jawabnya pelan. Papa Edar dan Mama Yila sampai menggelengkan kepala mendengar jawaban putri mereka. "Dan apa kau berhasil?"

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 141. Tamparan Papa Edar

    Setelah selesai memasukkan ke dalam oven, Zahra menuju ke kamar untuk melakukan kewajiban subuhnya. Karena adzan sudah berkumandang. Zahra masuk dan melihat Ridwan sudah duduk di atas sajadahnya. Tanpa banyak kata Zahra membersihkan diri dari najis dan berwudhu, kemudian duduk di sajadah belakang suaminya yang sudah disiapkan. Ridwan kemudian berdiri dan mulai sholat subuh berjamaahnya. Selepas sholat, Zahra mencium tangan suaminya dengan takdzim. "Terima kasih sudah menyiapkan sajadahku, Mas!" kata Zahra. Ridwan mengangguk, "Iya, Sayang! Terima kasih juga tetap kembali sholat walau Mas tau Zahra kesal!" Zahra mengangguk kemudian berdiri dan melepas mukenanya. Ovennya sudah dia atur selama 45 menit, jadi Zahra harus turun. "Kenapa cepat-cepat, Sayang?" tanya Ridwan.Ridwan merasa Zahra menghindarinya. "Iya Mas, oven tadi aku atur di 45 menit!" jawab Zahra jujur.

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 140. Ijin ke Tarim dan Indonesia.

    Zahra terkejut dengan serangan Ridwan yang mendadak pada pabrik Asi kembar.Dan Ridwan semakin melanjutkan aksinya untuk memberikan nafkah batin pada sang istri. Dia juga sangat rindu pada Zahra. Rindu aktifitas mereka yang telah lama vakum. Ridwan menikmati setiap apa yang dia lakukan pada Zahra. Dan setiap suara yang Zahra keluarkan, semua direkam oleh otak dan hati Ridwan. Ridwan melakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang pada sang istri. "Arghhh!" hingga Ridwan mencabut pusakanya dan mendapat pelepasannya. Menimbang usia kandungan Zahra yang sudah delapam bulan memang dianjurkan untuk sering melakukan hubungan badan. Namun memang dilarang di keluarkan di dalam karena dapat memicu kontraksi palsu. Ridwan kemudian memeluk Zahra dan menarik selimutnya. Meresapi rasa yang masih bisa dirasakan dengan senyum tersungging di bibir mereka. "Terima kasih, Ra! Ini s

DMCA.com Protection Status