"Kapan kau akan pulang?" tanya Luna. Saga tersenyum sinis mendengar pertanyaan istrinya.
"Sejak kapan kau peduli aku pulang atau tidak?" sindir Saga.
"Bukan begitu, setidaknya aku tahu kapan kau pulang. Aku juga pasti akan merindukanmu," jawab Luna.
"Merindukanku? Tidak usah terlalu berkamuflase. Sebenarnya kau senang dengan kepergianku, jadi kau bisa bebas bersenang-senang dengan teman-temanmu," balas Saga.
Luna menyodorkan kopernya pada Saga. "Ini kopermu, masukkan saja semua bajumu di sini sendiri. Percuma aku bertanya baik-baik denganmu, tapi tetap saja kau selalu berkata sinis padaku," kata Luna. Ia membanting pintu kamarnya dan keluar entah kemana.
Hari ini Saga ada perjalanan bisnis, ia berpamitan dengan Luna. Tapi, seperti biasa mereka selalu saja bertengkar. Saga yang tidak mencintai Luna sudah jenuh dengan tingkah laku Luna yang seenaknya. Sedangkan Luna yang tidak mendapatkan cinta dari Saga mencari pelampiasan di luar.
<Saat ini mungkin Chika bisa selamat dari kejaran Saga. Tapi di lain waktu ia tidak tahu apakah bisa lolos dari Saga atau tidak. Frans sudah tampak kelaparan, seperti yang di janjikan mamanya ia mendapatkan pesanan pizzanya secara delivery.Namun dalam benak Frans, ia curiga kenapa mamanya menghindari pria yang tadi hampir menabraknya. "Habiskan pizzanya, sayang. Katanya tadi kau lapar," kata Chika sembari mengelus rambut putra semata wayangnya."Iya, Ma," jawab Frans. Ia memang lapar apalagi acara kebut-kebutan tadi di jalan sempat membuat Frans kecil agak ketakutan."Ma, Frans boleh nanya tidak?" tanya Frans."Ya, tanya saja sayang. Apa yang ingin kamu tanyakan?""Ma, apa benar papa Frans masih hidup?" tanya Frans. Chika terdiam sejenak mendengar pertanyaan putranya. Ia sebenarnya sudah tidak ingin berbohong pada putranya. Tapi, Chika juga takut jika Frans tahu bahwa papanya masih hidup dia akan terus-terusan bertanya dan ingin b
"Aku mau pulang sekarang," pinta Chika. Ia menyingkirkan tangan Saga yang merangkul pinggangnya. Chika teringat dengan Frans. Anak itu pasti menangis jika dirinya tidak pulang."Tapi, aku masih menginginkanmu," cegah Saga.Chika tidak mempedulikan perkataan Saga, ia merapikan blousenya dengan cepat lalu memakai high hellsnya kembali. Tubuh ramping dan seksi tak terlihat jika sudah pernah melahirkan seorang anak."Apa yang membuatmu tergesa-gesa. Apa kau ada janji dengan pria lain?" tanya Saga."Ya, dan aku tidak bisa meninggalkannya," kata Chika membuka pintu hotelnya."Aku antar," tawar Saga."Tidak usah," tolak Chika. Wanita itu masih saja terus melangkah keluar meninggalkan hotel. Saga tidak dapat mencegahnya meskipun ia merasa kehilangan.Kebetulan di depan hotel ada taksi yang tengah menurunkan penumpangnya jadi Chika bisa bergantian menjadi penumpang berikutnya. Saga melihat taksi iti melaju m
Frans penasaran bagaimana foto papanya. Ia tidak yakin dengan perkataan mamanya yang mengatakan tidak memiliki foto papanya. Hari ini kebetulan Chika berangkat shift pagi dan kebetulan sekolah Frans libur karena guru-gurunya ada rapat penting.Kesempatan itu di gunakan Frans untuk mencari sesuatu di kamar mamanya. Barangkali ia bisa menemukan petunjuk siapa papanya. Kaki kecil Frans melangkah mengendap-endap masuk ke kamar Chika. Kebetulan kamar itu tidak di kunci.Frans mulai membuka lemari pakaian ia kesulitan karena tubuhnya yang terlalu kecil tidak bisa menjangkau area tinggi. Frans jengkel dengan tubuhnya, dalam hati ia berjanji akan makan yang banyak agar cepat tinggi.Ia lalu bergerak ke tempat lainnya terlebih dahulu yang bisa di jangkaunya. Ia menarik laci di nakas, matanya membulat sempurna tatkala ia menemukan pigura foto kecil dengan kondisi terbalik. Frans lalu membalikkan pigura fotonya, ia dapat melihat seorang pria yang sangat tampan
Viona mengirimkan hasil bidikan fotonya ke Saga. Ia pikir kakaknya harus tahu perbuatan istrinya. Namun di luar dugaan Saga justru mengirimkan pesan jika ia sudah mengetahui tingkah laku Luna sejak lama."Hah, rumah tangga macam apa! Kenapa suaminya tahu jika istrinya selingkuh tapi tidak berbuat apapun!" gerutu Viona di dalam mobil."Kenapa, sayang?" tanya Devan."Entahlah, Saga sudah tahu jika selama ini istrinya selingkuh tapi dia diam saja," terang Viona.Devan tahu jika Viona sangat menyayangi saudara kembarnya. Ia dulu sempat pernah cemburu pada Saga. Pasalnya wajah mereka tidak mirip sama sekali meskipun saudara kembar."Mungkin Saga ada alasan lain kenapa ia bersikap demikian," ujar Devan."Entahlah, ngomong-ngomong perutku sudah lapar banget. Gara-gara ada kakak iparku di restoran itu kita belum makan," imbuh Viona kesal. Devan hanya tersenyum mendengar celotehan kekasihnya. Ia segera memutar kemudi setirnya untuk
"Frans minta maaf pada Tante Ana!" perintah Chika. Ia merasa Frans sedikit keterlaluan karena menghina Ana."Bukankah mama selama ini memintaku untuk selalu jujur," jawab Frans."Kamu ini ya ...," Chika tidak habis pikir dengan kelakuan Frans."Frans awas ya, lain kali Tante Ana pasti akan buat pembalasan denganmu!" Ana menunjuk ke arah Frans, namun bocah itu malah menjulurkan lidahnya seolah mengejek Ana."Chika! Sebenarnya kau beri makan apa dia, kenapa bisa menyebalkan seperti itu!" Chika menarik tangan Frans lalu memaksa bocah itu meminta maaf."Kalau kamu tidak mau minta maaf, mama marah ya sama kamu!" ancam Chika. Melihat wanita yang paling di cintai sedunia marah padanya hati Frans luluh lantah. Ia langsung menjabat tangan Tante Ana."Maaf, Tante," kata Frans."Hemm, awas ya lain kali kalau di ulangin lagi," ancam Tante Ana. Frans hanya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia kemudian mengambil remot TV dan menya
Di restoran Saga tidak menemukan Chika. Berdasarkan informasi yang di perolehnya Chika sudah pulang. Saga bingung kemana harus mencari Chika karena ia hanya tahu alamat tempatnya bekerja. Hingga ia melihat seorang pegawai restoran yang tengah membersihkan meja. Ia pun menghampirinya."Nona permisi, apakah Anda tahu dimana Nona Chika tinggal?" tanya Saga.Pelayan restoran itu kaget seorang pria yang sangat tampan menanyakan alamat Chika. Jika di lihat dari penampilannya pria itu bukanlah pria sembarangan. Semua yang di pakainya dari atas ke bawah branded."Kalau Nona berkenan menjawab saya akan memberikan uang ini untuk Nona." Saga mengeluarkan uang dari dompetnya. Melihat lembaran uang yang nominalnya tidak sedikit langsung saja mata pelayan itu berubah mata duitan."Tunggu sebentar, akan saya ambilkan pulpen dan kertas," kata pelayan itu. Setelah selesai menuliskannya ia lalu memberikannya pada Saga.Seulas senyuman tipis terbit di bib
Kejadian kemarin membuat Chika sering melamun. Ia memang berusaha menghindari Saga namun sialnya tubuhnya selalu saja mengkhianatinya.Frans melambaikan tangannya saat masuk ke sekolah TK nya. Lamunan Chika menjadi buyar, ia akhirnya juga melambaikan tangan pada Frans. Senyum manis Frans duplikat dari Saga membuatnya kembali teringat dengan pria itu.Chika berusaha menghapus ingatannya tentang Saga. Ia harus segera berangkat kerja hari ini. Tempatnya tidak jauh dari sekolah Frans membuatnya bisa leluasa antar jemput Frans. Chika menunggu taksi di depan sekolah Frans. Entah mengapa tiba-tiba kepalanya sangat pusing sekali.Pandangan Chika mulai kabur, ia melihat lingkungan sekitarnya menjadi buram. "Oh, tidak jangan pingsan di sini," ucap Chika. Tapi sepertinya tubuh Chika tidak patuh pada pemiliknya. Akhirnya ia limbung dan Chika merasakan ada yang menahan pundaknya. Setelah itu pandangannya mengabur dan ia sudah tidak ingat apa-apa.Chika membuka m
Saga senang hari ini Chika bersama dirinya di hotel meskipun dalam keadaan sakit. Ia mulai terbiasa dengan adanya Chika. Lima tahun ia lewati dengan rasa kesepian. Meskipun ada Luna di sampingnya tapi selama lima tahun ia tidak bisa membagi hatinya untuk wanita lain. Saga selalu merindukan Chika dalam setiap tidurnya. "Sayang, ada apa?" tanya Chika dalam telepon. Langkah Saga terhenti ketika ia membuka pintu. Ia melihat Chika turun dari ranjang. "Iya, sayang. Aku akan segera kesana," kata Chika. Baru saja Chika berdiri Saga sudah menghadangnya. "Mau kemana?" tanya Saga. "Maaf, aku harus buru-buru sekarang," kata Chika. "Aku antar ya," tawar Saga. Mengingat Frans tidak suka dengan kedatangan Saga, Chika tidak ingin Saga mengantarnya. "Tidak usah, aku bisa sendiri. Lagi pula pusingku sudah hilang," tolak Chika. Namun Saga malahan menarik tangan Chika. "Katakan, siapa dia?" tanya Saga. "Lepas, bukan siapa