Di apartemen Clara, Mark terperanjat kaget saat menemukan bukti tespek Clara yang terjatuh di lantai. Lebih mengejutkan lagi, tespek itu memiliki garis merah dua. Rasanya Mark sudah tidak tahan menunggu Clara keluar dari kamar mandi.
Ia membuka pintu kamar mandi sehingga mengagetkan Clara. Wanita itu masih berendam di dalam bathup.
"Katakan, ini milik siapa?" tanya Mark. Clara kaget, bagaimana alat penguji kehamilan itu bisa jatuh ke tangan Mark.
"I ... itu, milik temanku," kata Clara berbohong.
"Clara, aku tahu siapa dirimu, kau bukanlah wanita yang lihai dalam berbohong. Jadi, katakan sejujurnya milik siapa ini?" tanya Mark lagi.
Clara terdiam, ia bingung antara mengutarakan kebenaran atau menyembunyikannya. Ia takut jika Mark tidak suka anak-anak.
"Cepat katakan!" kata Mark lebih tegas.
"Mi ... milikku," jawab Clara sedikit ketakutan. Wajah Mark tiba-tiba berubah, sebuah senyuman tersungging di bibirnya.
Clara melihat ponselnya menyala ia menerima kabar jika Amber akan berangkat ke luar negeri. Ia meletakkan ponselnya kembali, padahal Amber ingin bertemu untuk terakhir kalinya karena ia akan tinggal di Amerika mengikuti suaminya. Clara meneguhkan hatinya untuk tidak menemui Amber. Lagipula ia masih sangat lelah karena ulah Mark.Mark sudah berpakaian rapi memakai pakaian kantornya, ia lalu mengecup kening Clara. "Sayang, mulai sekarang kamu istirahat saja di rumah tidak usah kerja. Aku ingin bayi kita tumbuh dengan sehat," kata Mark."Tapi, Nyonya Angela belum sepenuhnya pulih, ia juga tengah mengandung. Kasihan jika aku meninggalkannya," kata Clara."Hemm, akan aku bantu cari karyawan yang handal yang mampu mengatasi masalahmu. Di dunia ini banyak sekali orang pintar, kita bisa memilih salah satunya," kata Mark."Baiklah, terserah dirimu saja," jawab Clara."Oke, sekarang aku berangkat kerja dulu. Jika butuh sesuatu minta tolong saja pada pelayan
Sepulang dari rumah sakit, Verrel lebih meluangkan waktu untuk Angela. Ia juga sudah memutuskan kontrak kerja sama dengan Donita. Meskipun ia harus membayar ganti rugi yang cukup besar, tapi kebahagiaannya dengan Angela jauh lebih penting dari segalanya.Angela terkejut dengan surprise yang di berikan Verrel. Sebuah kamar bayi yang indah lengkap dengan mainan dan perabotan serta pakaian bayi sudah tertata rapi di lemari. Angela mengambil satu helai pakaian bayi yang ada di lemari dan mengusap bahan kainnya lalu menempelkannya di pipinya. Ia mencium baju mungil itu dengan penuh kasih sayang."Kaukah yang menyiapkan semua ini?" tanya Angela tak percaya."Mana mungkin sayang, bukankah selama ini aku sibuk di kantor dan rumah sakit menjengukmu," terang Verrel."Lalu siapa?" tanya Angela penasaran."Para pelayan kita dan desainer interior yang aku sewa untuk memperindah kamar ini," kata Verrel."Oh, ya. Terima kasih, pasti kau yang menyuruh
Donita tersenyum senyum sendiri, ia melihat wajahnya di pantulan cermin. Wajah yang berbeda tidak seperti biasanya. Ia memakai wig, kacamata dan softlens yang berbeda. Siapa pun yang pernah mengenalnya pasti tidak tahu jika dia adalah Donita.Hari ini ia mendengar jika Verrel akan menghadiri pesta peresmian tempat bisnis baru koleganya. Tentunya di sana pasti akan ramai oleh para tamu undangan dari kelas atas. Dan itulah kesempatan Donita untuk beraksi.Di dalam tasnya ia sudah memasukkan botol kecil yang berisikan serbuk perangsang. Dan obat itulah yang akan membantunya bekerja untuk mengelabui Verrel agar jatuh ke pelukannya. Angan-angan Donita sudah sangat jauh, ia membayangkan berada dalam satu kamar dan bercinta dengan Verrel. Wanita itu tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.Kini saatnya ia berangkat ke tempat itu. Sebuah mobil berwarna silver meluncur membawa dirinya. Ia tampak percaya diri memakai dress berwarna hitam pekat dengan bawahan gau
Donita menangis meraung-raung sambil mencengkeram selimut yang menutupi tubuhnya. Ia juga merasakan sakit yang teramat sangat di bagian daerah sensitifnya setelah Alex berhasil meloloskan miliknya.Terdengar kucuran air shower dari kamar mandi, pertanda Alex masih berada di dalam sana. Sementara Donita dengan bersusah payah meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Yang ia pikirkan adalah kabur dari tempat itu sebelum Alex keluar dari kamar mandi dan melampiaskan nafsunya kembali.Dengan langkah tertatih-tatih ia meraih highheelsnya setelah selesai berpakaian, untung saja yang di robek Alex adalah lingerie nya bukan pakaiannya yang masih tergeletak aman.Donita merasa hidupnya sial karena harus bermalam dengan pria tidak di cintainya. Ia ingin merusak kehormatan Verrel, malah kehormatannya yang terenggut. Seluruh tubuh Donita masih terasa lengket, ia terus melangkahkan kaki keluar dari hotel itu.Hari yang sial dahi Donita, lain halnya deng
Angela sudah menunggu Verrel di rooftop. Ia melihat pemandangan di sekitarnya yang masih sepi. Kolam renang yang cukup luas hanya untuk mereka berdua, di sekitarnya terdapat taman yang terawat dengan baik. Tidak ada yang menyangka jika taman itu terbentuk indah hidup di atas rooftop.Ada perasaan sedikit takut ketika Verrel membuat janji dengannya. Sama persis ketika mereka merayakan ulang tahun, tapi Angela malahan mengalami kecelakaan hingga kehilangan ingatannya.Hari ini Angela ingin memberitahukan pada Verrel tentang ingatannya. Ia ingin merayakan ulang tahun bersama yang sempat tertunda. Angela sudah menyiapkan segala sesuatunya baik mulai kue ataupun hadiah dan makanan kecil untuk hidangan mereka selama di rooftop.Angela berdiri tegak menatap pemandangan di luar rooftop yang di penuhi dengan rumah-rumah, jalanan dan tata lampu kota. Ia memejamkan matanya sejenak menghirup udara sebebas-bebasnya. Angela memakai baju renang yang cukup seksi dengan punggung
Angela berjalan mondar-mandir menahan sakit di perutnya. Hari ini Verrel berangkat kerja setelah kemarin libur untuk menyempatkan waktu buat Angela."Nyonya, kenapa tidak duduk saja atau berbaring?" tanya pelayan."Inginnya sih begitu, tapi punggungku rasanya sakit sekali. Kalau duduk juga sakit apalagi berbaring juga makin sakit. Aku tidak tahu entah kenapa bisa begini," keluh Angela."Oh, Tuhan, barangkali nyonya akan melahirkan," tebak salah seorang pelayan lainnya."Benarkah? Apa ini gejala oramg yang mau melahirkan, tapi di buku catatan itu harusnya masih seminggu lagi," kata Angela."Memang terkadang begitu, ada yang kelahirannya maju ada yang mundur," ucap pelayan."Aaargh!" pekik Angela. Seluruh pelayan langsung panik."Cepat panggil sopir dan telepon Tuan Verrel sekarang!" perintah kepala pelayan.Mereka langsung panik bertubrukan satu sama lainnya ada yang mencari telepon rumah ada juga yang keluar memberitahuka
Kehadiran dua malaikat kecil di tengah-tengah Verrel dan Angela melengkapi kebahagiaan mereka. Angela sudah sadar dari tidurnya, seorang perawat membawa kedua bayi mereka untuk mendapatkan ASI eksklusif.Verrel melihat Angela dengan tatapan kasihan. Pasalnya Angela belum sembuh benar dari sesarnya tapi sudah menyusui kedua bayi mungilnya."Apa kau tidak kesakitan sayang?" tanya Verrel."Sedikit, tapi aku bahagia. Bayi-bayi mungil ini akhirnya terlahir ke dunia," ucap Angela. Perawat membantu meletakkan bayi satunya setelah kenyang minum ASI. Lalu berganti bayi satunya.Angela mencium dahi bayi mungilnya dengan lembut. Verrel hanya bisa duduk di kursi depan brangkar sambil menatap haru kedua ibu dan bayi itu."Apa kau sudah menyiapkan nama untuk kedua bayi kita, sayang?" tanya Angela sambil menyusui."Sudah, tapi jika kau tidak suka kau bisa menggantinya," ucap Verrel."Katakanlah, aku penasaran sekali," kata Angela tak sabar.
"Kau ini, memang benar-benar orang yang menyebalkan!" Donita berjalan ke arah pintu apartemennya. Ia membuka lebar-lebar pintunya lalu mempersilahkan Alex agar segera keluar dari apartemennya."Keluar sekarang! Atau aku panggil keamanan agar menyeretmu dengan paksa," ancam Donita.Alex hanya tersenyum geli mendengar ancaman Donita. Ia berjalan menuju ke arah pintu menghampiri Donita. Tapi bukannya keluar, Alex malahan langsung menarik pinggang Donita agar mendekat padanya.Donita mendorong tubuh Alex, ia tahu apa yang di inginkan laki-laki itu terhadapnya. Alex selalu saja meminta jatahnya meskipun Donita bersikeras menolak."Ayolah sayang, kita bisa membuat anak yang lucu nantinya," bujuk Alex."Kau memang brengsek!" pukul Donita. Alex tidak mendengarkan perkataan Donita ia tetap membuka kancing baju Donita satu persatu. Donita seakan seperti mau di perkosa Alex."Ya, aku memang brengsek. Tapi, aku hanya tergila-gila padamu," kata Ale
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat
"Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,
Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar
"Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas
Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem
Sepulang dari rumah orang tuanya Saga berpikir tentang apa yang di katakan Angela. Ia merenungi kehidupan rumah tangganya. Memang benar jika rumah tangganya seperti tidak ada tujuan. Ia membiarkan Luna bersikap seenaknya.Ia tahu jika di luar Luna memiliki hubungan gelap dengan beberapa pria. Saga hanya tinggal menunggu waktu menceraikannya. Ia baru mengumpulkan bukti-bukti kuat agar pengadilan menyetujui gugatannya.Terlebih lagi, kerjasama yang di jalin selama bertahun-tahun dengan papanya Luna pasti akan mengalami kerugian besar jika ia bercerai. Bagi diri Saga ia tidaklah gila harta. Hanya saja jika ia merugi maka yang kena imbasnya adalah karyawannya.Di rumah Saga merasa kesepian, memang benar kata mamanya jika dalam pernikahan di butuhkan seorang penerus. Tapi, bagaimana Luna bisa hamil sementara Saga juga sudah enggan menyentuhnya. Ia tidak bisa membayangkan menyentuh tubuh seorang wanita yang sudah di sentuh berganti-ganti pria.Saga menjad
Angela merasa kasihan mendengar cerita Chika. Ia bisa menyimpulkan jika Chika belum menikah dengan Saga. Terlebih Verrel ia justru merasa terpukul karena wanita yang di telantarkan Saga adalah putri sahabatnya sendiri.Melihat wajah polos Frans kecil mengingatkan Verrel pada Saga di waktu kecil. Anak itu tidak bersalah, seharusnya dulu ia mendengarkan permintaan Saga untuk tidak menikahi Luna. Ia yakin putranya itu tidak pernah mencintai istrinya."Kemarilah, Nak. Ini juga kakekmu. Peluk kakek," kata Verrel. Tak terasa air matanya meleleh.Frans sedikit ragu ia melihat sebentar ke arah mamanya seperti meminta persetujuan. Chika menganggukkan kepalanya."Pergilah, mereka juga kakekmu," kata Chika.Verrel memeluk erat Frans kecil. Ia mengecup pipi chubby bocah itu. Seluruh rasa bersalahnya seakan membebani pundaknya. Verrel bahagia, tapi ia juga merasa kasihan dengan Frans.Angela mengusap air matanya, ia memeluk Frans penuh
Sayang, mama berencana mengajakmu ke rumah teman mama," kata Clara."Mereka sudah mama anggap seperti saudara. Kamu mau kan?" tanya Clara."Iya, Ma.""Kapan kita akan kesana?" tanya Chika."Sekarang, bersiap-siaplah. Mumpung hari ini kita weekend," kata Clara."Baik, Ma. Chika juga akan menyiapkan Frans."Tidak memakan waktu lama Chika dan Frans sudah siap. Mereka masuk ke dalam mobil bersama Mark juga. Frans melihat orang di mobil satu persatu. Lalu ia tiba-tiba tertawa."Hei, kenapa kamu tertawa, sayang?" tanya Clara."Bukan begitu, Nek. Hanya saja kalian terlihat lucu," jawab Frans."Lucu? Apa kami seperti badut kesukaanmu itu?" tanya Mark."Hahaha, kakek bisa saja. Frans lihat kalian kalau diam saja berwajah tegang terlihat lucu," terang Frans."Kamu ini." Clara memencet hidung mancung Frans dengan gemas.Sesampainya di kediaman Verrel, mereka di sambut hangat oleh mereka. Frans dengan malu