Hubungan Kaivan dengan Zhafira kembali hangat, Zhafira sedang berusaha melupakan semuanya.
Walau bagaimana pun Kaivan menoreh luka cukup dalam dan ia ingin terbebas dari sakit itu.Namun, ketika Zhafira sedang berjuang untuk menyembuhkan luka—Kaivan seakan lupa—Karena tidak pernah mendapat pelajaran berarti mengingat Zhafira selalu diam dan menerima sehingga Kaivan tidak jera.Buktinya, weekend ini dirinya berada di lapang golf bersama Imelda.Tidak hanya berdua tapi ditemani cady masing-masing.Memang bukan sebuah kesengajaan, klien besar mereka mengajak turun ke lapang agar hubungan di antara mereka lebih solid.Tapi nyatanya ketika Kaivan tiba di lapang golf, hanya ada Imelda dan seorang cady.“Mereka belum dateng, Mel?”Mereka yang dimaksud Kaivan adalah sang klien yang bernama Rajasa dan Xander.“Tadi aku ketemu pak Xander di caffe, katanya dia mau nunggu di sana sampe paPrank! “Aura!” seru Grandma Monica dari ruangan lain, berlari mengecek putrinya karena terdengar suara pecahan gelas. “Miiiii,” panggil Aura lemah. “Apa? Kenapa? Kamu ngagetin Mami aja.” Grandma Monica memang selalu nyolot. “Itu ....” Tangan Aura teru,ur menunjuk layar kaca di mana foto dan video Kaivan dan Imelda yang tengah memakai bathrobe berada dalam satu kamar di putar terus menerus oleh acara infotainment Narasi yang mengatakan bahwa Narendra memergoki putranya sedang berselingkuh pun menjadi tajuk utama berita tersebut. Wartawan yang sedang bersama Narendra saat itu langsung menjual berita panas ini pada infoitainment, kebetulan kabar miring tentang hubungan Kaivan dan Imelda sudah lebih dulu berhembus. Dan sekarang, gosip yang terlanjur beredar seakan terbukti oleh berita terbaru terciduknya Kaivan bersama Imelda di sebuah kamar hotel. Kaki Aura melemas, tubuh rampingnya jatuh di sofa de
Grandpa Edward memberikan kesempatan kepada Kaivan untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Semua mendengar kronologis yang disampaikan Kaivan termasuk Zhafira. “Maaf Fir, aku menjaga perasaan kamu makanya aku enggak bilang kalau hari ini aku bertemu Imelda tapi aku pastikan sama kamu ... enggak terjadi sesuatu sama aku dan dia di kamar itu.” Banyak kesungguhan sekaligus permohonan agar Zhafira mempercayainya dalam sorot mata Kaivan. Zhafira memutuskan tatapan dengan Kaivan, beralih menunduk menatap kedua tangan yang ia simpan di atas paha. Tentu saja Zhafira tidak terima dengan alasan Kaivan. Jadi, untuk menjaga perasaannya maka Kaivan memilih berbohong? Andaikan saja Kaivan langsung pulang ketika mengetahui kliennya tidak bisa datang maka semua ini tidak perlu terjadi. Zhafira tidak bodoh, Kaivan memilih melanjutkan bermain karena agar bisa bersama Imelda. “B
“Kai,” panggil ayah Narendra dari luar sambil menggedor pintu kamar Kaivan. Cukup lama hingga buku jari ayah Narendra kebas, barulah Kaivan membuka pintu. Lingkaran hitam tercetak di wajahnya yang kusut. “Mandi cepetan! Kita dateng ke acara tunangan Alvares.” Kaivan mengusap wajahnya mengusir kantuk yang mendera karena ia baru bisa tidur satu jam lalu. “Kai enggak ikut, Yah ... Kai mau cari Fira agak siangan nanti.” “Ini acara keluarga Kai, penting! Jangan karena Alvares anak angkat om Kenzi—kamu jadi menyepelekan.” “Enggak, Yah ... tapi istri Kai minggat, Kai harus nyari Fira!” Kaivan berseru setengah kesal. “Kemarin kamu tinggal-tinggalin Fira buat bareng Imelda ... sekarang Fira pergi malah kamu cariin, aneh kamu tuh, Kai. Pokoknya Ayah sama Bunda tunggu di bawah, sejam lagi kita berangkat!” Narendra memberikan ultimatum tidak menerima bantahan. Pria itu segera
Kaki Kaivan melangkah gontay menyusuri lorong untuk tiba di ruangannya. Beberapa karyawan telah pulang karena memang sudah menunjukan jam pulang kerja tapi Kaivan baru saja tiba di kantor. Seharian ini ia menyusuri jalanan Ibu Kota mencari Zhafira. Kaivan juga pergi ke kossan Zhafira yang dulu tapi kata pak Nono-si security katanya Zhafira tidak pernah datang lagi setelah menikah. Bella dan Nova tidak bisa diharapkan, Kaivan sampai harus menekan malunya menghubungi kembali Nova dan mendapat keketusan Bella tapi tidak ada berita baik tentang Zhafira. Kaivan melewati meja Gerry tanpa kata, tatapannya kosong dengan raut nelangsa lebih nelangsa dari sewaktu kalah tender. “Firanya ketemu, Kai?” tanya Gerry menunjukan perhatiannya seraya mengikuti Kaivan ke ruangan pria itu. Tapi melihat ekspresi Kaivan yang tidak bersemangat, sudah dipastikan Kaivan belum menemukan istrinya. Kaivan hanya mengg
Zhafira memandang ke depan, hamparan hijau memanjakan matanya. Bukan hanya hijau sawah maupun rerumputan namun tanaman sayuran yang merupakan mata pencaharian tetangga kakeknya di villa ini pun menyegarkan mata Zhafira. Belum lagi udaranya yang sejuk dan bersih benar-benar tempat yang layak untuk healing. “Pagi Non ...,” sapa seorang pria dan wanita paruh baya yang hendak pergi ke kebun. Mereka adalah salah satu tetangga kakek Kallandra. “Pagi Pak ... Bu,” balas Zhafira ramah disertai senyum. Villa kakek Kallandra adalah satu-satunya rumah yang paling mewah dan luas di daerah ini. Beliau tidak membuat villa yang berlokasi di pinggir jalan tapi lebih masuk ke dalam pedesaan agar feel villanya lebih terasa, begitu kata beliau. Dan memang benar, Zhafira akui suasana di sini sangat jauh dari perkotaan. Zhafira jadi merasa berada di dunia berbeda. Ia betah tinggal di si
“Tuan Kallandra Gunadhya, suatu kehormatan saya mendapat kunjungan dari anda.” Xander menyambut kakek Kallandra di loby gedung kantornya. Ia begitu tersanjung ketika sekertarisnya memberitau rencana kunjungan pria tersukses di Negara tempat dirinya membangun perusahaan. Kallandra tertawa pelan sambil berjabat tangan dengan Xander. Salah satu anak muda yang ia akui memiliki kemampuan hebat dalam bisnis. “Mari ke ruangan saya, Tuan.” Xander memperlakukan kakek Kallandra dengan rendah hati karena baginya—Kallandra adalah senior dalam bidang bisnis dan ada banyak ilmu yang bisa ia dapat dari beliau. Tanpa berbasa-basi—setibanya di ruangan Xander—setelah pria itu mempersilahkannya duduk—Kallandra langsung mengutarakan tujuan kedatangannya ke sini. Sekertaris Kallandra juga memberikan sebuah proposal yang kemudian dibaca dengan seksama oleh Xander hingga beberapa menit lamanya dan dengan sabar Kallandra me
Pagi ini Zhafira akan mempresentasikan secara langsung mengenai keseluruhan ide atau keinginannya yang telah disetujui Kallandra dalam membangun resort. Tidak ada ketegangan sama sekali meski ini yang pertama baginya. Kallandra menyewa ruang rapat di salah satu hotel agar rapat tersebut berjalan lancar dengan perlengkapan penunjang yang disediakan pihak hotel. “Kamu semangat sekali, Fir.” “Bekerjasama dengan Karl Louis itu impian Fira, Kek … apalagi bisa berguna bagi Kakek, Fira senang banget.” Mereka tiba di sana lebih dulu sehingga Zhafira bisa menyiapkan segala sesuatunya dibantu sekretaris Kallandra. “Jangan salah, kamu itu Kakek gaji loh … dan desain bangunan kamu akan Kakek beli ….” “Enggak usah, Kek … Fira ikhlas kok membantu Kakek.” “Kakek tahu, Fir … tapi Business is business … maha karya kamu juga kerja keras kamu patut dih
“Fir, makan malam dulu.”Nenek Shareena masuk ke ruang kerja Zhafira, sedari sore—sepulang dari proyek—Zhafira mengerjakan banyak hal untuk proyeknya.“Nenek sama kakek makan duluan saja, Fira selesaikan dulu kerjaan Fira.” Nenek Shareena tersenyum kemudian mengusap kepala Zhafira lembut. “Nenek senang lihat kamu semangat seperti sekarang …,” celetuk sang nenek yang kemudian duduk di depan Zhafira. “Pekerjaan ini menyita waktu dan pikiran Fira, Nek … jadi Fira enggak ada waktu mikirin rasa sakit yang mas Kai buat … Fira mau pasrah aja, Nek! Kalau memang Mas Kai memang jodoh yang terbaik buat, Fira … Tuhan pasti akan menyadarkan Mas Kai dan membawa Mas Kai kembali sama Fira.”Nenek Shareena mengangguk setuju. “Kamu memang perempuan kuat dan tabah ya, Fir.” “Fira udah terbiasa diam menerima apapun yang terjadi sama Fira, Nek ….” Raut wajah Zhafira menyendu. “Fir, hidup kamu milik k