Beranda / Rumah Tangga / Nikahi Aku atau Aku Mati / Ada Apa Dengan Sahabatku?

Share

Ada Apa Dengan Sahabatku?

Penulis: Gra_Violla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-07 18:53:01

Ketika sampai di rumah, Fitonia mendapati Nirmala sudah tertidur pulas di lantai bawah jendela, tanpa alas. Di sekeliling wanita yang tampak kelelahan itu begitu berantakan. Beberapa throw pillows yang awalnya tertata rapi di sofa bed, kini berserakan di lantai. Pun dengan throw blanket sudah berada di salah satu stool dengan kondisi sangat kusut.

Fitonia hafal betul tabiat sahabatnya itu. Jika sedang marah atau depresi, tidak hanya gampang menangis, tangisannya pun bisa berjam-berjam. Ia juga termasuk orang yang baperan dan sangat menghayati hidup, baik bahagia atau pun sedih. Yang paling membuatnya sering jantungan adalah tindakan sang sahabat yang ekstrem.

Nirmala tidak segan untuk melompat setinggi mungkin untuk mengekspresikan kesedihan, membenturkan benda ke lantai atau tembok, bahkan melukai anggota tubuh. Dirinya ingat betul bahwa terhitung sudah dua kali pergelangan tangan sahabatnya itu tergores karena drama keluarga.

Sebenarnya, Fitonia ingin langsung beranjak istirahat ke kamar, tapi ada sesuatu yang menariknya untuk duduk tak jauh dari tempat sang sahabat tertidur. Ia pandangi sahabatnya itu dengan kepala penuh kata-kata. Tak terasa, air mata menetes perlahan di pipi.

“Apa aku ini sahabat yang buruk, Mala? Egois dan tak tau diri?” Fitonia berusaha menahan isakan, karena takut sang sahabat terbangun.

Wanita penyuka warna monochrome itu begitu prihatin melihat kondisi teman terdekatnya yang semakin lama semakin terlihat menderita. Dulu, saat masih di bangku SMA, penderitaannya sebatas hubungan toxic keluarga. Namun, semakin ke sini, masalah hidupnya bertambah dengan asmara dan masa depan.

“Pantaskah kita masih bersahabat, Mala?” Fitonia bertanya sembari mengalihkan pandangan. Karena tidak kuasa lebih lama melihat sahabatnya, ia pun bangkit.

Sebelum benar-benar pergi, Fitonia mengambil selimut dan digunakannya untuk menutupi badan mungil wanita yang sudah terlelap dalam dengkuran. Ini bukan kali pertama, bahkan terlewat sering, teman yang dikenal sejak di bangku SMA itu berada di rumah ini hingga menginap berhari-hari. Apalagi, jika Nirmala sedang ada masalah dengan keluarga atau Anggara, rumah peninggalan buyutnya ini menjadi semacam tempat pelarian untuk mencari ketenangan dan solusi.

Tidak masalah bagi dirinya, karena ia tinggal seorang diri. Sementara orang tua dan saudara berada di Metropolitan. Mungkin itu salah satu alasan mengapa wanita unik itu betah sekali di sini, karena bebas dan sepi.

Malam telah begitu larut. Jam di dinding kamar menunjukkan pukul dua lebih tujuh belas menit. Namun, sekuat bagaimana pun Fitonia berusaha menutup mata, ia tidak bisa benar-benar tidur. Bayangan demi bayangan seperti terpampang nyata di hadapan.

Wanita berpiyama motif houndstooth itu masih ingat dengan jelas bagaimana roman malu-malu Nirmala saat curhat bahwa cowok yang ia taksir adalah sahabatnya sendiri, yaitu Anggara. Bahkan, saking hebat rasa persahabatan yang dimiliki, dirinya sampai tergugah untuk menjadi perantara bagi keduanya. Namun sayang, setelah mereka bersatu, tak pernah terbayang jika itu adalah awal dari bencana yang sampai detik ini masih menghantui.

Perih di hati tiba-tiba terasa menjalar hingga lambung, tepatnya perut bagian atas atau ulu hati. Rasa nyeri, panas dan perih itu semakin lama semakin menyiksa. Bahkan, untuk bangkit dari ranjang pun hampir kesulitan. Sekuat tenaga, akhirnya wanita itu bisa meraih kotak obat yang letaknya tidak jauh dari ranjang. Sebelum memasukkan salah satu obat ke saluran pencernaan, ia masih kuat untuk menahan sakit demi meratapi nasibnya.

“Kamu tidak tahu ‘kan, kalau sejak keputusan konyolku itu, aku jadi pesakitan? Parahnya lagi, aku tidak bisa jauh dari obat!”

Tiba-tiba Fitonia menertawakan diri.

"Banyak hal yang tidak bisa aku lakukan, hanya demi ingin terlihat baik-baik saja. Kamu tidak tau dan tidak perlu tau. Atau pura-pura tidak mau tau? Ya. Hidupmu, hidup kalian harus selalu bahagia. Impian sampai di pelamina harus terlaksana.”

Beberapa butir obat pereda rasa nyeri lambung, antibiotik dan antasida langsung ditelannya dalam satu waktu. Saking seringnya harus mengkonsumsi obat-obatan itu, air putih ataupun makanan pelarut lain tak diperlukan lagi.

Fitonia berdiam sejenak, menatap ke arah kaca penutup wall-mounted medicine cabinet. Wanita berwajah lonjong dengan hidung bangir dan alis hitam asli itu menatap bayangan diri sendiri. Ia sadar bahwa dirinya cantik dan menarik. Soal prestasi juga tidak bisa diragukan lagi. Karena keenceran otaknya pula, setamat SMA, langsung diterima di salah satu universitas terbaik di negeri ini.

Demi mengingat sesuatu, perlahan Fitonia menuju ke gudang di ruang belakang. Tempat itu lebih mirip kandang, sebenarnya. Lebih tepatnya, kandang yang dikelilingi anyaman bambu yang warna labur putihnya telah memudar dan gentengnya sudah rapuh. Pernah ia protes pada kakeknya--sewaktu masih hidup dulu--untuk merobohkannya saja, tapi ditolak.

Gudang itu dulunya adalah ruang kerja sang kakek sewaktu menjadi seorang mantri, sehingga penuh dengan kenangan. Di ruangan yang luasnya tidak lebih dari dua meter itu dulunya penuh dengan buku. Setelah sang empu wafat, Fitonia memasukkan buku dan barang-barang koleksi sang kakek ke kardus hingga menumpuk.

Tidak ada yang pernah datang ke ruangan itu kecuali dirinya. Hal itu beralasan, karena meskipun nenek dan kakeknya memiliki cukup banyak anak dan cucu, hanya dia seorang yang menemani dari sekolah dasar hingga lulus SMA.

Ini adalah kali pertama ia memasuki ruangan tersebut setelah balik kampung beberapa tahun yang lalu. Sudah pasti tempatnya terlihat tak terawat, berdebu dan sawang ada di mana-mana.

Di sana, Fitonia mulai mencari-cari sesuatu di tumpukan kardus. Setelah gagal beberapa kali, akhirnya setengah jam kemudian ia menemukan benda yang dicari. Dengan penuh dramatis, wanita berkaca mata itu membuka binder bersampul karakter ‘Tersayang’, lalu menarik sebuah potret segerombolan anak sekolah berseragam putih biru yang tersimpan di dalam.

Sepasang matanya yang dinaungi bulu mata hitam lentik itu sangat antusias menatap salah satu potret siswa yang tengah tersenyum begitu manis—senyum yang memaksanya untuk jatuh hati di kemudian hari.

“Kamu sangat cantik. Hati kamu juga baik. Pintar sudah pasti, karena kamu selalu juara kompetensi. Tapi, apa patut kamu aku sukai?”

Fitonia senyam-senyum membaca surat cinta dari salah satu siswa di potret yang ia dekap. Bagi dirinya yang pada waktu itu adalah sang primadona, mendapat surat cinta bukanlah hal yang luar biasa. Saking kelewat sering, ia sampai lupa siapa saja yang pernah mengutarakan rasa kagum dan mengajaknya pacaran.

Entah karena takdir atau apa, surat yang ada di tangan sekarang adalah surat satu-satunya yang masih dipunya dalam kondisi yang bagus, sementara lainnya sudah lama menjadi abu atau berakhir di tong sampah.

Rasanya ia ingin terus di tempat itu sembari bernostalgia. Tak henti-henti wanita ber-IQ 120 itu mengucapkan kata “andai saja” sambil hanyut dalam lamunan. Namun, tak lama kemudian, ia segera menutup buku tersebut, mengembalikan ke tumpukan buku paling bawah, lalu beranjak ke luar.

Suara gaduh di kamar tempat Nirmala tidur memaksa untuk segera berlari. Betapa terkejutnya wanita lemah lembut itu melihat keadaaan sang sahabat yang tadi ia tinggalkan sedang tertidur pulas, kini telah bangun dalam keadaan di luar nalar.

“Astaghfirullah, Mala!!!” Fitonia menjerit sekeras-kerasnya melihat apa yang terjadi dengan Nirmala di depan mata.

Bab terkait

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   SPEECHLESS

    “Astaghfirullah, Mala! Apa yang kamu lakukan?” Fitonina langsung menarik tubuh Nirmala yang tengah beradu dengan tembok. Keningnya tampak sudah ada bagian yang menonjol dan berwarna biru lebam. “Lepaskan aku, Nia! Aku lebih baik mati jika tidak menikah sekarang dengan Anggara!” Masih dengan tenaga yang tersisa, Nirmala berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan sahabatnya. Seperti kerasukan setan, wanita mungil itu mengambil pisau ke dapur dan hendak mengiris salah satu pergelangan tangan. Fitonia yang kelelahan dan mengantuk harus berjuang mati-matian melawan hawa amarah sang sahabat. Untung saja badannya lebih besar sehingga mampu menguasai badan si lawan yang lebih ramping. “Sssttt! Sssttt! Tenang, Sayang. Tenang!” Seperti seorang Ibu yang baik, Fitonina mengusap-usap kepala Nirmala. Awalnya, wanita yang tampak putus asa itu masih ingin berontak dengan mengibas-ibaskan badan ke segala arah, tapi akhirnya gadis mungil itu tak berdaya kehabisan tenaga. Raungan suara yang t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   RESPON DI LUAR NALAR

    “Itu pacar kamu kenapa ke sini, sih, Ga?” tanya Bu Diana pada putranya dengan suara setengah berbisik. Setelah berjabat tangan dan mempersilahkan tamunya duduk di ruang tamu, wanita berkaca mata itu langsung masuk ke ruang belakang. Tangannya menarik lengan sang putra—yang awalnya hendak menemani sang pacar di ruang tamu. “Ya memang, kenapa, Bu? Ya, silaturohmi, mungkin.” Dengan dipenuhi rasa takut dan was-was, Anggara menjawab. Beberapa detik melihat roman wajah sang ibu yang tampak kurang senang, ia pun melanjutkan perkataannya.”Atau mungkin ada yang ingin dia sampaikan, Bu. Penting. Hehehe.” Anggara nyengir. Padahal dalam hati, pria berkumis tipis itu tidak bisa mengontrol rasa dag-dig-dug yang menjajah jiwanya. “Penting apa, sih? Alasan! Mau ketemu kamu aja kali. Cewek kok, main ke tempat cowok begini. Tandanya cewek genit,” ucap Bu Diana sembari berjalan ke arah ruang tamu. Di sana sudah ada Nirmala yang deg-degan menunggu moment dirinya memberanikan diri meminta restu pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   KEPULANGAN

    “Aku sungguh kecewa sama kamu, Gara! Pokoknya, pilih aku atau ibumu. Titik!”Dalam perjalanan pulang dari rumah Bu Diana, Nirmala masih kuasa untuk menuliskan kalimat putus asanya di layar ponsel dan mengirimnya pada sang kekasih. Tangisnya yang tadi sempat berhenti, mendadak berderai kembali. Sapaan nama sayang ‘Bee’ kini tidak lagi digunakan, diganti dengan nama panggilan biasa karena saking kecewanya.Nirmala sungguh tidak mempedulikan banyak pasang mata yang menatap penuh pertanyaan dan nyinyiran. Fokus dan harapannya hanya satu, yaitu segera tiba di rumah Fitonia. Ia perlu untuk curhat dan meluapkan segala rasa kecewa hari ini. Jika tidak, jiwanya yang hancur berkeping-keping meminta tumbal mahal, sebagaimana dulu pernah ia lakukan—melukai diri sendiri.###Anggara masih terpaku menatap layar ponsel. Sebuah pesan dari kekasih membuat dirinya sangat terbebani. Tiba-tiba saja lamunannya buyar oleh tepukan tangan di punggung kanan.“Heh, malah nglamun. Itu ibumu perlu dirujuk ke ruma

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Di Ujung Tanduk

    Nirmala tertunduk lesu di pojok kamar. Beberapa jam setelah dirinya dikunci sang bapak, wanita yang berada dalam fase dewasa awal itu seperti orang linglung dan putus asa. Digenggamnya ponsel erat-erat sepanjang waktu. Tatapannya kosong. Sesekali dipandanginya benda di tangannya itu penuh harapan, lalu beralih ke arah jendela kamar yang berada di atasnya. Hidupnya benar-benar layaknya telah berada dalam tahanan. Dirinya tidak menyangka jika di tahun 2015 ini masih ada orang yang memenjarakan anaknya sendiri demi sebuah perjodohan. “Kukira Siti Nurbaya itu cuma ada di dongeng aja.” Kalimat yang terdiri dari delapan kata itu meluncur ringan dari hati terdalam. Bibirnya tersenyum getir. “Arghh!!!” Nirmala mengerang putus asa. Jikalau tidak ingat Blackberry yang ia genggam itu adalah hasil jerih payah kekasihnya, tentu sudah dibanting berkali-kali. “Kamu benar-benar membuatku gila, Gara!!! Bahkan, setelah kukirimi pesan itu pun, kamu tidak segera menghubungiku. Oh, kamu malah meno

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Fakta Mengejutkan

    “Apa?” pekik Nirmala setelah mendengar cerita dari seseorang di saluran telepon.Karena saking kagetnya, lengkingan suara Nirmala hampir saja terdengar hingga ruang tamu. Namun, saat itu suara ramah tamah antara keluarga Pak Harsono dan sang tamu yang begitu riuh, berhasil mengaburkan suara yang berasal dari kamar si gadis.“Ya, kamu tidak salah dengar. Bapak berhutang banyak pada keluarga Pak Jaksa. Rasanya tidak mungkin kita bisa menebusnya. Paling tidak dalam waktu dekat ini. Itulah mengapa, suka atau tidak, mau atau tidak, kamu jadi tumbalnya.”Suara di seberang telepon sana benar-benar sempurna membuat drama kehidupan Nirmala sangat mengenaskan. Seseorang yang seharusnya bisa menyelamatkan hidupnya, justru menghilang beberapa tahun lalu dan tiba-tiba datang membawa berita sangat buruk yang sangat mencengangkan.Butuh waktu beberapa detik untuk dirinya bisa berfikir dan menerima kabar mengagetkan tersebut. Air mata tidak lagi bisa keluar, padahal batinnya terus saja menjerit kesaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Kebimbangan

    Pertemuan itu sangat meriah, tapi tidak dengan suasana hati Nirmala yang sepi dan kacau. Pikiran tentang kekasihnya masih memenuhi otak. Sampai detik dirinya menyerah dan keluar kamar untuk berpartisipasi ke acara ramah tamah itu, Anggara sama sekali belum menghubungi. Hingga, keputusasaan dan kesedihan terpancar jelas di raut wajahnya yang manis.Tidak ingin tamu kehormatannya menaruh curiga dan kecewa, berulang kali Pak Harsono memberi sinyal pada sang istri untuk menyadarkan anak gadis untuk tersenyum ramah.“Tersenyumlah, Nak. Demi keluarga kita,” ucap Bu Harsono berbisik di telinga sang putri dengan lembut.Nirmala yang pikirannya sedang tidak di tempat segera tersadar oleh bisikan ibunya tersebut. Jika saja ia tidak ingat akan kata-kata dan pesan kakak laki-laki satu-satunya tentang masa depan sang ibu dan dirinya, tentu mengunci rapat-rapat bibir pasti akan dilakukan. Namun, dia tidak kuasa menerima kenyataan jika acara ini berakhir buruk, maka Bapak akan terimbas secara ekonomi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surprise di Kencan Perdana

    “Mister Dana!” Nirmala cemberut mengetahui kancing terakhir yang dipegang adalah urutan nama orang asing yang beberapa jam ini diketahuinya. Padahal dalam hati, ia berharap nama Anggara-lah yang akan menjadi urutan terakhir. Namun, tetap saja, keduanya sebenarnya bukan pilihan yang diharapkan, karena sama-sama akan sangat memalukan.“Ah, persetan dengan rasa malu. Urusan masa depan nomor satu. Toh, cuma makan malam. Aku juga yakin bisa melunasinya segera. Setelah ini harus cari part time job yang bergaji tinggi. Ya, harus!” lirih Nirmala.Gadis berhidung mungil itu menguatkan diri, tangan kanannya mengepal penuh semangat, pun dengan kepalanya manggut-manggut merasa yakin pilihannya pasti terbaik. Maka, tanpa menunggu lagi, ia memencet kedua belas nomor yang diberikan Siska tadi siang.“Halo?” Panggilan teleponnya langsung direspon begitu cepat, hingga Nirmala yang belum menyiapkan kata-kata pun kaget.” Halo. Dengan siapa ini?” suara berat khas cowok di seberang telepon kembali terdeng

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Dinner Dengan Orang Asing

    Setelah keluar dari parkiran radio, pemuda yang melapisi kemeja kotak-kotak monochrome dengan jaket berbahan levis tebal itu melajukan motor tak tentu arah. Mencari Mister Dana adalah tujuan utamanya saat ini, bukan lagi memberi surprise malam mingguan seperti pada awal dirinya ke luar rumah. Tapi di mana? Ia tidak kenal secara personal dengan sosok yang terkenal gila duit, gila wanita dan gila party itu. Hanya beberapa kali mendengar teman-temannya menyebut nama tersebut di kampus.Pikirannya kacau. Ia memang belum sebulan mengenal sosok bernama Nirmala, yang beberapa minggu ini menjadi pacarnya. Namun, entah kenapa, begitu mendengar nama gadis yang setiap bercerita adalah tentang keluarga berantakan dan mimpi-mimpi indah masa depan, hatinya begitu tergugah untuk menolong. Kali ini dirinya pun heran, mengapa tidak cerita tentang kesulitan ekonomi kepadanya? Padahal, kalau bercerita, pastilah akan ia bantu bagaimana pun caranya.Tiba-tiba suara klakson mobil mengagetkan, membangunkan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03

Bab terbaru

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Yang Meninggalkan dan Ditinggalkan

    “Kamu yakin, Sayang?” tanya Bu Vera pada putrinya yang beberapa langkah lagi menuju pintu mobil.Dengan mantap mantap, wanita yang masih terlihat pucat itu mengangguk seraya menjawab, “ya, Ma.”Merasa terharu, dipeluknya sang putri dengan penuh kasih.“Aku selalu mendoakan kebahagiaan kamu. Mama akan usahakan pengobatan dan terapi terbaik nanti di sana,” ucap Bu Vera tidak bisa menyembunyikan rasa haru. Wanita yang belakangan merasa begitu dekat dengan putri yang pernah ditinggalkannya itu berkali-kali mengusap usap pundak penuh kasih.Tidak hanya kedua wanita itu yang merasa berat untuk berpisah dengan kampung halaman, rumah kenangan, tapi juga Mbak Duwik. Wanita yang selama Bu Vera di sini selalu siap sedia diperintah itu ikut menangis penuh haru.Seperti mengerti perasaan wanita cekatan itu, Fitonia mendekat, memeluk dan berkata, “ terima kasih ya, Mbak Duwik, selalu ada buat kami.”Wanita yang tadinya mewek dengan suara pelan, kali ini justru sesenggukannya terdengar semakin keras

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Rembug Tua

    Nirmala, Pak Harsono, istri dan kakak perempuannya serempak saling pandang menatap dua orang lelaki yang berdiri di depan pintu rumah. Satu terlihat begitu bugar, gagah dan percaya diri, sementara satunya memancarkan sorot kesedihan mendalam, lemah dan pesimis. Beberapa kali, pria gagah menepuk-nepuk punggung pria tak berdaya di samping sambil mengangguk, seolah tengah menyalurkan kekuatan.“Assalamu’alaikum, Pak Harsono dan keluarga, bolehkah kami masuk?” Karena saking terpananya dengan apa yang dilihat, sekeluarga hanya bisa melongo dan sampai lupa mempersilahkan tamu segera masuk.“Oh, ya, Wa’alaikumsalam. Silahkan masuk,” ujar Bu Harsono seketika sadar.Istri Pak Harsono itulah yang paling awal melihat kedatangan dua pria beda usia tersebut menuju rumah, lalu lari ke kebun samping dan memberi tahukan bahwa ada tamu. Ia sangat penasaran dengan pria yang tengah menuntun calon menantu idamannya, sekaligus kaget dengan keadaan Anggara yang seperti sedang sakit.“Maaf jika kedatangan ka

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Tamu Mengejutkan

    “Benarkah itu Johan?” Bu Diana hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat. Sosok yang sebentar lagi pasti mengetuk pintu itu memang bisa dibilang jauh berbeda dengan suaminya dulu, tapi sebagai istri, ia masih tidak lupa dengan cara berjalannya yang gagah dan khas. Terlebih, saat tamu tak diundangnya mengetuk pintu tapi merasa tidak direspon dan wajahnya berusaha mengintai lewat kaca, Bu Diana kini yakin seratus persen bahwa orang tersebut adalah suami yang pernah diusirnya berkali-kali. Hal itu terlihat dari bekas luka sabetan benda tajam di wajah.“Ada apa si Johan kembali lagi ke sini? Bukankah sudah kusuruh tidak lagi menginjakkan kaki di rumah ini lagi? Berani sekali dia!” Bu Diana yang cukup pangling dengan penampilan sang tamu itu berkali-kali mengucek mata untuk memastikan.“Assalamu’alaikum...Assalamu’alaikum,” salam Pak Johan setelah ketukan pintunya yang berkali-kali tidak digubris.Nada suaranya yang kini terdengar adem dan lembut itu mengundang simpati Bu Diana. Wanita

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Peran Pak Johan

    Melihat sosok yang selama ini dirindukannya, Anggara merasa begitu lega. Kali ini, tidak lagi ada kecanggungan. Ia telah menemukan kembali kenyamanan berada di dekat seorang ayah seperti dulu waktu kecil sering bermain dan bercanda.Pak Johan langsung mempersilakan sang putra masuk ke kamar penginapan yang hanya dia sendiri di sana. Entah kebetulan atau memang sudah takdir, biasanya ia akan berada di sebelah tuannya kapan pun. Jika sedang tour kota semacam ini, kalau tidak tidur di pondok pesantren persahabatan, ya menginap di penginapan lengkap dengan tim.Namun, kali ini sungguh berbeda. Gus Hamdan, pendakwah muda yang tengah naik daun itu tengah membersamai istri tercinta pasca melahirkan di klinik dan kini telah dibawa ke rumah sakit khusus ibu dan anak demi mendapatkan fasilitas terdepan.“Bapak istirahatlah. Aku sudah pesankan kamar di penginapan dekat rumah sakit ini. Beristirahatlah setenang mungkin. Jangan pikirkan aku atau Ning. Tenang saja, ada Bik Fatimah dan beberapa sant

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Kembalinya Sang Ayah

    “Kabari Ayah kapan pun kamu mau. 082****.”Anggara memandang secarik kertas yang sepertinya ditulis dengan buru-buru itu penuh haru. Ia memang masih menyimpan kenangan indah bersama sang ayah sewaktu kecil dulu, sebelum pada akhirnya kepala rumah tangga itu diusir pemilik sah rumah itu. Dalam hati, ia memang berniat untuk kembali bertemu, bahkan ada secercah harapan untuk bisa hidup bersama lagi seperti dulu.Malam telah cukup larut. Jalanan sudah mulai sepi. Terlebih, klinik bersalin itu berada di pinggir kota. Di jam segini, mana mungkin ada kendaraan umum, kecuali ojek. Setelah berjalan dan bertanya beberapa orang, akhirnya ia menemukan tukang ojek yang langsung dimintanya untuk membawa pulang.Kali ini, ia sebisa mungkin menghentikan sementara pikiran tentang Pak Johan, Nirmala dan Fitonia. Sebagai seorang anak laki-laki satu-satunya yang dimiliki sang ibu, Anggara berpikir keras mencari kata yang hendak diucapkan saat bertemu dengan wanita single parent itu.Ia ingat betul bagaim

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Ayah dan Buah Hatinya

    “Ma, istirahatlah. Aku baik-baik saja. Hanya, aku butuh obat tidur, terlelap, lalu bangun dalam keadaan siap menghadapi takdir yang ada. Maaf, telah membuat Mama, Papa dan keluarga kecewa, malu dan sedih. Setelah ini, aku berjanji tidak akan mengulanginya,” tulis Fitonia di pesan singkat, lalu mengiriminya pada sang mama, yang langsung lemas setelah membaca.Pak Rudi yang ikut membaca karena penasaran dengan penyebab sang istri langsung menjatuhkan diri ke dadanya itu juga tidak tahan untuk tidak bersedih. Terlebih, lelaki sukses itu merasa menyesal, mengapa baru kali ini datang ke mari, kenapa tidak kemarin-kemarin saat istrinya meminta.Ia sama sekali tidak menyangka jika putri sulungnya itu justru akan bertambah parah ketika berada di sini. Dikiranya, kesehatannya membaik karena waktu hendak pulang ke kampung halaman, dia melihat harapan dari senyum semangat sang putri. Ditepuk-tepuknya pundak sang istri seraya berucap,”dia gadis cerdas, pasti bisa bangkit segera. Papa yakin itu, M

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Perenungan yang Dalam

    “Bapak...” panggil Nirmala pada lelaki brewokan di teras rumah. Beberapa bulan tidak melihat, wajah Pak Harsono yang dulu hampir selalu rapi, kini tampak tidak terurus. Rambut-rambut dibiarkan tumbuh liar di wajah menambah kesan garang.“Kalian dari mana aja jam segini baru pulang?” cecar Pak Harsono sembari menatap tajam ke arah pasangan muda mudi yang terlihat tegang itu.Anggara menatap kekasihnya seolah memberi isyarat apakah dirinya harus jujur atau tidak. Seperti mengerti makna sorotan mata itu, Nirmala menggeleng pelan.“Maaf, Pak. Tadi, abis kontrol. Antriannya panjang, jadi sampai telat pulangnya. Bapak kapan pulang?” tanya Nirmala lirih penuh kehati-hatian.Bersamaan dengan jawaban putrinya, Bu Harsono yang mendengar suara sang suami yang cukup lantang tadi segera ke luar.Ditatapnya muda-mudi itu dengan sorot kecemasan. Sebagai seorang Ibu, Bu Harsono memiliki ikatan batin kuat kepada sang putri yang dari tatapannya seperti tengah meminta bantuan.“Oh, kalian sudah pulang,

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Runyam

    “Kamu dari mana aja, Gara? Tante nyariin kamu kemana-mana, kirain ke toilet atau ke luar beli sesuatu.”Begitu sampai di depan ruangan tempat Nirmala diperiksa tadi, terlihat Tante Ayu tengah gelisah. Wanita yang tampak kelelahan dan kebingungan itu langsung lari menyusul saat melihat Anggara muncul.“Nggak dari mana-mana, Tante,” jawab Anggara singkat. Pikirannya masih tersangkut pada sosok yang baru saja ditemuinya.“Kamu lho, seperti linglung begitu. Ada apa? Oh, ya, Nirmala sudah siuman. Tadi Tante udah masuk sebentar. Ini mau jemput ommu di rumah Fitonia. Duh, suasana katanya kacau balau. Kamu di sini tunggu Nirmala, ya. Jaga kesehatan dan mental dia. Tante jemput om dulu,” pamit Tante Ayu terlihat tergesa-gesa.Anggara hanya mengangguk. Langkahnya lesu masuk ke ruangan yang sedari tadi ditunggui tantenya itu. Batinnya senang mendengar sang kekasih sudah siuman, tapi tetap saja masih terasa ada yang mengganjal.Melihat Nirmala menatapnya, ia berusaha tersenyum ceria. Diingatnya b

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Kejutan di Klinik Bersalin

    Melihat ekspresi putranya yang begitu terkejut dan panik, Bu Diana mendelik. Dicubitnya sang putra sebagai bentuk protes sekaligus permintaan untuk tetap duduk melanjutkan prosesi acara lamaran. Seperti tidak mau kehilangan kesempatan, wanita yang tidak menyangka akan ada kejadian tak terduga tersebut pun langsung meminta panitia untuk tetap melanjutkan acara.Ia mengajak calon besan untuk saling mengaitkan cincin di masing-masing calon pengantin. Namun, Anggara yang hatinya terkoyak melihat kekasih hati jatuh pingsan, tidak kuasa untuk bertahan. Ia bangkit tanpa memperdulikan pekikan dan larangan sang ibu. Dipapahnya wanita muda yang tidak sadarkan diri itu ke luar tempat acara.Tante Ayu yang menyaksikan adegan memilukan itu pun tergugah hatinya, lalu bangkit dan meminta kunci pada sang suami. Wanita yang sudah menganggap Nirmala sebagai anak sendiri itu pun menyuruh sang keponakan untuk memasukkan Nirmala ke mobilnya.“Tante yang nyupir,” ujarnya sigap membukakan pintu. Ia benar-be

DMCA.com Protection Status