Suasana tampak gelap, Angela tidak dapat melihat apapun. Meskipun matanya tidak di tutup tapi tak ada cahaya sama sekali yang menerangi ruangan. Ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya, karena tangan dan kakinya di ikat. Jika di ingat-ingat terakhir kali ia berbicara dengan Yohan. Setelah itu ... ia sudah tidak ingat apa-apa lagi.
BRAAK!
Seseorang membuka pintu dengan kasar, langkah kakinya yang berat mulai terasa mendekat. Angela berusaha menerka siapa orang itu karena ia hanya bisa melihat siluet bentuk tubuhnya yang remang-remang.
Ceklek
Tiba-tiba ruangan menjadi terang benderang, Angela bisa melihat dengan jelas siapa yang telah menculiknya.
"Kamu," kata Angela lirih.
"Iya, ini aku sayang. Kekasihmu yang telah kau campakkan!" Yohan tersenyum tapi juga memberi isyarat kemarahan.
"Untuk apa kau menculikku!" sentak Angela.
"Untuk apa lagi kalau bukan ... uang! Kami para orang miskin sangat membutuhkan uang dari orang-orang kaya s
DOR!Kaki Yohan di tembak dari kejauhan, darah mengucur di kakinya. Tubuhnya limbung jatuh ke tanah. Segera mereka memborgol tangan Yohan kemudian membawanya masuk ke dalam mobil.Angela yang masih di gendong Verrel melihat Yohan di tangkap, ia sudah merasa lega. Ia tidak menyangka lelaki yang pernah menjadi kekasihnya itu sekarang menjadi penjahat."Lukamu perlu di obati, kita akan ke rumah sakit," ucap Verrel.**Angela masih terlihat lemah terbaring di rumah sakit. Rasa trauma ketakutan, masih teringat jelas dalam ingatannya. Sudah semalam ia menginap di rumah sakit untuk memulihkan tenaganya.Seorang dokter wanita terlihat sedang memeriksa keadaannya. Mengecek perkembangan selanjutnya, dokter itu tersenyum melihat Angela."Kenapa dokter tersenyum?" tanya Angela."Sepertinya di balik musibah ini, Tuhan mengirimkan hadiah terindahnya.""Tunggu, saya tidak paham dengan maksud do
"Ehmm!! Dasar anak tidak tahu sopan santun! Berani sekali kau tidak memberitahukan kami!" teriak seorang lelaki paruh baya yang sudah berdiri di tengah pintu.Kedua orang tua Verrel datang menjenguk bersama dengan mamanya Angela. Mereka mendengar berita dari media tentang penculikan Angela yang di lakukan oleh Yohan."Kamu sudah menganggap kami mati! Hah!" Tuan Burhan marah-marah pada Verrel."Sudahlah, Pa. Yang penting menantu kita selamat, itu sudah luar biasa," ucap Kamila berusaha menenangkan suaminya."Bagaimana aku tidak marah, Ma. Dia ini sangat bodoh. Punya istri cantik dan cerdas seperti Angela, masih saja tidak becus menjaga istrinya. Kalau bukan, Angela yang menolong dia ketika pernikahannya itu. Sekarang dia pasti sudah punya istri penyihir!" sentak Burhan. Ia meluapkan segala amarahnya yang terpendam."Percuma kamu kuliah tinggi-tinggi, tapi otak kamu tetap saja dungu!" Burhan terus saja memaki Verrel.Verrel terdiam, kali ini i
"Bukan begitu, aku tidak cerita karena saat itu kau masih belum sepenuhnya pulih," ucap Verrel. Angela tidak jadi marah setelah mendengar perkataan dari Verrel. "Lalu apa yang terjadi dengan Hellen?" tanya Angela kemudian. "Sepertinya ia mengalami keguguran, tapi kupikir memang dia sengaja membuat anak itu mati. Aku sangat mengenalnya, ia tidak pernah menyukai anak-anak," terang Verrel. "Kasihan dia, mau bagaimana lagi. Dia menuai dengan apa yang di tanam," kata Angela. "Benar, untung saja aku tidak jadi menikah dengannya," ujar Verrel lirih. "Dan aku sangat beruntung di jodohkan denganmu." Verrel mengecup punggung tangan Angela. Buru-buru Angela menariknya. "Lihatlah, banyak pelayan di sini ... apa kamu tidak malu?" bisik Angela. "Kenapa harus malu, kau istriku," kata Verrel. "Iya, aku tahu. Tapi jangan terlalu vulgar pamer kemesraan di depan banyak orang. Kasihan kan, mereka yang belum punya pasangan," jelas Ang
"Kamu baru di sini? tanya Angela."Iya, Tuan Verrel sengaja menambah jumlah asisten rumah tangga untuk melayani Nyonya," terangnya."Oh, ya siapa namamu?" tanya Angela."Panggil saja Bik Mirna," ucap Mirna."Angela, tolong iriskan buah yang asam-asam untukku," pinta Angela."Baik, Nyonya," ucap Bik Mirna.Saat Angela keluar dari dapur ia melihat seorang wanita cantik memakai baju kantor naik ke tangga menuju ke ruang kerja Verrel. Wanita itu langsung masuk, lalu pintunya di tutup rapat. Angela sampai melongo melihat kejadian itu.Perempuan cantik itu masuk ke dalam ruang kerja Verrel di lantai atas. Angela hanya bisa melihatnya dari lantai bawah. Ia tidak ingin gegabah, bisa saja wanita itu adalah karyawannya yang sedang melaporkan pekerjaannya atau membawakan berkas pekerjaan dari kantor.Verrel kaget dengan kedatangan seorang wanita cantik di ruangannya."Siapa kamu? Berani sekali kau masuk ke ruanganku tanpa iji
"Nanti kalau sudah sampai pasti ku telepon," ucap Verrel sembari mengecup kening istrinya."Hati-hati." Angela mengantarkan Verrel berangkat kerja hingga sampai di depan pintu utama. Ia lalu melambaikan tangannya ketika mobil Verrel keluar dari pelataran rumah mewahnya. Angela kembali masuk ke dalam rumah. Kali ini ia tidak ingin menghabiskan waktunya di kamar. Ia ingin bercocok tanam dengan bantun asisten rumah tangganya.Angela telah browsing di internet bagaimana menanam bunga-bungaan, yang baik agar tanaman tumbuh subur. Ia sudah menyuruh pelayan untuk membeli semua bahan yang di perlukan."Nyonya, mari saya bantu," kata Bik Mirna."Iya, tolong ambilkan pupuk dan tanahnya bawa ke sini," kata Angela."Baik, Nyonya."Angela sudah tidak sabar untuk memulai aktivitasnya. Ia tidak ingin mati karena kebosanan berdiam diri di kamar. Makan dan tidur terus. Bisa-bisa anak yang di kandungnya akan menjadi pemalas.Sebenarny
"Kau terlihat lelah sayang," ucap Angela."Iya, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Maaf, kalau aku datang terlambat," kata Verrel menarik dasinya sendiri lalu melepaskannya."Mandilah air hangat, agar tubuhmu segar kembali," saran Angela."Baik, aku mandi dulu," kata Verrel.Angela menyiapkan baju yang akan di pakai suaminya, ia mencari kaos casual yang nyaman. Setelah menemukannya ia menaruhnya di pinggiran ranjang. Kemudian ia keluar dari kamar untuk mengecek apakah makanan yang di peruntukkan untuk Verrel sudah siap atau belum.Terlihat sudah komplit, Angela kembali menemui Verrel untuk mengajaknya makan."Sayang, makanan sudah siap. Yuk, kita makan dulu," ajak Angela.Verrel yang terlihat tampan memakai kaos simpel dengan celana berbahan katun sepanjang di bawah lutut sedikit. Memberikan kesan maskulin dan santai.Ia pun keluar mengikuti langkah kaki Angela menuju ke ruang makan. Dengan sabar, Angela me
Pria tampan itu membuka kacamata hitamnya sesekali matanya di manjakan dengan gedung pencakar langit yang menghiasi kota. Sudah berapa tahun ia tidak kembali ke kota kelahirannya. Jika saat itu ia tidak memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri, mungkin sekarang ia sudah menikah dengan kekasihnya. Tetapi karena kekasih masa kecilnya tidak di temukan keberadaannya, ia memutjskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri.Mark bukan pria yang mudah jatuh cinta. Sekali ia jatuh cinta, maka ia tidak akan mudah melupakan wanita yang di cintainya. Tapi bagaimana ia bisa mengenali wanita masa kecilnya, mereka sudah terpisah sekian lama. Ia hanya teringat gadis itu mempunyai luka kecil di tubuhnya. Tapi luka semacam itu bukankah bisa hilang dengan sendirinya.Mark yakin, jika gadis kecil itu sekarang pastilah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik. Ah, angan-angannya kembali melayang-layang. Saat gadis kecil itu menjadi tetangganya, dialah satu-satu
"Ah, jangan bilang ini tentang gadis kecil yang sering kau ceritakan padaku dulu," tebak Verrel."Benar, aku mau mencarinya, jika bertemu aku ingin menikahinya," kata Mark."Kau sudah gila apa? Bagaimana kalau dia sekarang sudah menikah? Apa kau tetap akan menikahinya?" tanya Verrel."Itu kan baru perumpamaan, belum tentu dia sekarang sudah menikah," bantah Mark."Terserah padamu, tapi menurutku carilah wanita lain. Kau tidak selamanya hidup sendiri," nasehat Verrel.Angela mengamati keduanya berbincang-bincang. Ia tidak menyangka Verrel memiliki saudara. Mereka kelihatan akrab sekali. Angela melihat Mark seperti teringat sesuatu tetapi apa, ia sendiri tidak bisa menjabarkannya."Aku mau berangkat ke kantor, apa kau mau ikut? Setidaknya kau perlu belajar untuk bekerja di perusahaan," kata Verrel."Besok saja, hari ini aku sangat lelah sekali," jawab Mark."Ya sudah kalau begitu, jika perlu apa-apa bilang pada pelayan. Jangan co
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat
"Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,
Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar
"Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas
Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem
Sepulang dari rumah orang tuanya Saga berpikir tentang apa yang di katakan Angela. Ia merenungi kehidupan rumah tangganya. Memang benar jika rumah tangganya seperti tidak ada tujuan. Ia membiarkan Luna bersikap seenaknya.Ia tahu jika di luar Luna memiliki hubungan gelap dengan beberapa pria. Saga hanya tinggal menunggu waktu menceraikannya. Ia baru mengumpulkan bukti-bukti kuat agar pengadilan menyetujui gugatannya.Terlebih lagi, kerjasama yang di jalin selama bertahun-tahun dengan papanya Luna pasti akan mengalami kerugian besar jika ia bercerai. Bagi diri Saga ia tidaklah gila harta. Hanya saja jika ia merugi maka yang kena imbasnya adalah karyawannya.Di rumah Saga merasa kesepian, memang benar kata mamanya jika dalam pernikahan di butuhkan seorang penerus. Tapi, bagaimana Luna bisa hamil sementara Saga juga sudah enggan menyentuhnya. Ia tidak bisa membayangkan menyentuh tubuh seorang wanita yang sudah di sentuh berganti-ganti pria.Saga menjad
Angela merasa kasihan mendengar cerita Chika. Ia bisa menyimpulkan jika Chika belum menikah dengan Saga. Terlebih Verrel ia justru merasa terpukul karena wanita yang di telantarkan Saga adalah putri sahabatnya sendiri.Melihat wajah polos Frans kecil mengingatkan Verrel pada Saga di waktu kecil. Anak itu tidak bersalah, seharusnya dulu ia mendengarkan permintaan Saga untuk tidak menikahi Luna. Ia yakin putranya itu tidak pernah mencintai istrinya."Kemarilah, Nak. Ini juga kakekmu. Peluk kakek," kata Verrel. Tak terasa air matanya meleleh.Frans sedikit ragu ia melihat sebentar ke arah mamanya seperti meminta persetujuan. Chika menganggukkan kepalanya."Pergilah, mereka juga kakekmu," kata Chika.Verrel memeluk erat Frans kecil. Ia mengecup pipi chubby bocah itu. Seluruh rasa bersalahnya seakan membebani pundaknya. Verrel bahagia, tapi ia juga merasa kasihan dengan Frans.Angela mengusap air matanya, ia memeluk Frans penuh
Sayang, mama berencana mengajakmu ke rumah teman mama," kata Clara."Mereka sudah mama anggap seperti saudara. Kamu mau kan?" tanya Clara."Iya, Ma.""Kapan kita akan kesana?" tanya Chika."Sekarang, bersiap-siaplah. Mumpung hari ini kita weekend," kata Clara."Baik, Ma. Chika juga akan menyiapkan Frans."Tidak memakan waktu lama Chika dan Frans sudah siap. Mereka masuk ke dalam mobil bersama Mark juga. Frans melihat orang di mobil satu persatu. Lalu ia tiba-tiba tertawa."Hei, kenapa kamu tertawa, sayang?" tanya Clara."Bukan begitu, Nek. Hanya saja kalian terlihat lucu," jawab Frans."Lucu? Apa kami seperti badut kesukaanmu itu?" tanya Mark."Hahaha, kakek bisa saja. Frans lihat kalian kalau diam saja berwajah tegang terlihat lucu," terang Frans."Kamu ini." Clara memencet hidung mancung Frans dengan gemas.Sesampainya di kediaman Verrel, mereka di sambut hangat oleh mereka. Frans dengan malu