Di restoran Saga tidak menemukan Chika. Berdasarkan informasi yang di perolehnya Chika sudah pulang. Saga bingung kemana harus mencari Chika karena ia hanya tahu alamat tempatnya bekerja. Hingga ia melihat seorang pegawai restoran yang tengah membersihkan meja. Ia pun menghampirinya.
"Nona permisi, apakah Anda tahu dimana Nona Chika tinggal?" tanya Saga.
Pelayan restoran itu kaget seorang pria yang sangat tampan menanyakan alamat Chika. Jika di lihat dari penampilannya pria itu bukanlah pria sembarangan. Semua yang di pakainya dari atas ke bawah branded.
"Kalau Nona berkenan menjawab saya akan memberikan uang ini untuk Nona." Saga mengeluarkan uang dari dompetnya. Melihat lembaran uang yang nominalnya tidak sedikit langsung saja mata pelayan itu berubah mata duitan.
"Tunggu sebentar, akan saya ambilkan pulpen dan kertas," kata pelayan itu. Setelah selesai menuliskannya ia lalu memberikannya pada Saga.
Seulas senyuman tipis terbit di bib
Kejadian kemarin membuat Chika sering melamun. Ia memang berusaha menghindari Saga namun sialnya tubuhnya selalu saja mengkhianatinya.Frans melambaikan tangannya saat masuk ke sekolah TK nya. Lamunan Chika menjadi buyar, ia akhirnya juga melambaikan tangan pada Frans. Senyum manis Frans duplikat dari Saga membuatnya kembali teringat dengan pria itu.Chika berusaha menghapus ingatannya tentang Saga. Ia harus segera berangkat kerja hari ini. Tempatnya tidak jauh dari sekolah Frans membuatnya bisa leluasa antar jemput Frans. Chika menunggu taksi di depan sekolah Frans. Entah mengapa tiba-tiba kepalanya sangat pusing sekali.Pandangan Chika mulai kabur, ia melihat lingkungan sekitarnya menjadi buram. "Oh, tidak jangan pingsan di sini," ucap Chika. Tapi sepertinya tubuh Chika tidak patuh pada pemiliknya. Akhirnya ia limbung dan Chika merasakan ada yang menahan pundaknya. Setelah itu pandangannya mengabur dan ia sudah tidak ingat apa-apa.Chika membuka m
Saga senang hari ini Chika bersama dirinya di hotel meskipun dalam keadaan sakit. Ia mulai terbiasa dengan adanya Chika. Lima tahun ia lewati dengan rasa kesepian. Meskipun ada Luna di sampingnya tapi selama lima tahun ia tidak bisa membagi hatinya untuk wanita lain. Saga selalu merindukan Chika dalam setiap tidurnya. "Sayang, ada apa?" tanya Chika dalam telepon. Langkah Saga terhenti ketika ia membuka pintu. Ia melihat Chika turun dari ranjang. "Iya, sayang. Aku akan segera kesana," kata Chika. Baru saja Chika berdiri Saga sudah menghadangnya. "Mau kemana?" tanya Saga. "Maaf, aku harus buru-buru sekarang," kata Chika. "Aku antar ya," tawar Saga. Mengingat Frans tidak suka dengan kedatangan Saga, Chika tidak ingin Saga mengantarnya. "Tidak usah, aku bisa sendiri. Lagi pula pusingku sudah hilang," tolak Chika. Namun Saga malahan menarik tangan Chika. "Katakan, siapa dia?" tanya Saga. "Lepas, bukan siapa
"Kamu harus pulang di hari pertunanganku!" perintah Viona."Ya, akan aku usahakan," jawab Saga."Kenapa kau sepertinya berat untuk pulang? Ada apa di Bali?" tanya Viona. Devan mendengarkan percakapan Viona dan Saga."Tidak ada apa-apa, sudahlah nanti aku pasti datang," kata Saga."Awas ya, kalau tidak datang! Kau harus menghadapi mama!" ancam Viona. Ia tahu jika Saga paling tidak bisa berkutik jika mendengar nama mamanya di sebut. Mereka sangat menghormati mamanya, sampai-sampai apapun yang di minta Angela mereka tidak bisa menolak."Gimana? Apa Saga bisa datang?" tanya Devan."Datang, dia tidak akan berani macam-macam. Hanya saja aku heran kenapa ia betah di Bali. Padahal biasanya ia tidak pernah terlalu lama melakukan pekerjaan di luar kota. Ada apa di sana?" kata Viona curiga."Mungkin, ia hanya ingin menghirup udara segar. Cari suasana baru maksudnya," jelas Devan.Viona melihat Devan dengan pandangan sedikit berbeda.
Chika turun dari mobilnya Ronald setelah sampai di depan apartemennya. "Terima kasih karena hari ini sudah repot-repot mengantar saya," ucap Chika sembari membungkukkan badannya.Ronald tersenyum mendengar perkataan Chika. "Justru aku yang berterima kasih karena kau mau ku antar," jawab Ronald."Boleh saya masuk sekarang?" pamit Chika."Ehm, tunggu sebentar ada yang ingin aku sampaikan," kata Ronald. Chika membalikkan tubuhnya dan kembali menghadap Ronald."Ada apa ya?" tanya Chika penasaran."Sebenarnya, aku ingin mengajakmu makan malam," kata Ronald.Dahi Chika mengkerut, ia tidak yakin apakah menerima tawaran dari Ronald atau tidak. "Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Frans sendirian pada saat malam," kata Chika beralasan. Ia yakin Ronald pasti tidak akan mau jika dirinya mengajak Frans."Kau bisa mengajaknya, aku juga ingin mengenal lebih jauh Frans," kata Ronald.Chika mau menyela memberi alasan lainnya tapi R
Chika tidak bisa menolak permintaan Saga, laki-laki itu memang selalu bisa memanfaatkan waktu dalam kesempitan. Terpaksa ia mandi setelah melakukannya dengan Saga. Laki-laki itu menyeringai puas manakala melihat Chika kelihatan gugup ketika berganti pakaian. Ia merasa lucu dengan tingkah Chika yang menyembunyikannya di kamar mandi malah membuatnya bisa bercinta sepuasnya."Awas! Jangan keluar kalau tidak aku suruh!" ancam Chika sambil berbisik.Saga menahan tawanya, Chika membuka pintu kamar mandi kepalanya menyembul keluar melihat situasi apakah aman atau tidak. Sialnya dari belakang Saga malah memeluknya dan mengendus punggungnya.Chika merasa geli, ia mundur selangkah ke belakang dan menutup pintu kamar mandi dari dalam. "Tolong hentikan ini, Frans bisa melihat kita," kata Chika lirih."Berikan aku ciuman sekali lagi, maka aku tidak akan mengganggumu," kata Saga.Terpaksa Chika menuruti keinginan Saga, ia berjinjit dan mencium bibir
Melihat keakraban antara Chika, Ronald, dan Frans, Saga merasa geram. Baru saja ia merasa yakin jika dirinya adalah pria satu-satunya kini keyakinannya mulai pudar. Ia sadar jika hubungannya dengan Luna adalah pengganjal bagi Chika untuk menerima dirinya.Entah apa yang di katakan Ronald hingga membuat mereka berdua tertawa. Saga menjadi kurang berselera makan. Ia hanya mengaduk-aduk makanannya. Sementara sambil makan tangan Luna tidak lepas dari ponselnya. Ia sibuk membalas pesan dari teman-temannya."Sayang, kamu tahu tidak aku sangat merindukanmu. Kenapa kau tidak pernah meneleponku?" tanya Luna.Mendengar perkataan istrinya, Saga terasa mau muntah. Sampai kapan wanita ini berpura-pura sok perhatian padanya. "Bukankah kau sendiri juga tidak pernah meneleponku?" sindir Saga.Luna tertegun sesaat. Memang benar ia tidak pernah menelepon suaminya karena kesibukannya dengan selingkuhannya. Tapi dalam hati kecilnya ia juga merindukan Saga meskipun pada
Sebuah ketukan pintu di pagi hari mengagetkan Chika. Ia masih tengah memasak di dapur menyiapkan sarapan untuk Frans. Frans masih sibuk mengenakan seragamnya. Ia juga mendengar suara ketukan pintu itu."Siapa, Ma? Pagi-pagi kok sudah mengetuk pintu?" tanya Frans."Iya, coba mama lihat dulu," kata Chika. Ia mematikan kompornya lalu bergegas menuju pintu utama. Hatinya juga penasaran siapa yang datang pagi-pagi.Mata Chika membelalak terkejut melihat sosok wanita yang sangat di bencinya berdiri di depan pintu. "Mau apa kau kemari?" tanya Chika."Hemm, tentu saja memperingatkanmu. Kau tahu kan aku orangnya tidak suka basa-basi. Jadi, tolong tinggalkan Saga. Dia suamiku. Apa kau tidak malu pada putramu jika mengetahui mamanya seorang wanita perusak rumah tangga orang!" kata Luna ketus."Mamaku tidak seperti itu!" Bela Frans yang tiba-tiba muncul di di belakang Chika."Frans, masuk sana. Ini urusan orang dewasa," kata Chika liri
"Chika!" panggil Saga.Chika menoleh, pria tampan itu keluar dari mobilnya berjalan ke arah Chika. Rasanya Chika ingin berlari kencang, tapi entah kenapa tubuhnya seolah membeku tidak bisa bergerak."Maaf atas kejadian kemarin," ucap Saga."Tak ada yang perlu di maafkan. Istrimu benar, dia berhak marah padaku. Mungkin kalau aku yang di posisinya aku akan marah juga," kata Chika. Ia berusaha bersabar dengan keadaan yang di alaminya."Chika, kau tahu aku hanya mencintaimu. Hanya saja aku belum bercerai dengan Luna. Kumohon mengertilah," ucap Saga sedikit memelas."Aku tidak ingin menjadi penyebab perceraian kalian. Kalau perlu aku akan pergi sejauh mungkin agar kalian bisa kembali bahagia," terang Chika. Bagaimanapun perkataan Luna sudah melukai hatinya, ia memang bukan wanita kaya tetapi ia punya harga diri."Kumohon jangan pergi aku akan menyelesaikan semua ini agar kita bisa bersama," kata Saga.Chika menggeleng, ia tidak setuj